Dalam pernikahan, sebisa mungkin pasangan menghindari pertengkaran. Untuk apa bertengkar kalau bisa dibicarakan baik-baik? Memang iya sih, tetapi kalau kita sebagai pasangan mengetahui seni bertengkar hubungan tidak akan seburuk itu kok.
Beberapa orang percaya bahwa pertengkaran dalam hubungan adalah pertanda buruk: tanda ketidakcocokan, agresi, atau sinyal bahwa hubungan itu suatu hari akan berakhir. Padahal, bertengkar juga memiliki manfaat dalam keberlangsungan hubungan.
Mengutip Boldsky, berdebat yang berujung pertengkaran akan membuat pasangan tidak terbiasa mengabaikan masalah. Pasangan dapat mengetahui apa yang salah dalam hubungan dan memperbaikinya agar tidak terulang di masa mendatang.
Dengan bertengkar, baik suami maupun istri belajar menjadi pendengar yang baik. Alih-alih menuding dan mengkonfrontasi, pasangan belajar memahami apa yang membuat salah satunya kesal dan pada akhirnya belajar menemukan solusi.
Artikel terkait: 7 Doa Malam Pertama untuk Pengantin Baru, Amalkan agar Hubungan Semakin Berkah
3 Fase dan Seni Bertengkar yang Sehat
Dalam pernikahan, pertengkaran ibarat kata kura-kura dan badai. Pasangan yang menjadi kura-kura secara alamiah memilih menghindari konflik. Sementara pasangan yang berlaku badai akan langsung menuju mata badai.
Ketika pertengkaran terjadi, pasangan memilih menormalkan keadaan. Caranya beraneka ragam, ada yang memilih langsung meminta maaf. Ada juga pasangan yang berpura-pura tidak ada apapun demi perahu tetap berdiri kokoh.
Melansir laman Psychology Today, Assael Romanelli, Ph.D., selaku terapis pasangan dan keluarga berlisensi di Israel memaparkan bahwa konflik bisa menjadi harta karun bila dilakukan dengan tepat.
Berikut fase yang terjadi dalam pertengkaran suami istri:
1. Saling Menyerang
Faktanya, bertengkar tak selamanya buruk. Dengan cara inilah pasangan belajar mengekspresikan emosi yang ada dalam hati. Saat bertengkar, pasangan akan menyuarakan apa yang menjadi kegelisahannya selama ini.
Bagi pasangan yang kerap bertindak sebagai kura-kura, fase ini merupakan kesempatan yang baik untuk memperluas jangkauan emosi.
- Sadari bahwa Anda sedang berjuang. Anda mungkin berpikir Anda sedang mendiskusikan banyak hal, tetapi menyadari bahwa Anda sedang berjuang adalah langkah pertama yang penting. Pemahaman ini akan membantu Anda tidak terlalu terkejut dan frustrasi saat terlibat pertengkaran dengan pasangan.
- Jangan khawatirkan komunikasi. Fase menyerang menjadi momentum setiap orang dibanjiri dengan emosi. Jika sudah begini, sulit untuk pasangan mengalah. Adalah hal yang wajar ketika pasangan akan menuding dan mengkritik, bahkan terang-terangan menyebutkan nama.
- Fase ini bersifat sementara. Akan sangat membantu ketika kedua pasangan menyadari bahwa mereka berada dalam tahap serangan dan inilah saatnya untuk melepaskannya. Fase saling menyerang adalah sementara dan akan berlalu.
- Ketahui benang merah. Saat kedua pasangan mengutarakan kekesalan, jadikan itu sebagai catatan besar. Ibaratkan ini pekerjaan yang akan membuat Parents melangkah bersama lebih jauh.
- Jangan mencoba berbicara tentang pertarungan. Pada fase ini, jangan mencoba membicarakan pertengkaran atau menegosiasikan bahwa salah seorang akan lekas berubah. Bukannya menyelesaikan masalah, upaya ini akan menemui kebuntuan.
Ketika fase ini selesai, biasanya ada jeda organik, di mana kedua pasangan secara intuitif mencari waktu untuk menenangkan diri. Gunakan waktu ini untuk tidak memikirkan pertengkaran yang telah terjadi dan lakukan aktivitas untuk membuat kepala lebih dingin.
Artikel terkait: 5 Cara Agar Suami Tidak Selingkuh, Mulai dari Memahami Penyebabnya
2. Mengakui
Setelah kemarahan yang memuncak, pasangan akan memasuki fase yang sangat sensitif yaitu mengakui. Tujuan dari fase ini adalah pasangan menciptakan ruang relasi yang baru dan lebih baik dibandingkan sebelumnya.
- Gunakan pernyataan Aku. Besar kemungkinan dalam fase ini suami maupun istri akan sangat sensitif. Gunakanlah kata ‘aku’ ketika Anda tengah fokus pada diri sendiri. Jika khawatir akan muncul pertengkaran baru, tak ada salahnya menghindari kontak mata terlalu intens. Tanyakanlah pada diri sendiri, apakah pertengkaran ini bermanfaat dan sejauh mana kontribusi Anda sehingga memicu pertengkaran tersebut.
- Cobalah melihat sudut pandang pasangan. Dibanding selalu fokus pada diri sendiri, cobalah untuk melihat seperti apa sudut pandang dan mindset pasangan. Misalnya: “ternyata ketika aku melakukan ini, pasanganku menjadi kesal”. Jujurlah dan terbuka ketika melakukan step ini.
- Susun bagian yang hilang. Ketika bertengkar, akan ada bagian dalam diri Anda maupun pasangan yang hilang. Masuki diri lebih dalam dan jangan sampai pertengkaran malah mengubah Anda menjadi orang lain.
- Harapkan regresi. Karena ini adalah fase rentan, hanya ada sedikit margin untuk kesalahan. Bersiaplah jika ada salah satu dari Anda kembali ke mode menyerang. Kalau sudah begini, coba melakukan lagi poin nomor 1.
3. Kolaborasi, Fase Penting dalam Seni Bertengkar
Berikutnya, tiba saatnya Anda memasuki fase kolaborasi. Pada fase ini, pasangan telah mengambil tanggung jawab masing-masing dan kembali ke kondisi hubungan yang lebih teratur.
- Tertawakan masalah. Masalah akan selalu terjadi dalam hubungan, namun itulah yang membuat Anda bertahan serta terus bertumbuh. Cobalah untuk menertawakan dan memaafkan diri sendiri. Kedepannya tak menutup kemungkinan akan ada masalah yang lebih berat dan Anda tetap berdiri kokoh.
- Gabungkan bagian yang hilang. Jika saat bertengkar akan ada bagian hilang, kini semuanya bisa menyatu kembali.
- Tak lagi kaku. Kini pernyataan kamu dibolehkan lagi, karena Anda maupun pasangan telah menyadari kekesalan apa yang membuat pihak lain naik pitam.
- Bersikap baik dan berempati. Biasanya bagian pasangan yang hilang adalah sesuatu yang penting bagi mereka dan karenanya harus menjadi sesuatu yang penting bagi Anda. Tanyakan kepada mereka bagaimana Anda dapat membantu mereka memenuhi kebutuhan mereka.
- Permintaan mengubah perilaku. Ini adalah fase di mana Anda dapat meminta pasangan Anda untuk melakukan perilaku tertentu yang dapat membantu Anda merasa lebih dilihat dan dihargai
- Biasakan bertukar pikiran. Memasuki fase ini, tiba saatnya juga Anda dan pasangan memperluas jangkauan persepsi secara lebih detail. Cobalah terus menggali, apakah masalah akan muncul utuk sebab yang sama. Hal ini akan membuat Anda dan pasangan mengetahui solusi yang tepat, pun hubungan berjalan lebih intim dan sehat.
Bagaimana, sudahkah Parents menerapkan seni bertengkar sekaligus perbaikan yang menyehatkan ini?
Baca juga:
8 Penyebab Krisis Pernikahan di Awal Perkawinan, Jangan Egois!
6 Alasan Pentingnya Mengenali Love Language Pasangan dalam Hubungan Pernikahan
Atasi Konflik Hingga Perkuat Komitmen, Ini 8 Manfaat Konseling Pernikahan