"Seandainya Bima Pakai Kondom..." Studi Kasus Film Dua Garis Biru

Mengajarkan anak bahwa seks di luar nikah adalah dosa, sama pentingnya dengan memberinya pendidikan seks yang aman.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Saat film Dua Garis Biru rilis di tahun 2019 lalu, banyak pro dan kontra bahkan orang yang menghujatnya. Netizen mengatakan bahwa film ini akan mengajarkan anak muda seks bebas hanya dari menonton trailernya.

Tapi tentu saja, seandainya Bima pakai kondom, kisah yang ada di film ini takkan pernah terjadi, dan pro kontra di kalangan netizen pun takkan pernah ada. 

Sumber Foto: IMDB

Sebenanya, terlepas dari pro kontra yang ada,  film yang disutradarai Gina S Noer ini menyoroti isu yang lebih mendalam. Yakni kehamilan yang tak diinginkan, pernikahan usia dini, dan konsekuensi sosial yang diterima oleh keluarga saat kehamilan di luar nikah terjadi. Tentunya semua itu takkan terjadi seandainya Bima pakai kondom saat melakukan hubungan intim dengan Dara. 

Studi Kasus Film Dua Garis Biru, Realitas di Kalangan Remaja yang Berusaha Kita Tutupi

Seandainya pakai kondom, Dara tak perlu keluar sekolah karena hamil di luar nikah. Sumber Foto: IMDB

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Untuk menyegarkan ingatan kita soal film ini, akan saya jabarkan ringkasan cerita film yang bisa ditonton ulang di platform streaming Netflix dan Vidio ini. 

Secara singkat, film Dua Garis Biru menceritakan kisah sepasang remaja bernama Bima dan Dara yang berpacaran hingga kelewat batas dan melakukan seks di luar nikah. Akibat tak memakai kondom saat berhubungan badan, Dara akhirnya hamil. 

Masalah menjadi rumit ketika kehamilan Dara diketahui pihak sekolah dan kedua keluarga mereka. 

Dara yang merupakan anak cerdas dengan segudang prestasi harus dikeluarkan dari sekolah, dengan dalih "agar tidak ditiru" anak lain. Sedangkan Bima yang selalu mendapat nilai jelek tetap bisa bersekolah. 

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Keduanya kemudian dinikahkan dan harus menanggung tanggung jawab besar sebagai calon orangtua di usia mereka yang masih remaja.

Belum lagi konflik dengan orangtua dan sanksi sosial yang mereka terima. Ini membuat mental keduanya benar-benar diuji. 

Seandainya pakai kondom, keluarga Bima dan Dara takkan menanggung malu. Sumber Foto: IMDB

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Dara yang masih belia, harus merasakan hamil di usia remaja. Padahal organ reproduksinya belum siap untuk mengandung dan melahirkan. Akibatnya, selama masa kehamilan dan persalinan Dara mengalami komplikasi yang membuatnya harus menjalani operasi. 

Film diakhiri dengan Dara yang menyerahkan bayinya pada Bima untuk diasuh sementara Dara pergi ke Korea untuk melanjutkan sekolah seperti impian awalnya sebelum semua masalah dengan Bima terjadi. 

Film seakan mendukung Hari Kontrasepsi Sedunia tanggal 26 September 2022 yang menjadi pengingat kita, bahwa alat kontrasepsi tidak hanya diperuntukkan bagi mereka yang sudah menikah saja. Tapi juga sangat penting untuk diajarkan ke generasi muda, agar stigma buruk tentang alat kontrasepsi bisa dihilangkan. Dan mencegah munculnya Bima-Bima yang lain dan Dara-Dara yang lain. 

Seandainya pakai kondom, Ini yang akan terjadi dalam Hidup Bima dan Dara 

Sumber Foto: IMDB

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

1. Dara takkan hamil, sehingga dia takkan dikeluarkan dari sekolah, dan ia tetap bisa melanjutkan sekolah sampai lulus, kemudian meraih mimpinya kuliah di Korea tanpa harus meninggalkan anak yang baru dilahirkan

2. Masa Depan Dara sebagai ibu tidak akan menjadi suram akibat kehamilan di usia dini yang membuat organ reproduksinya mengalami kerusakan. 

2. Bima takkan menjadi ayah di usia remaja, yang membuatnya harus mengemban tanggung jawab besar di usia muda saat dirinya belum siap jadi kepala keluarga.

Seandainya pakai kondom, hidup Bima takkan hancur.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

3. Bima dan Dara bisa bertemu kembali setelah dewasa ketika keduanya sudah untuk menjalankan tanggung jawab atas pilihan hidup yang diambil, bukan konsekuensi atas nafsu sesaaat yang tak diimbangi dengan pengetahuan seks yang aman. 

Gambaran Realitas Pergaulan Remaja di Film Dua Garis Biru

Sumber Foto: IMDB

Sebelum Anda menghakimi atau bahkan menghujat, saya disclaimer dulu. Saya bukannya membenarkan kelakuan Dara dan Bima yang melakukan hubungan seks di luar nikah hingga membuahkan kehamilan tak diinginkan. Tapi apa yang mereka lakukan, adalah gambaran realita yang banyak terjadi di sekitar kita. 

Seberapa sering Anda membaca berita soal anak SMA melahirkan anak di luar nikah? Atau bayi yang dibuang karena orangtua si bayi tidak siap punya anak?

Saya sendiri sering menyaksikan kasus kehamilan diluar nikah di daerah tempat tinggal saya yang seharusnya masih cukup kolot karena lingkungan keagamaan yang cukup kental. Nyatanya, ketika nafsu sudah menguasai hati dan akal, ajaran agama akan dilupakan. 

Apalagi anak-anak remaja diliputi rasa penasaran yang tinggi, dan seringkali lebih mendengarkan ucapan teman dibanding ajaran orangtua. Terlebih dengan gempuran teknologi yang semakin maju, dan media sosial yang tak bisa dikontrol, peran aktif orangtua untuk melindungi masa depan anak makin penuh tantangan. 

Karena itulah, sudah saatnya kita sebagai orangtua membuka mata lebar-lebar. Bahwa apa yang terjadi pada Bima dan Dara di film itu juga bisa terjadi pada anak-anak kita.

Lalu, apa yang bisa kita lakukan?

Berikan Pendidikan Seks pada Anak secara komprehensif

Perlu digarisbawahi bahwa pendidikan seks tidak hanya bicara soal hubungan badan semata, tapi juga mengenalkan anak tentang organ reproduksinya sendiri. Bagaimana menjaga dan merawatnya, dan apa yang harus dilakukan jika terjadi sesuatu yang berhubungan dengan alat kelaminnya. 

Ketika anak perempuan haid pertama, beritahu dia bahwa itu hal yang normal. Jangan lalai untuk mengajarkan cara membersihkan organ intimnya dengan baik. 

Begitu pun saat anak lelaki mimpi basah, katakan bahwa itu bukan aib, tapi hal yang normal sebagai fase memasuki usia akil baligh. 

Kemudian, ajari anak tentang apa itu seks, tanpa ada yang ditutupi. Infokan mengenai risiko dan konsekuensi melakukan seks di luar nikah, apalagi perilaku seks yang tak aman. 

Ajarkan Anak bahwa Seks bukan soal Kenikmatan Semata, Tapi Tanggung Jawab yang Besar

Anda juga bisa mengajak anak menonton film tentang sex education seperti Dua Garis Biru atau lainnya. Sambil menonton, Anda bisa bisa memberitahu anak apa yang terjadi jika seks dilakukan tanpa memikirkan konsekuensi ke depannya. 

Sebab seks bukan hanya soal kenikmatan semata, tapi juga tanggung jawab besar. Tanggung jawab itu bisa berupa memakai kontrasepsi seperti kondom sebagai bentuk perlindungan diri. Karena kondom tidak hanya mencegah kehamilan, tapi juga risiko tertular penyakit IMS. 

Atau tidak melakukan seks sebelum menikah sama sekali sebelum siap dengan semua konsekuensi yang hadir dari hubungan seks. 

Jangan lupa untuk mengajarkan anak tentang pentingnya kontrasepsi. Karena meski kita sudah berupaya agar anak tak terjerumus pergaulan bebas, setidaknya pengetahuan yang telah diberikan bisa melindunginya. 

Ingatkan anak, bahwa orangtua manapun takkan mau masa depan anak hancur karena perilaku seks yang tak aman dan kehamilan yang tak diinginkan.

Hapus Stigma tentang Kondom, Ini Manfaat Kondom yang sering Diabaikan

1. Mencegah HIV AIDS

Melansir dari Data Kemenkes Indonesia yang disebutkan di laman CNN, per bulan Juni 2022 total pengidap HIV di negeri ini mencapai 519.158 orang yang tersebar di seluruh provinsi.

Dari jumlah tersebut, 28,1%-nya di dominasi oleh kelompok heteroseksual yang kemungkinan besar terjangkit HIV akibat tidak menggunakan kondom saat berhubungan intim. 

Terlepas apakah mereka terjangkit HIV dari perilaku seks bebas, tertular dari suami ataukah karena memakai jarum tak steril secara bersamaan.

Tentunya angka ODHA tidak akan setinggi ini jika penerapan pendidikan seks yang aman sejak dini diberlakukan. Dan penggunaan kondom tidak dianggap tabu, justru sebagai tindak pencegahan akan penyakit menular ini. 

Memakai kondom saat berhubungan intim bisa melindungi Anda dari risiko infeksi menular seksual seperti HIV. 

2. Mencegah Kehamilan yang Tak Diinginkan 

Masih melanjutkan studi kasus kita di film Dua Garis Biru, penggunaan kondom jelas sangatlah relevan dalam kasus ini. Andai saja Bima memakai kondom, kehamilan Dara tidak akan terjadi, dan masa depan mereka tidak akan tergadai karena satu kesalahan di masa remaja. 

Bima dan Dara hanyalah salah satu contoh kasus kehamilan tak diinginkan (KTD) yang banyak terjadi di Indonesia. 

Melansir dari laman Kompas, data dari Good Mentio Institute melaporkan bahwa isu KTD di Indonesia antara tahun 2015-2019 sebanyak 40%.  Bonivasius Prasetya Ichtiarto, Deputi Bidang Pengendalian Penduduk BKKBN mengungkapkan bahwa prevalensi KTD di Indonesia masih cukup tinggi.

Bahkan, data dari WHO menyebutkan bahwa dari 200 juta kehamilan per tahun yang terjadi di Indonesia, ada 75 juta kehamilan yang tak diinginkan. Atau sekitar 30% dari total kehamilan per tahunnya. 

Angka ini tentu saja mengkhawatirkan. Bayangkan ada 75 juta bayi yang hadir tanpa direncanakan orangtuanya. Jika orangtua si bayi bertanggung jawab tentu bagus, namun berapa banyak dari mereka yang melakukan aborsi atau malah membuang bayinya seperti yang sering kita temukan di  berita?

Karena itu, marilah kita bersama mencoba mencegah mengurangi angka KTD dengan memberikan pendidikan seks pada generasi muda. Dan mengajarkan mereka tentang safety sex dengan menggunakan kontrasepsi seperti kondom.

Pendidikan Seks yang Aman sama Pentingnya dengan Membekali Anak dengan Agama

Mengajarkan anak bahwa seks di luar nikah adalah dosa, sama pentingnya dengan memberinya pendidikan seks yang aman. Karena kita tak bisa mengawasi anak setiap saat, juga tak bisa membatasi pergaulannya. 

Bima di film Dua Garis Biru adalah contoh nyata yang banyak terjadi di sekitar kita, bahwa meskipun berasal dari keluarga taat agama, ia bisa saja salah langkah. Seandainya masyarakat kita lebih terbuka soal pendidikan seks, maka penderitaan Bima dan Dara beserta kedua orangtua mereka akibat kehamilan Dara tak perlu terjadi. 

Jadi yuk Parents, stop stigma buruk soal kondom bahwa alat kontrasepsi ini mengajarkan seks bebas. Tidak, justru benda satu ini bisa menyelamatkan generasi muda kita dari kehamilan yang tak diinginkan dan juga risiko infeksi menular seksual yang bisa mengancam masa depannya.

Membentengi anak dengan agama memang penting, namun membekalinya dengan pendidikan seks yang aman juga harus dilakukan.

Meski demikian, katakan pada anak bahwa tidak melakukan seks sebelum menikah adalah yang terbaik. Karena seks di usia matang dengan pasangan yang sah, saat tubuh dan mental telah siap akan segala konsekuensinya, akan tetap lebih baik dibandingkan perlindungan sebuah kondom.

 

Baca juga: 

Penulis

Fitriyani