Hati-hati, di Usia Pernikahan Ini Biasanya Suami Alami Puber Kedua

Ini yang perlu Bunda ketahui terkait dengan puber kedua.

Pernah mendengar istilah suami puber kedua? Pasti pernah, dong, ya, Bunda.

Mendengar istilah suami puber kedua, apa yang ada di benak bunda? Khawatir? Atau malah biasa-biasa saja karena sudah sangat percaya dengan pasangan. Merasa usia pernikahan sudah begitu matang, sehingga risiko suami milirik perempuan lain tak pernah terlintas dalam benak?

Ketahuilah, bahwa pasangan berselingkuh tentu akan menjadi salah satu risiko bagi pasangan menikah. Pun, ketika usia pernikahan sudah matang. Selain itu, fase suami puber kedua pun akan dialami.

Belum lama ini saya berbincang dengan psikolog  keluarga Ruang Tumbuh, Irma Agustiana, ia menandaskan bahwa layaknya seorang anak yang memiliki fase perkembangan tumbuh kembang, usia pernikahan pun mengalami beberapa fase. Oleh karena itu, ia menyarankan agar semua pasangan suami istri bisa memahami dan memelajarinya.

Salah satunya adalah fase pernikahan yang telah memasuki usia matang, antara 8-10 tahun adalah risiko terjadinya suami puber kedua.

Berbicara mengenai fenomena suami puber kedua ini sebenarnya dalam medis tidak ada istilah puber kedua. Namun, memang untuk psikologis tentu saja ada. Ayank Irma menjelaskan bahwa biasanya kondisi suami puber kedua ini rentan dialami pada pria yang sudah matang, berusia mulai 40-45 tahun.

Mengapa? Pada usia ini para pria biasanya sudah berada dalam puncak karier atau tengah menuai kesuksesan. Di umur ini pula, umumnya pernikahan sudah memasuki usia yang ‘matang’, entah dalam hal perasaaan maupun secara finansial.

“Di usia pernikahan ini memang cukup rawan. Suami puber kedua, belum lagi dengan suami istri yang merasa dinamika pernikahannya sudah biasa-biasa saja, Padahal take in for granted ini tuh nggak boleh, lho, dalam pernikahan.”

“Dalam kondisi finansial yang sudah matang, biasanya memang ada godaan di luar. Makanya kalau sejak awal pernikahan sudah tidak harmonis, maka memang akan berisiko datang pihak ketiga,” paparnya.

Lantas apa yang perlu dilakukan untuk mencegahnya?

Psikolog yang lebih sering disapa dengan panggilang Ayank Irma ini juga mengatakan, bahwa upaya untuk mencegahnya tentu saja dengan berusaha me-renew pernikahan.

“Nggak ada salahnya, lho, merayakan selebrasi pernikahan. Untuk mengingat momen bahagia bersama-sama, atau cara sederhana, ya luangkan  dua -tiga jam untuk makan makan bareng berdua saja. Sehingga suami istri bisa benar-benar fokus tanpa perlu memikirkan anak dulu. Dengan begitu komunikasi juga bisa lebih lancar.”

Selain itu, cara lain untuk mencegah adanya godaan seperti orang ketika saat  suami puber kedua, tentu saja aktivitas seks perlu diperhatikan. Jangan sampai, karena merasa kehidupan seksual tidak mendebarkan lagi seperti dulu, kemudian menimbulkan ada celah kosong yang bisa digantikan oleh perempuan lain. 

Kondisi seperti ini tentu tidak diharapkan bukan? Karena itu, jaga terus kemesraan dengan pasangan ya, Parents!

 

Baca juga:

Belajar dari Kisah "Layangan Putus", Bagaimana Selingkuh dalam Pernikahan Bisa Dipidana?