Sering merasa rasa kembung, perut tidak nyaman, mual, dan sering bersendawa? Bisa jadi Anda mengalami sindrom dispepsia. Suatu kondisi yang digunakan untuk menggambarkan ketidaknyamanan atau rasa sakit di perut bagian atas.
Meskipun bukan penyakit, melainkan sekelompok gejala yang sering menyebabkan perut tidak enak, hal ini jelas tidak bisa disepelekan.
Secara umum, kondisi ini disebabkan karena gangguan pencernaan makan atau minum. Namun dalam beberapa kasus, kondisi ini juga bisa dipicu oleh infeksi atau penggunaan obat-obatan tertentu.
Seperti kisah Aulia Trisna salah satu tim Editorial theAsianparent Indonesia yang baru saja mendapat diganosis dirinya mengalami sindrom dispepsia. Sebabnya, karena efek samping dari obat mastitis yang ia konsumsi.
Berikut kutipan wawancara singkat dengan Aulia Trisna terkait sindrom dispepsia
Kapan pertama didiagnosis terkena sindrom dispepsia?
Sebenernya aku memang punya asam lambung yang termasuk sindrom dispepsia. Tapi baru-baru ini, aku merasakan sindrom dispepsia lagi. Jadi, sepertinya memang bisa kambuhan bila ada pemicunya.
Apa gejala yang pertama kali dirasakan?
Seperti masuk angin. Banyak gas di perut, tapi tidak bisa keluar. Jadi badan terasa nggak nyaman. Dada terasa berat, perut penuh, nyeri ulu hati, nyeri di dada sampai tulang belakang ketika makan. Setiap bangun tidur perut terasa nyeri hebat. Kepala juga terasa pusing karena menahan sakit.
Menurut penjelasan dokter, kenapa bisa terkena dispepsia?
Dispepsia yang aku rasakan kemarin karena efek obat penyembuhan mastitis. Obatnya tergolong obat antibiotik yang memang keras di lambung. Itu pemicunya. Karena aku udah punya asam lambung sebelumnya, jadi obat itu nggak kuat buat lambungku.
Saat ini kan sedang menyusui, apakah sindrom dispepsia memengaruhi produksi ASI?
Menurutku sangat pengaruh, karena keluhan yang aku rasakan cukup mengganggu. Apalagi aku sempat kesulitan makan karena rasa sakit yang menyerang.
Bagaimana cara mengatasi sindrom dispepsia yang dianjurkan oleh dokter?
Disiplin makan, disiplin minum obat dari dokter. Makannya juga nggak perlu banyak-banyak sampai kenyang. Tapi lebih sedikit dengan frekwensi yang lebih sering,
Apa yang harus dihindari untuk mengurangi gejala dispepsia?
Tentunya terkait dengan jam makan. Makan juga harus dengan porsi lebih sedikit tapi sering, bahkan 5 sampai 6 kali sehari. Hindari makan terlalu kenyang dalam satu sesi makan agar tidak meperberat kerja lambung. Makan jangan tunggu sampai perut perih dan kosong. Hindari makanan yang memperparah kondisi lambung, seperti pedas, asam, berminyak, bergas.
Mengenal sindrom dispepsia
Dilansir dari laman Medical News Today, dispepsia adalah sekelompok gejala daripada kondisi tertentu. Di mana munculnya rasa sakit dan ketidaknyamanan di perut atau dada.
Dispepsia biasanya terjadi tepat setelah seseorang mengonsumsi makanan atau minuman. Ini membuat seseorang merasa kenyang atau tidak nyaman selama makan, bahkan jika mereka belum makan dalam jumlah besar.
Gejala dispepsia antara lain ialah:
- Mual
- Bersendawa
- Rasa sakit
- Rasa kenyang
- Kembung
- Gas berlebih
- Rasa perih hingga panas terbakar pada lambung hingga kerongkongan
Pada umumnya, dispepsia bukan pertanda masalah kesehatan yang serius. Namun juga tidak boleh dianggap remeh.
Kunjungan ke dokter diperlukan bila gejala dispepsia berlanjut lebih dari dua minggu. Anda juga perlu konsultasi ke dokter bila gejala semakin parah seperti:
- Kehilangan nafsu makan yang cukup lama
- Penurunan berat badan
- Muntah
- Ketidak mampuan untuk menelan
- Mata dan kulit berwarna kuning
- Nyeri dada saat beraktivitas
- Sesak nafas
- Sering keringat dingin
- Nyeri dada yang menyebar ke rahang, lengan, atau leher
Penyebab dispepsia biasanya terjadi karena gangguan pencernaan makan atau minum. Gangguan pencernaan ini bisa disebabkan karena beberapa hal, seperti:
- Makan terlalu banyak atau terlalu cepat
- Makan makanan berlemak, berminyak, atau pedas
- Minum terlalu banyak kafein atau alkohol
- Terlalu banyak mengonsumsi cokelat atau soda
- Trauma emosional
- Batu empedu
- Penyakit asam lambung (GERD)
- Gastritis atau radang lambung
- Hiatus hernia
- Infeksi, terutama dengan bakteri yang disebut Helicobacter pylori (H. pylori)
- Kegugupan
- Kegemukan
- Tukak lambung
- Pankreatitis atau radang pankreas
- Tukak lambung
- Merokok
- Obat-obatan tertentu, seperti antibiotik dan obat antiinflamasi nonsteroid (NSAID)
- Kanker perut
Beberapa perubahan pola gaya hidup dapat membantu mengatasi dispepsia agar tidak semakin parah. Beberapa perubahan yang dimaksud ialah:
- Makan sedikit demi sedikit
- Mengunyah makanan secara perlahan dan menyeluruh
- Menghindari makanan berlemak, olahan, dan pedas
- Menghindari minuman alkohol
- Tidak merokok
- Mempertahankan berat badan yang sehat
- Berolahraga secara teratur
- Mengelola stres
- Tidak berbaring setelah makan
Bila dispepsia cukup parah, biasanya dokter akan memberikan obat penghilang rasa sakit dan obat golongan antasida. Namun sebaiknya konsultasikan hal ini terlebih dahulu agar dokter bisa memberikan pengobatan yang sesuai.
Baca juga
Terkena Penyakit Langka Sindrom Turner, Wanita 24 Tahun di Aceh ini Masih Seperti Balita
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.