Bahagia sudah terpancar di wajah Saya sejak setahun yang lalu pasca melahirkan. Dulu saat saya sedang hamil anak pertama, saya tidak pernah merasakan kenyamanan. Saya sering dilanda kegelisahan dan mual yang berlebihan.
Seiring berjalannya waktu, saya selalu rutin cek kehamilan saya. Dan pada waktu itu tepatnya di usia 9 bulan 10 hari, kehamilan saya mengalami kontraksi yang panjang, yaitu selama 2 minggu sakit di bagian Miss V dan memulas. Banyak orang yang bilang bahwa saya akan melahirkan secara normal dan saya pun bahagia. Akan tetapi, semua itu mustahil bagi dokter karena tidak kunjung ada penambahan pembukaan.
Dua minggu pun berlalu, sejak saat itu saya sudah dirawat di puskesmas. Bidan menyarankan agar saya dapat melahirkan secara normal, akan tetapi saya pun rasa ragu karena bayi belum juga masuk panggul.
Sakitnya makin bertambah, pada akhirnya saya dirujuk oleh bidan untuk melahirkan secara caesar di RS Katarina. Sesampainya di sana, saya tidak langsung dioperasi karena dokter melihat kondisi saya saat itu dan saya pun dirangsang melalui infus selama 2 hari. Sakit pun mulai bertambah dan semakin bertambah pada bagian tulang pinggul dan perut.
Kegelisahan pun menjadi-jadi kala saya menjerit kesakitan, suster mendatangi saya dan melihat lagi pembukaan, namun saya sudah tidak ada lagi harapan karena tenaga saya sudah habis dan sudah pecah ketuban.
Pada saat itu, tepatnya jam 12 malam, saya mengalami kondisi emergency dan mulai akan dioperasi karena dokter melihat saya sudah tak berdaya. Saya dan keluarga pun mulai mempersiapkan segala keperluan untuk operasi caesar.
Baju sudah berganti hijau dan saya pun mulai dibawa ke meja operasi. Suasana haru dan tangis terlihat di wajah ibu dan suamiku kala mereka menunggu di luar ruangan dan aku pun sendirian di dalam ruang operasi. Badanku menggigil kedinginan dan suara bunyi tensiku naik turun. Saat itupun, aku hanya berserah diri dan mengharapkan pertolongan Allah SWT.
Jam pun berlalu, saya tiba-tiba merasa kelelahan dan mengantuk, dan saya pun tertidur sambil menunggu dokter spesialis. Saat operasi berlangsung, saya pun tertidur sampai anak saya sudah dikeluarkan, saya tidak tersadarkan.
Pada saat saya dibangunkan, saya melihat anak saya yang baru lahir dan menciumnya dengan penuh kasih sayang. Suara tangisannya yang membuatku semakin semangat saat dilanda kesakitan akan jahitan operasi. Setelah itu, aku pun keluar dari ruangan dan keluargaku Bahagia melihat kehadirannya.
Disaat itu pula, aku merasakan kebahagiaan saat aku memandangnya sewaktu aku sedang mengAsihi-nya. Setiap hari-hari kami lewati dengan kebahagiaan bersamanya, dengan hadirnya buah hati kami.
***
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.