Patrycja Majewska memutuskan untuk menggugat sebuah rumah sakit di Inggris, karena dianggap bertanggung jawab atas kematian bayi laki-lakinya. Patrycja mengungkapkan, kesalahan petugas medis rumah sakit telah menyebabkan sepsis pada bayi Aleksander Majewska, hingga akhirnya tidak tertolong.
Sepsis merupakan penyakit infeksi dalam darah yang sangat akut. Hingga bisa menyebabkan kerusakan organ vital seperti otak, paru-paru, ginjal, hati, jantung dan lainnya. Sepsis pada bayi bisa berakibat fatal hingga menyebabkan kematian.
Sepsis pada bayi Aleksander dan kerusakan otak yang ia alami disebabkan oleh kekurangan oksigen. Hal ini dikarenakan petugas medis yang tidak bisa memberikan diagnosis dan penanganan medis tepat pada kondisi bayi Aleksander. Mereka juga gagal memantau detak jantung di bayi saat persalinan berlangsung.
Artikel terkait: Syok Sepsis, Anak Reisa ‘dr.Oz’ Brotoasmoro sempat henti nafas
Sepsis pada bayi baru lahir terjadi karena kesalahan pihak rumah sakit
Semua bermula ketika Patrycja hendak menjalani proses persalinan di The Coventry University Hospital Inggris. Waktu itu air ketuban Patrycja sudah keluar, namun setelah pihak rumah sakit memeriksa kondisinya, ia diminta untuk menunggu, karena semua ranjang di bangsal melahirkan sudah penuh.
Patrycja terpaksa menunggu di bangsal umum hingga ranjang yang kosong tersedia beberapa jam kemudian. Ibu berusia 26 tahun ini, harus menunggu lebih dari 50 jam dalam kesakitan karena petugas rumah sakit tidak bisa menghadapi banyaknya pasien yang masuk hari itu.
Ada kemungkinan kondisi ibu yang menunggu terlalu lama dalam proses persalinan setelah ketuban pecah, bisa mengakibatkan infeksi yang menyebabkan terjadinya sepsis pada bayi.
“Mereka mengabaikanku ketika aku sangat membutuhkan mereka. Aku mempercayai mereka sebagai orang-orang profesional yang akan membantu aku melahirkan, dan mereka semua membuatku kecewa,” papar Patrycja.
“Aku sedang kesakitan, tapi mereka mengacuhkanku. Dan kini, aku harus hidup menanggung risikonya sepanjang hidup,” tambahnya dengan sedih.
Saat dimasukkan ke bangsal bersalin, hasil tes darah Patrycja sudah menunjukkan sel darah putih yang tinggi, yang merupakan tanda awal adanya sepsis pada janin yang belum lahir.
Petugas medis gagal menilai kondisi kesehatan Patrycja dengan benar, akibatnya kondisi bayinya pun tidak bisa didiagnosis dengan benar.
Biasanya, keputusan penting dan tindakan darurat diperlukan ketika bayi dalam kandungan terdiagnosis mengalami sepsis. Umumnya, dengan penanganan tepat bayi bisa diselamatkan.
Namun, bayi Patrycja mengalami kesalahan diagnosis dan tidak mendapatkan penanganan dengan tepat. Ditambah lagi, bayinya juga kekurangan oksigen saat proses persalinan setelah petugas medis gagal memantau detak jantungnya dengan benar. Hal ini mengakibatkan bayinya lahir dengan kerusakan otak.
Bayinya meninggal saat berusia lima hari
Ketika bayi Patrycja didiagnosis dengan sepsis, semua sudah terlambat. Bayinya mengalami kejang dan perdarahan yang memenuhi paru-parunya dengan darah. Bayi malang tersebut meninggal saat berusia 5 hari.
Meninggalnya si kecil tidak hanya membuat Patrycja kehilangan kesempatan untuk menjadi ibu, namun stres akibat kejadian ini membuat ia harus berpisah dengan pasangan yang telah bersamanya selama 10 tahun.
“Aku merasa mereka telah menghancurkan hidupku. Apa yang telah terjadi selalu terbayang di benakku. Masa depanku telah dirampas oleh para petugas rumah sakit itu,” kata Patrycja.
“Waktu itu, mereka hanya bilang bayiku baik-baik saja. Aku ingin teriak, karena aku tahu ada sesuatu yang salah. Namun mereka tidak peduli hingga semuanya terlambat,” tutur Patrycja dengan sedih.
Bayinya meninggal di depan mata Patrycja. Dia merasakan hatinya hancur dan sangat kecewa pada pihak rumah sakit yang telah menyalahgunakan kepercayaan mereka.
Pihak rumah sakit mengirimkan pernyataan maaf kepada Patrycja dan berjanji akan meninjau ulang protokol kesehatan dan penanganan medis di tempat mereka. Mereka juga berjanji akan memberikan pelatihan mendalam untuk pada staf agar bisa menangani kondisi sepsis dengan lebih tepat.
Namun, apapun yang dilakukan pihak rumah sakit sekarang, bayi Patrycja tidak akan pernah hidup kembali. Itulah sebabnya Patrycja menggugat pihak rumah sakit agar tidak ada lagi ibu dan bayi yang mengalami hal serupa seperti dirinya.
Mengenali faktor risiko sepsis pada bayi baru lahir
Sepsis pada bayi biasanya disebabkan oleh bakteri. Bayi prematur dan bayi baru lahir yang memerlukan perawatan di NICU berisiko tinggi mengalami sepsis karena sistem imunnya yang belum sempurna.
Infeksi bisa timbul dari kulit bayi yang terbuka akibat dipasangi alat infus, kateter atau selang yang menjadi jalan masuknya bakteri ke tubuh bayi.
Risiko infeksi sepsis pada bayi bisa menjadi semakin tinggi jika terjadi hal-hal berikut ini:
- Ibu mengalami demam saat melahirkan
- Infeksi pada rahim atau ari-ari
- Kantung ketuban pecah sebelum usia kandungan 37 minggu
- Kantung ketuban pecah 18 jam sebelum persalinan berlangsung
Bayi baru lahir bisa didiagnosis menderita sepsis jika dia mengalami kondisi sebagai berikut:
- Temperatur anus bayi 38 derajat celcius atau lebih tinggi
- Bayi terlihat lemas atau lesu
- Bayi rewel
- Nafsu makan bayi berkurang atau susah menyusui
- Kesulitan bernapas
- Perubahan detak jantung bayi. Bila lebih cepat dari biasanya, itu gejala awal sepsis. Bila lebih lambat dari normal, biasanya gejala sepsis akut yang bisa membuat bayi berhenti bernapas.
- Bayi nampak berhenti bernapas lebih dari 10 detik
- Kulit bayi berubah warna, menjadi lebih pucat atau membiru.
- Bayi kuning
- Ruam
- Frekuensi pipis bayi berkurang dari biasanya
- Ada area yang membengkak di bagian ubun-ubun bayi.
Waspadai jika bayi Anda mengalami kondisi di atas. Bila mengalaminya, segera minta dokter untuk memeriksa kemungkinan bayi terkena sepsis. Penanganan tepat lebih awal bisa menyelamatkan nyawa bayi.
Semoga bermanfaat.
*Diterjemahkan ulang dari theAsianparent Singapura
Baca juga:
Balita meninggal karena sepsis, ayahnya memberi peringatan pada semua orang