Saat masih pacaran dulu, Rina merasa bahwa Agus adalah sosok calon kepala rumah tangga yang sempurna karena punya visi misi yang jelas di dalam hidupnya. Ketika sudah menikah, lelaki sempurna yang ia kenal ternyata adalah sosok suami ambisius yang hampir tak punya waktu untuk keluarga karena mengejar karir.
Di satu sisi, ia senang bahwa suaminya bertanggung jawab penuh terhadap nafkah keluarga. Tak ada kebutuhan rumah tangga yang kurang.
Hanya saja, sebagai istri, ia jadi merasa kesepian dan diabaikan. Anaknya pun semakin jarang bertemu ayahnya karena sang ayah berangkat kerja sebelum anak bangun tidur dan baru akan pulang saat anak sudah tidur.
Rina tak pernah meragukan kesetiaan suaminya yang super sibuk itu karena ia tahu semua impian dan rencana hidup suaminya ke depan. Tetapi, ia merasa bahwa anaknya tidak boleh kekurangan kasih sayang sang ayah hanya karena ayah sibuk bekerja.
Sekalipun mengerti dengan semua impian suaminya, tidak menjadi prioritas tetaplah menyakitkan. Meski ia bangga dengan semua pencapaian prestasi yang telah ditempuh suaminya, jauh di lubuk hati terdalamnya tetap menyayangkan bahwa semua yang telah dicapai oleh suaminya mengorbankan keluarga.
Jika Bunda memiliki suami ambisius seperti Rina, maka Bunda perlu menerapkan tips ini agar dapat mendukung ambisi suami tanpa perlu mengorbankan kebersamaan keluarga. Berikut langkah yang perlu Bunda tempuh:
1. Jangan menyepelekan impian dan pencapaian suami ambisius
Bunda memang kecewa bahwa suami tak hadir dalam masa-masa penting keluarga demi mengejar ambisinya. Namun bukan berarti Bunda bisa menyepelekan dia.
Lelaki ambisius biasanya perfeksionis dan punya harga diri yang sangat tinggi. Sifat ini bisa jadi hal positif namun sekaligus hal negatif untuknya.
Sifat perfeksionisnya akan membuat ia jadi tampak percaya diri dalam banyak hal, tapi ada masa di mana ia justru merasa sering cemas karena khawatir tidak cukup bagus. Sedangkan harga dirinya yang tinggi membuat ia tak mudah menyerah sebelum mencapai ambisinya, tetapi di sisi lain ia pun mudah merasa terhina.
Ia akan punya impian yang sangat tinggi dan tampak susah dicapai. Sekalipun Bunda tak tahu bagaimana caranya untuk mencapai ambisinya itu, menjadi pendengar dengan wajah meyakinkan akan membuatnya bersyukur punya pasangan yang mendukungnya.
Ketika mendengarnya bicara tentang impiannya, yang perlu Bunda lakukan adalah mempercayainya. Jangan sekali-kali terlihat tertawa maupun mematahkan semangatnya.
2. Bersabar menunggu waktu yang tepat
Suami ambisius membutuhkan istrinya di dua masa krusial hidupnya. Yang pertama saat ia punya prestasi, dan yang kedua adalah saat ia sedang merasa gagal.
Saat ia sedang stabil, mungkin ia akan tampak seperti suami yang cuek. Namun percayalah, Bunda adalah orang pertama yang akan diberitahu olehnya jika ada kabar baik maupun buruk yang terjadi padanya.
Jika ia masih tampak sangat sibuk dan cuek, percayalah bahwa ia sedang baik-baik saja. Karena bagaimanapun, sebagai “rumah” yang aman untuknya, apapun yang terjadi pada suami, Bunda adalah orang pertama yang akan mengetahuinya.
3. Jangan berkata bahwa suami ambisius perlu menurunkan targetnya
Saat mendengarnya bicara soal berbagai ambisi dan target hidupnya, jangan berkata bahwa ia punya mimpi terlalu tinggi hingga harus mengurangi ambisinya. Sikap Ambisius adalah hal yang jarang dimiliki oleh orang lain, bersyukurlah jika pasangan Anda adalah salah satu orang di dunia yang memiliki sifat tersebut.
Artikel terkait: Suami menganggur? Ini 5 hal yang perlu Bunda lakukan
4. Menyeimbangkan diri dengan suami ambisius
Jika ia punya rencana besar di masa depan, maka Bunda jangan mau kalah. Saat suami ambisius ini mengabaikan Anda karena sibuk berkarya, Bunda juga bisa membuktikan padanya bahwa Anda juga bisa berprestasi sepertinya.
Apabila suami bisa mencapai impiannya, maka Bunda akan jadi pasangan setara. Namun jika pada akhirnya gagal, Bunda akan jadi orang yang mampu menguatkannya karena sudah belajar membangun kekuatan dirinya sendiri.
Perkaya pengalaman dengan banyaknya kegiatan. Jika ia butuh teman diskusi, pengalaman yang Bunda peroleh itu akan membantunya menemukan solusi atas masalah yang ia hadapi.
Istri yang baik akan mengerti, sabar, dan percaya bahwa suaminya berjuang tak hanya untuk dirinya sendiri namun juga keluarga.
Mintalah masa cutinya untuk liburan keluarga. Ingatkan juga suami bahwa masa depan sebenarnya ada di tangan anak-anak kelak.
Jangan sampai, pencapaian suami tak mendapat pengakuan cukup dari anak-anaknya saat mereka sudah dewasa nanti.
Rajinlah untuk belajar bersama tak hanya di bidang keahlian suami, melainkan juga di bidang parenting. Sesukses apapun seorang suami, jika keluarga berantakan, maka semua pencapaian ini tak ada artinya.
Baca juga:
Suami gila kerja? Lakukan 8 hal ini untuk mengimbanginya
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.