Tak hanya dari segi kesehatan bayi saja, kebiasaan memijat bayi rupanya juga memiliki akar historisnya tersendiri di berbagai daerah, misalnya di Kalimantan Barat. Praktek pijat bayi tradisional a la etnis Tionghoa Kalimantan Barat ini dipraktikkan oleh Mell Zhen.
Ia membagikan video memijat bayi di Facebooknya beserta dengan manfaatnya. Sampai tulisan ini dipublikasikan, sudah dibagikan lebih dari 72 ribu akun.
Sekalipun dokter dr Wiyarni Pambudi, SpA, IBCLC memberikan penjelasan medis bahwa rambut halus dan tipis pada bayi yang disebut dengan istilah Lanugo tersebut bukan duri, Mell Zhen menampik hal tersebut. Menurutnya, tak semua fenomena dapat dikaitkan dengan hal medis.
“Kalau mau dikaitkan dengan medis, kasih saya jawaban dulu itu orang kalau kena santet bisa keluar paku atau ular (dari dalam tubuh -red) itu asalnya dari mana? Atau boleh deh dari medis, tapi saya mau dokternya praktikin dulu baru kasih jawaban. Berdasarkan fakta ya bukan opini karena kemarin katanya si dokter kan itu bulu halus yang menggumpal. Sedangkan sebelum dan sesudah di gosok bulu halus anak saya utuh, bisa ditanyain gimana penjelasan nya?” tanyanya retoris.
Ia menegaskan bahwa apa yang sudah ia praktikan adalah sebuah tradisi keluarga yang sudah berlangsung secara turun temurun sehingga ia meneruskan begitu saja kebiasaan keluarga yang dianggap baik untuk anak, “Dulu yang melakukan ini adalah mama saya, bukan saya. Katanya, “duri-duri” tersebut harus dikeluarkan karena bisa membuat bayi merasa lebih nyaman, tidak rewel dan tidur pulas tanpa pernah bergadang lagi.”
Sepengetahuannya, adik-adik dan sodaranya pun semua dipijat dengan cara yang sama sehingga tak heran anaknya pun mendapat perawatan pijat yang sama. Saking lamanya tradisi ini, ia sendiri tak mengetahui dengan jelas dari mana asalnya.
Ia menegaskan bahwa yang ia pakai adalah teh atau air garam saja, “kan bukan pakai sianida ini. Semuanya masih barang-barang alami, nggak bahaya.”
Mengenai penggunaan teh Myiam Cha yang ada di dalam postingan Facebook tersebut, ia menjelaskan bahwa sejatinya itu adalah bahasa orang Kalimantan yang artinya teh pekat. “Jenis teh yang digunakan untuk memijat bisa apa saja, terserah. Asal pekat. Jika tidak pakai teh hangat, maka pakai air garam hangat pun juga bisa.”
Dari banyaknya komentar yang masuk, beberapa orangtua juga menggunakan putih telur sebagai olesan pijat. Namun, Mell Zhan sendiri belum pernah mencoba bahan oles tersebut.
Ia juga membantah pernyataan dokter Wiyani dalam artikel penjelasan medis tentang ‘duri-duri yang keluar dari kulit bayi‘ ini bahwa warna hitam mirip duri itu disebabkan oleh warna teh pekat yang dioleskan pada tubuh bayi.
“Memakai (olesan -red) apa saja, warna dan bentuk (duri-duri -red) akan tetap sama. Jadi, permukaan kulit yang tampak seperti duri-duri hitam itu bukan teh yang menggumpal,” jelas ibu yang bayinya baru berumur 2 bulan ini.
Pemijatan ini bisa dilakukan pada anak usia 1-4 bulan dalam kondisi apapun. Karena tujuan utama pemijatan tersebut adalah untuk membuat anak lebih tenang dan nyenyak dari sebelumnya.
Ia mengaku, bahwa bayinya yang berusia 2 bulan tersebut dulu baru bisa tidur pukul 3-4 pagi, sekarang, pukul 10-11 malam, anaknya sudah bisa tertidur pulas sampai pagi. Ia juga menyarankan bahwa pemijatan bisa dilakukan sebelum mandi pagi.
Bagaimana pendapat Parents soal metode pemijatan yang mengeluarkan ‘duri’ saat dipijat ini?
Baca juga:
Benarkah Tubuh Bayi Mengeluarkan Duri Saat dipijat dengan Teh? Simak Penjelasan Dokter Berikut Ini
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.