Tak Seindah Drakor, Ini 4 Pengalaman Tak Menyenangkan Saat Solo Traveling ke Seoul

4 Pengalaman Tidak Menyenangkan Saat Solo Traveling ke Seoul: Tak Seindah Drama Korea

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Februari 2018 silam, saya melakukan solo traveling ke Seoul, Korea Selatan. Sendirian? Iya, seorang diri tanpa teman. Saya yang waktu itu masih kuliah di Jepang mencoba mencari sendiri visa ke kedutaan besar Korea di Osaka, memesan sendiri tiket dan penginapan melalui Airbnb, dan akhirnya berangkat naik pesawat dari Kansai ke Seoul sendirian. Sedikit sih ada perasaan bangga karena bisa solo traveling ke kota yang masuk wishlist yang ingin dikunjungi.

Saya waktu itu kepedean karena sudah belajar bahasa Korea di kampus Jepang selama 1 semester padahal ya baru belajar menulis hangeul, perkenalan, dan sedikit kosakata Korea. Saya juga membeli buku traveling berbahasa Jepang di toko buku dan membaca cerita perjalanan orang Indonesia ke Korea Selatan di internet.

Ekspektasi saya semua akan berjalan lancar dan menyenangkan seperti yang lain, tetapi ternyata banyak hal mengejutkan yang saya dapat. Sebuah pengalaman wadidaw yang mungkin tidak akan saya dapatkan kalau saya pergi bersama teman-teman atau keluarga. Mau tahu?

1. Sopir Taksi Menolak Saya

Sesampainya di bandara Incheon, saya naik bus dari bandara ke stasiun Seoul karena penginapan saya dekat stasiun. Padahal daripada naik bus, ya mending naik kereta yang jauh lebih murah dan praktis. Begitu sampai stasiun, saya berusaha mencari pintu stasiun nomor sekian yang itu adalah pintu keluar arah penginapan saya. Tidak ketemu. Saya nyasar dan bingung pada malam pertama di Seoul. Benar-benar kayak orang hilang.

Saya akhirnya mencari taksi agar bisa langsung diantar ke penginapan saya malam itu. Begitu naik, saya menunjukkan kertas untuk minta diantar ke alamat di kertas itu. Saya tidak paham Bapak itu ngomong apa, dan Bapak itu juga tidak paham saya ngomong apa. Akhirnya saya disuruh turun. Saya tambah bingung dan kaget.

Setelah beli nasi kepal karena lapar, saya sempat frustasi dan menangis. Setelah beristirahat sebentar, saya memantapkan hati untuk mencari lagi pintu itu. Saya masuk stasiun dan bertanya kepada petugas stasiun. Untungnya mereka paham bahasa Inggris.

Selain pengalaman nyasar itu, saya juga diomeli orang mabuk yang berpapasan dengan saya. Saya tidak tahu dia itu ngomong apa ke siapa tapi bau alkohol tercium darinya. Ternyata banyak juga gelandangan di sekitar stasiun Seoul yang besar dan megah itu. Padahal saat itu di Korea Selatan sedang berlangsung olimpiade musim dingin juga.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Saya sempat putus asa “ngapain sih kurang kerjaan begini?” pada malam pertama di Seoul. Tidak paham bahasa Korea, tak ada orang yang langsung bisa dimintai tolong pula, sungguh bikin saya merasa sedih. Sebagai penyuka drama Korea dan beberapa idol Korea, kala itu saya menyimpulkan kalau Seoul tak seindah di drama Korea.

Artikel terkait: 7 Inspirasi Style Korea untuk Outfit Sehari-hari, Simpel dan Nyaman

2. Solo traveling ke Seoul, tertipu pas belanja di supermarket

Saya sangat penasaran ingin mencoba berbelanja di berbagai tempat sewaktu di Seoul. Belanja di mini market tentu mudah karena tinggal ambil barang dan bayar. Biasanya kalau jajan sih di toko 24 jam (seven eleven) dekat guesthouse.

Akhirnya saya masuk ke salah satu supermarket di daerah K-star road. Setelah lihat-lihat agak lama dan pilih ini pilih itu, akhirnya saya membayar barang belanjaan di kasir. Tak ada yang mencurigakan.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Karena gerimis, saya pun berteduh. Saat mau menikmati jajan saya di supermarket tadi, saya membongkar barang sambil lihat struk. Ternyata ada yang aneh. Jumlah barangnya tidak sesuai struk. Ada dua barang yang tidak saya beli. Intinya, saya membayar barang yang tidak ada di kresek belanjaan dan barangnya entah ada di mana saya pun tidak tahu.

Kalau diingat-ingat, waktu itu ada 2 orang laki-laki di kasir. Jangan-jangan salah satu dari mereka numpang minta dibayarin, entahlah. Kalau di Indonesia hal seperti ini mungkin saja terjadi, sih. Saya tidak menyangka saja kena apes begini.

Kecewa banget, sih. Tapi ya mau bagaimana lagi? Sebenarnya tempat saya berteduh dan supermarketnya tidak jauh sih, tetapi tetap saja mau protes pun saya tidak bisa berbahasa Korea.

3. Aroma kereta Metro Seoul di pagi hari itu tidak enak

Saya sangat menanti-nanti ingin naik kereta di Seoul, tetapi ternyata juga tidak semudah teori di buku atau blog yang saya baca. Setelah melihat beberapa orang yang top-up kartu keretanya, saya pun bisa melakukannya dan barulah bisa masuk stasiun.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Saat pertama kali naik kereta metro kala itu, ternyata aromanya tidak enak. Kepala saya pusing karena saking tidak cocoknya dengan aroma itu. Orang Jepang dan Korea memang memiliki budaya tidak mandi pagi. Setelah bangun tidur, biasanya mereka hanya menyikat gigi, membasuh muka, dan berdandan, kemudian berganti pakaian. Namun tetap saja, bau kereta metro Seoul di pagi hari bikin ingin muntah.

Untung tujuan saya cuma beberapa stasiun, jadinya tidak terlalu terdistraksi dan beneran muntah. Mungkin aroma itu perpaduan antara bau mantel musim dingin yang tidak ganti, rambut apek karena tidak cuci rambut, atau sisa bau alkohol. Entahlah, yang jelas saya merasa tidak cocok dengan aroma-aroma seperti itu.

Beda lagi dengan kereta arah kota pinggiran Seoul. Aromanya tidak sekuat aroma kereta Metro Seoul pagi. Bisa dibilang tidak bau. Kereta urban ini juga terbilang lengang, tidak sepadat kereta Metro Seoul. Banyak orang tua yang mengangkat telepon atau mengobrol dengan suara keras. Awalnya saya senang karena mendengar percakapan bahasa Korea secara langsung tapi lama-lama jadi pusing juga karena saya tidak paham mereka ngomong apa. Semakin lama juga mereka semakin tidak peduli kanan-kiri. Selain itu, ada juga penjual yang dengan sengaja berjualan di kereta urban ini. Ini mengingatkan saya dengan kereta ekonomi jurusan Lempuyangan-Senen zaman dulu ya.

Artikel terkait: 8 Skincare Artis Korea yang Nyeleneh, Ini Plus Minus Bahannya!

4. Bertemu Demo

Hal mengejutkan lainnya saat solo traveling ke Seoul adalah ketika saya keluar dari sebuah tempat wisata di tengah kota Seoul, saya berpapasan dengan para pendemo yang membawa bendera besar-besar. Mereka bersemangat meneriakkan protes mereka. Kalau tidak salah ingat, saat itu Perdana Menteri mengisyaratkan akan bergabung dengan Kim Jong Un dari Korea-Utara untuk bersatu menjadi negara Korea tetapi rakyat ada yang pro dan kontra dengan wacana tersebut. Keramaian di tengah kota kala itu sungguh tidak terelakkan. Ini juga yang membuat saya nyasar mencari pintu masuk stasiun pulang.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Meski hampir tiap hari ada aja nyasarnya, saya bisa merasakan Seoul sebagai kota metropolitan baru yang cukup maju. Transportasi murah dan praktis, kuliner bervariasi meski susah mencari yang 100% halal. Pasar tradisional ramai dan orang berjualan pun boleh ditawar, mirip pasar Tanah Abang lah.

Artikel terkait: 35 Drama Korea Rating Tinggi Sepanjang Masa, Goblin hingga Hometown Cha-Cha-Cha

Di sudut lain, gedung tinggi berjajar dengan layar besar memutar video para oppa bernyanyi. Memang ada oppa di mana-mana karena wajah mereka terpampang di bungkus kemasan cup mie dan makanan lainnya, bahkan jadi pajangan di stasiun.

Korea memang belum lama bebas dan “merdeka”, tetapi kemajuan segala bidangnya bisa dirasakan. Kalau boleh izin mengumpamakan, Korea Selatan ini seperti “Indonesia yang diberi teknologi Jepang”. SDM-nya mungkin masih seperti orang Indonesia yang “nyeleneh”, tapi kemajuan teknologinya sudah pesat seperti negara tetangganya, Jepang.

Ah, saya lupa kalau saya tidak foto pakai baju hanbok dengan background bangunan Korea. Tidak ada yang bisa dimintain tolong motoin, sih. Risiko solo traveling. Meski tak seindah drama Korea, semoga lain kali ada temannya kalau ke Seoul lagi.

Ditulis oleh Primasari N. Dewi, UGC Contributor theAsianparent.com

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Artikel UGC lainnya:

id.theasianparent.com/frekuensi-bercinta-saat-hamil

id.theasianparent.com/edu-project-bareng-anak

id.theasianparent.com/cara-orang-jepang-siasati-anak-susah-makan