Sperma Tumpah Setelah Bercinta Bikin Sulit Hamil? Ini Faktanya!

undefined

Kondisi sperma tumpah menjadi sesuatu hal yang dikhawatirkan pasangan karena ditengarai berpengaruh pada keberlangsungan kehamilan. Benarkah demikian?

Berhubungan seks menjadi satu kunci bagi pasangan yang tengah menanti momongan. Tetapi banyak pasangan muda yang was-was promil gagal lantaran kondisi sperma tumpah.

Setidaknya kekhawatiran inilah yang diungkapkan beberapa pengantin baru yang tergabung di dalam komunitas theAsianparent ID.

“Kenapa ya, hampir setiap kali berhubungan seksual, suami mengalami sperma tumpah? Banyak sperma yang keluar. Kalau seperti ini, apakah kehamilan bisa terjadi?”

Apakah pertanyaan ini juga sedang melintas di benak Anda juga?

Sperma Tumpah Setelah Berhubungan Seksual

Dalam hal ini, spesialis andrologi Bocah Indonesia, dr. Androniko Setiawan, Sp.And mengatakan kekhawatiran dan pertanyaan terkait sperma tumpah ini memang cukup banyak diajukan. Dalam sesi kulgram bersama theAsianparent ID, ia mengatakan, “Iya normal dan umum sekali kalau banyak yang mengajukan pertanyaan seperti ini.”

Ia pun memaparkan sebenarnya saat air mani berada di mulut rahim, sel sperma yang sehat hanya membutuhkan waktu 3-10 detik untuk berenang masuk ke rongga rahim mencapai saluran telur.

Sperma Tumpah Setelah Seks

Logikanya dalam sekali ejakulasi, seorang pria sehat menghasilkan sekitar 2,5 – 3 ml cairan mani. Dalam 1 ml cairan mani, seharusnya terdapat 15 juta sel sperma. Ketika sel sperma berkontak dengan sel telur, sperma lainnya akan mati dan dikeluarkan dari tubuh istri.

Dengan kata lain, sperma tumpah yang keluar lagi dari vagina adalah hal yang wajar dan tidak ada kaitannya dengan kesulitan perempuan untuk hamil. Lantas, seperti apa ciri sperma yang sehat?

  • Volume cairan sperma cukup. Volume sperma yang dikeluarkan pria saat ejakulasi harus sekitar 2-5 ml. Konsistensi cairan sperma juga harus kental. Bila kurang dari jumlah tersebut, artinya volume sperma yang dimiliki sedikit dan ejakulasi pun kurang sehat.
  • Warna. Warna sperma turut menentukan. Umumnya, cairan sperma berwarna putih keabuan. Jika warnanya kemerahan, bisa jadi Anda mengalami penyumbatan atau luka pada saluran kemih. Waspadai jika cairan sperma berwarna kuning artinya Anda mengalami infeksi saluran kencing.
  • Tidak berbau. Seharusnya, cairan sperma berbau seperti daun akasia. Jika cairan sperma Anda berbau sangat amis, perlu diwaspadai adanya infeksi pada saluran kencing, prostat, atau bagian lain.
  • Mengandung sel sperma cukup. Cairan sperma yang sehat harus memiliki sel sperma yang cukup banyak, yakni dalam 1 ml setidaknya cairan sperma mengandung 20 juta sel sperma yang berbentuk normal dan bergerak cepat. Untuk ini harus dianalisis dengan bantuan mikroskop.
  • pH normal. Sperma yang sehat memiliki pH sekitar 7,2-7,8 (bersifat basa). Kadar pH yang terlalu rendah menandakan adanya infeksi pada organ intim pria.
  • Dapat mencair (Likuifaksi). Likuifaksi adalah kemampuan sperma berubah dari gel menjadi cairan. Dalam suhu ruang, kemampuan semen mencair dari bentuk kental sekitar 15-20 menit. Sperma yang tidak mencair pada rentang waktu tersebut akan sulit atau tidak dapat berenang menuju sel telur.

Kendati sperma tumpah mungkin terjadi, adalah peer pasangan suami istri agar tidak terburu-buru saat melakukan sesi hubungan intim. Selesai melakukan sesi bercinta, istri sebaiknya berbaring lebih dulu sekitar 30 menit sambil mengganjal sedikit panggulnya. Hal ini bertujuan memaksimalkan waktu kontak cairan mani dengan mulut rahim setelah berhubungan badan.

“Sperma tumpah dari vagina itu normal. Jadi setelah berhubungan seksual sperma memang sebagian akan tumpah kembali karena volume ejakulat cukup banyak. Tapi perlu dipahami juga kalau yang sebenarnya keluar itu air mani, sedangkan sperma terutama yang bisa bergerak maju (progresif) akan terus berenang mencari sel telur ibu.”

Saat ejakulasi, rata-rata laki-laki subur menghasilkan air mani berisi 100-300 juta sperma yang motil atau bisa bergerak dengan baik. Kekuatan ejakulasi akan mendorong sperma dengan kecepatan 45 kilometer per jam.

Sperma yang berkualitas baik kemudian akan berenang untuk mencapai sel telur. Untuk hamil, hanya membutuhkan satu sperma untuk membuahi sel telur. 

“Jadi sebenarnya tidak perlu khawatir. Jika banyak yang menganggap ada beberapa posisi yang bisa membantu mempercepat kehamilan, seperti ‘posisi lilin’, tidak perlu melakukannya. Justru nanti malah berisiko membuat badan pegal-pegal.”

Artikel terkait: 10 Fakta Efek Menelan Sperma, Hati-hati Berisiko Alergi dan IMS!

Tips Meningkatkan Kualitas Sperma

Sperma Tumpah Setelah Seks

dr. Androniko menjelaskan, kekentalan sperma sering kali menjadi tolak ukur pasangan suami istri untuk mengukur tingkat kesuburan. Padahal tidak demikian, untuk menentukan sehat tidaknya sperma tentu saja diperlukan pemeriksaan. Sebab, sperma berukuran sangat kecil sehingga tidak bisa dilihat menggunakan mata telanjang hanya berdasar kekentalan, tetapi harus dilihat dengan alat bantu mikroskop.

“Pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk mengetahui kondisi sperma termasuk sehat atau tidak merupakan Analisa semen. Sering kali orang salah menyebut menjadi Analisa sperma, tetapi Analisa semen merupakan sebutan yang lebih tepat karena yang diperiksa adalah semen, yang terdiri dari air mani dan sperma.” paparnya.

Lebih lanjut, dr. Androniko juga menerangkan ada beberapa faktor yang memengaruhi kualitas sperma. Apa saja?

  1. Rokok
  2. Alkohol
  3. Olahraga
  4. Waktu Istirahat
  5. Suhu di daerah reproduksi
  6. Stres
  7. Genetik
  8. Hormonal
  9. Demam/ Adanya Infeksi

Terlepas dari sperma tumpah adalah hal normal dan beberapa faktor yang memengaruhi kualitas sperma, pria sebaiknya juga melakukan deretan kiat agar spermanya tetap sehat. Kesehatan sperma menjadi faktor penting dalam pernikahan dan kesuburan. Berikut tips yang bisa dilakukan.

  1. Olahraga. Berolahraga, bahkan yang ringan sekalipun membantu meningkatkan kuantitas, pergerakan, dan bentuk sperma. Studi juga menemukan indeks massa tubuh yang tinggi namun aktivitas fisik rendah berkontribusi negatif terhadap kualitas sperma.
  2. Batasi kafein. Kafein berisiko merusak DNA sperma dan menurunkan jumlahnya. Dengan demikian, konsumsilah kafein seperti kopi dan teh secukupnya saja. Dua cangkir per hari cukup untuk memberikan efek positif dan membuat kita terjaga.
  3. Penuhi dosis vitamin C. Vitamin C berkontribusi dalam meningkatkan jumlah sperma. Bahkan di beberapa kasus, vitamin C dapat menambah jumlah sperma hingga dua kali lipat dalam beberapa bulan. Beberapa sumber vitamin C yang mudah dicari yaitu jeruk, kentang, stroberi, dan sayur bayam.
  4. Hindari paparan zat kimia. Zat kimia berbahaya tertentu dapat merusak jumlah, pergerakan, dan bentuk sperma. Beberapa jenis zat kimia yang utama harus dihindari yaitu: Tembaga yang banyak terdapat di pipa-pipa, cat, tanah, dan di rumah-rumah tua. Aseton terdapat di piring plastik, kemasan plastik serta bahan konstruksi. Uap merkuri, ditemukan di debu logam dan partikel kecil di area pabrik yang ada di udara.
  5. Rutin konsumsi semangka dan tomat. Semangka dan tomat mengandung likopen. Likopen merupakan zat gizi yang memberikan warna merah pada buah semangka dan tomat. Zat gizi inilah yang berfungsi mengurangi senyawa spesies oksigen reaktif yang merusak DNA sperma serta sperma itu sendiri.
  6. Kendalikan stres. Saat seseorang merasakan stres, tubuh akan melepaskan hormon kortisol yang berpengaruh negatif terhadap hormon testosteron. Sebisa mungkin hindarilah stres dengan melakukan aktivitas menenangkan. Bisa dengan mendengarkan musik favorit, mengudap camilan kesukaan, membaca buku, dan lainnya.
  7. Istirahat cukup. Kurang istirahat atau tidur yang berlebihan dikaitkan dengan penurunan kualitas sperma. Durasi tidur yang disarankan untuk orang dewasa yakni 7-9 jam setiap harinya.

Semoga informasi ini bermanfaat!

Baca juga:

Tangan Bekas Sperma Masuk ke Vagina, Apakah Bisa Menyebabkan Hamil?

Kenali Gejala Azoospermia atau ‘Sperma Kosong’, Berapa Besar Peluang Kehamilannya?

Menelan Sperma, Aman atau Justru Berbahaya untuk Kesehatan?

Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.