Selada romaine diduga mengandung E. coli, hati-hati saat makan salad!
Akibat dari sejumlah kasus infeksi bakteri E. coli beruntun di Amerika Serikat.
Di negara tetangga, Singapura, muncul larangan mengonsumsi selada romaine setelah terjadi kasus infeksi bakteri E. coli beruntun di Amerika Serikat. Lalu, bagaimana dengan Indonesia?
Infeksi bakteri E. coli setelah konsumsi selada romaine
Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Amerika Serikat (CDC) mengeluarkan imbauan keras kepada konsumen untuk tidak mengonsumsi selada romaine. Toko dan restoran juga diminta berhenti menyediakan sayuran ini.
Ini dilakukan setelah CDC menemukan 32 orang di 11 negara bagian di AS terinfeksi bakteri E. coli. Tiga belas orang di antaranya diopname, dengan 1 orang menunjukkan gejala hemolitik, sindrom uremik, dan tanda-tanda gagal ginjal.
Artikel terkait: Cara membuat salad buah creamy yang praktis, mau mencobanya?
Imbauan tidak mengonsumsi berlaku untuk seluruh bagian selada romaine, mulai dari pangkal, batang, daun, dan olahannya dalam bentuk campuran salad.
Di Singapura, AVA menjelaskan kepada Channel NewsAsia bahwa “Ada impor selada romaine (ke Singapura) dari Amerika Serikat dan para penjual diperingatkan untuk waspada.”
AVA juga menambahkan, “Sebagai tindakan pencegahan, jika konsumen sudah telanjur membeli selada romaine dan tidak yakin dari mana asalnya, konsumen sebaiknya membuang selada tersebut.”
Lembaga tersebut juga memberi arahan untuk menjaga kebersihan makanan dengan cara:
- Mencuci tangan, alat makan, dan alat masak sebelum dan sesudah menyentuh bahan makanan mentah.
- Pisahkan bahan makanan mentah dari makanan yang sudah dimasak.
Apakah Indonesia juga mengeluarkan larangan yang sama?
Kementerian Pertanian melalui Badan Karantina Pertanian menjamin bahwa jenis selada ini belum masuk ke Indonesia.
“Untuk mencegah masuknya selada romaine dari Amerika Serikat dan Kanada atau yang dibawa turis dari kedua negara tersebut, kami sudah siapkan petugas di semua pintu masuk Indonesia dengan instruksi surat edar,” ujar Banun Harpini, Kepala Badan Karantina Pertanian, seperti dikutip dari Republika.
Masyarakat diimbau untuk mengkonsumsi buah dan sayuran lokal untuk mencegah terjadinya penyebaran bakteri E. coli.
Bahaya infeksi bakteri E. coli
Bakteri Escherichia coli (E. coli) biasanya hidup di usus manusia dan hewan yang sehat. Kebanyakan varietas E. coli tidak berbahaya atau menyebabkan diare yang relatif singkat. Tetapi terdapat beberapa jenis E. coli yang tidak menyenangkan, seperti E. coli O157: H7, yang dapat menyebabkan kram perut yang parah, diare berdarah, dan muntah.
Manusia mungkin terpapar E. coli akibat mengonsumsi air atau makanan yang terkontaminasi, terutama sayuran dan daging sapi mentah.
Orang dewasa yang sehat biasanya pulih dari infeksi E. coli O157: H7 dalam waktu seminggu, tetapi anak-anak kecil dan lansia memiliki risiko lebih besar untuk mengalami bentuk gagal ginjal yang mengancam jiwa yang disebut sindrom uremik hemolitik.
Tanda dan gejala infeksi E. coli biasanya mulai muncul 3-4 hari setelah terpapar bakteri. Mereka yang terinfeksi juga mungkin akan sakit setelah lebih dari seminggu kemudian. Tanda dan gejala infeksi E.coli termasuk:
- Diare, yang berkisar dari ringan berair hingga parah dan berdarah
- Nyeri perut atau nyeri tekan perut
- Mual dan muntah (pada beberapa orang).
Tidak ada vaksin atau obat-obatan yang dapat melindungi Anda dari infeksi E. coli, meskipun para peneliti sedang menyelidiki vaksin untuk bakteri ini. Untuk mengurangi kemungkinan terinfeksi E. coli, hindari makanan berisiko dan waspadai kontaminasi silang.
Hindari makanan berisiko:
- Masak daging hingga 160 F (71 Celcius). Warna bukanlah indikator yang dapat diandalkan apakah daging sudah matang atau belum. Jadi Bunda baiknya menggunakan termometer saat memasak daging.
- Hanya konsumsi susu, jus, dan sari buah kemasan yang telah di pasteurisasi.
- Cuci produk mentah sampai bersih. Mencuci produk belum tentu menghilangkan semua E. coli, terutama dalam sayuran berdaun hijau, yang menyediakan banyak tempat bagi bakteri untuk menempel. Pembilasan yang hati-hati dapat menghilangkan kotoran dan mengurangi jumlah bakteri yang menempel pada produk.
Hindari kontaminasi silang:
- Cuci peralatan. Cucilah pisau atau alat dapur lainnya sebelum dan setelah mereka bersentuhan dengan produk segar atau daging mentah.
- Pisahkan makanan mentah. Ini termasuk menggunakan talenan yang berbeda untuk memotong daging, sayuran dan buah-buahan.
- Cuci tanganmu. Cuci tangan setelah menyiapkan makanan, sebelum makan, menggunakan toilet, atau mengganti popok. Pastikan juga anak-anak selalu mencuci tangan sebelum makan, setelah menggunakan toilet dan setelah kontak dengan binatang.
Jika Parents atau anggota keluarga mengalami diare akut dan disertai darah, segeralah menghubungi dokter.
*Artikel disadur dari tulisan Jaya di theAsianparent Singapura.
Baca juga:
Waspada! Daging ayam kemasan mengandung bakteri salmonella berbahaya