Siapa di antara Parents yang berada dalam posisi ‘terjepit’? Tak hanya menanggung biaya rumah tangga sendiri, Anda pun harus memikirkan dan membiayai hidup orang tua atau mertua. Bila jawabannya iya, maka Anda atau pasangan berada dalam posisi sandwich generation.
Apa itu sandwich generation?
Istilah Sandwich Generation pertama kali dikenalkan oleh Dorothy A. Miller, pada tahun 1981 melalui jurnalnya yang berjudul “The ‘Sandwich’ Generation: Adult Children of the Aging.” Dorothy merupakan seorang profesor di Universitas Kentucky, Lexington, Amerika Serikat (AS).
Dalam jurnalnya, Dorothy memberi penjelasan tentang sandwich generation. Mereka yang termasuk generasi sandwich adalah orang dewasa yang menanggung hidup anak-anak mereka, juga menanggung hidup orangtua mereka.
Hal ini membuat mereka rentan mengalami tekanan stres. Bisa dipahami, kondisi ini memang rentan dirasakan karena selain menjadi tulang punggung bagi orangtua, mereka juga pemberi nafkah utama dalam hidup anak-anak mereka.
Anna Surti Ariani, seorang psikolog keluarga menjelaskan bahwa mereka yang berada dalam posisi sandwich generation bisa merasakan beragam tekanan yang menyebabkan beragam masalah. Mulai dari terganggunya pekerjaan, pergaulan, bahkan memicu konflik dalam kehidupan rumah tangga.
Meskipun tak mudah, psikolog yang lebih sering disapa dengan panggilan Nina Teguh ini menjelaskan bahwa kondisi terjepit yang dialami para sandwich generation ini sebaiknya tidak sampai memengaruhi keluarga dan anak-anak mereka. Salah satu cara mencegahnya ialah dengan memiliki teman sesama generasi sandwich yang bisa menjadi tempat berbagi dan berdiskusi.
“Hal ini agar mereka tidak merasa sendirian, dan tidak merasakan stres yang berkepanjangan,” katanya.
Beberapa jenis sandwich generation
1. Generasi sandwich tradisional
Umumnya, mereka yang masuk dalam kategori ini ialah para orang dewasa di usia 40 tahun atau awal 50 tahun. Di mana harus menanggung kebutuhan anak-anaknya yang sudah dewasa namun masih memerlukan dukungan finansial, namun masih harus mengurus orangtua mereka yang lansia.
2. The Club Sandwich Generation
Orang dewasa berusia 50 tahun atau 60 tahun terjepit antara kebutuhan mengurus orangtua lansia, dengan anak mereka yang sudah dewasa, bahkan cucu mereka. Mereka yang berusia 30-an atua 40-an dan punya anak kecil, namun masih harus mengurus orangtua dan kakek nenek mereka yang sepuh juga masuk dalam kategori ini.
3.The Open Faced Sandwich Generation
Siapapun yang terlibat dalam pengasuhan orang lanjut usia, namun bukan termasuk ke dalam pekerjaan profesionalnya (seperti pengurus panti jompo) masuk dalam kategori ini. Diestimasikan ada sekitar 25% individu yang mengalami fase ini dalam fase tertentu di hidupnya.
Tips bagi Parents yang yang berada dalam posisi generasi sandwich
Bagi Anda yang masuk ke dalam kategori sandwich generation, kemungkinan Anda terlalu fokus untuk mengurus kebutuhan orangtua dan anak Anda sehingga lupa untuk memenuhi kebutuhan sendiri.
Tips berikut ini bisa membantu Anda untuk mengurangi stres yang dirasakan, dan membuat beban finansial sedikit berkurang agar bisa memiliki pengalaman yang lebih positif.
- Memiliki manajeman keuangan yang yang baik merupakan salah satu kunci untuk menghindari rasa stres karena berada dalam posisi yang terjepit. Oleh karena itu, pastikan Anda memiliki post keuangan yang tepat. Mulai dari cash flow untuk kebutuhan sehari-hari, biaya pendidikan anak, biaya untuk merawat orang tua. Termasuk biaya untuk kebutuhan diri sendiri.
- Bila Anda punya anak yang sudah dewasa namun masih bergantung secara finansial pada orangtua, bantu ia memulai hidupnya dengan bekerja, memberi saran untuk memulai. Ajarkan ia untuk hidup mandiri dan mengurus keuangannya sendiri. Karena Anda tidak akan selamanya bisa membantu anak, bayangkan bila Anda meninggal dan anak belum bisa mandiri, hidupnya pasti akan hancur.
- Hindari memasukkan orang tua Anda ke panti jompo, karena justru akan menambah anggaran keuangan. Lebih baik urus mereka di rumah sendiri bersama Anda.
- Pekerjakan suster paruh waktu untuk membantu menjaga orangtua Anda yang sudah lansia. Dengan begitu Anda memiliki waktu untuk diri sendiri.
- Siapa pun yang menjadi tanggungan finansial Anda, berikan batasan berapa banyak uang yang Anda berikan setiap bulan pada mereka. Jangan membuat diri Anda sebagai penyuplai keuangan tak terbatas, hal ini bisa menimbulkan stres berlebihan.
- Pastikan Anda memiliki asuransi kesehatan untuk orangtua yang lansia dan anak-anak. Hal ini untuk memudahkan pembayaran kebutuhan medis bila terjadi hal tak terduga seperti kecelakaan atau bila anak sakit.
- Selalu berdiskusi secara terbuka dengan anggota keluarga tentang espektasi, perasaan mereka dan masalah yang mungkin muncul. Hal ini bisa membantu menurunkan level stres Anda.
- Anda tentu tidak ingin menyusahkan atau membebani anak di masa tua bukan? Jika ya, maka putus mata rantai generasi sandwich ini dengan menata keuangan dengan tepat dengan memiliki investasi.
Semoga informasi ini bermanfaat Anda.
Sumber: Seniorliving.org, Tirto
Baca juga:
4 Kesalahan Umum Keuangan Keluarga yang Bisa Hancurkan Pernikahan