Jelang bulan Puasa, Kementerian Agama RI menggelar sidang isbat untuk menentukan Awal Ramadhan 1443 H/2022 M. Seperti tahun sebelumnya, penentuan awal ramadhan dalam isbat dilakukan dengan menggabungkan metode hisab dan rukyatul hilal.
Hisab merupakan proses perhitungan secara matematis yang dilakukan untuk mengetahui posisi bulan dimulainya kalender hijriah. Kemudian hasil perhitungan hisab akan dikombinasikan juga dengan metode rukyatul hilal sebagai metode utama untuk menentukan awal Ramadhan. Apa itu? Simak penjelasannya berikut ini!
Artikel Terkait: Kapan Ramadan 2021 Dimulai? 2 Cara Ini Digunakan untuk Menetapkannya
Apa itu Rukyatul Hilal dalam Menentukan Awal Ramadhan?
Secara harfiah, rukyatul hilal terdiri dari dua kata yakni rukyat yang berarti melihat secara langsung dan hilal yang berarti bulan sabit muda. Mengutip laman Lembaga Falakiyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama, metode rukyat dilakukan dengan melihat dan mengamati hilal secara langsung di lapangan pada hari ke 29 (malam ke 30) dari bulan yang sedang berjalan.
Sementara itu mengutip laman Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional, rukyat merupakan aktivitas mengamati visibilitas hilal dengan mata telanjang atau dengan alat bantu optik seperti teleskop.
Hilal dalam ranah ilmu falak berarti bulan sabit yang menandai fase awal bulan baru, biasanya sangat tipis dan nyaris tidak terlihat tergantung cuaca. Hilal merupakan salah satu bagian dari lima fase bulan dalam ilmu astronomi.
- Fase bulan baru atau new moon (ijtimak) merupakan kondisi bulan tidak terlihat di sepanjang malam.
- Hilal, yakni fase bulan sabit muda setelah bulan baru
- Fase ketiga bulan separuh kuartil pertama yang menghadap ke barat setelah waktu maghrib.
- Bulan besar.
- Bulan tua yang tampak seperti bulan sabit tipis tetapi berbeda dari hilal.
Bagaimana Metode Tersebut Dilakukan?
Metode rukyat biasanya dilakukan pada akhir bulan hijriah. Apabila saat itu hilal dapat terlihat, maka pada malam itu dimulai tanggal 1 bulan baru. Namun apabila malam itu tidak melihat hilal maka malam tersebut dihitung sebagai tanggal 30 bulan yang sedang berlangsung. Kemudian malam berikutnya barulah sebagai tanggal 1 bulan berikutnya atas dasar istikmal, yakni menyempurnakan bulan menjadi 30 hari.
Perlu diketahui dasar penentuan awal bulan dalam kalender hijriah adalah terlihatnya bulan sabit muda (hilal) beberapa saat setelah matahari terbenam. Oleh karena itu awal bulan baru dalam kalender hijriah dimulai saat matahari terbenam. Jumlah hari dalam setiap bulannya berselang-seling terkadang 29 atau 30 hari.
Metode Rukyat hanya bisa dilakukan pada malam hari. Hilal hanya tampak setelah terbenamnya matahari (maghrib), sebab intensitas cahaya hilal sangat redup dibanding cahaya matahari dan ukurannya yang sangat tipis.
Artikel Terkait: 7 Syarat Wajib dan Rukun Puasa Ramadan, Si Kecil Sudah Memahaminya?
Apa Dalil yang Mendasarinya?
Mengutip situs NU Online, penentuan awal bulan dalam kalender Hijriah didasarkan pada penglihatan bulan secara fisik (rukyatul hilal). Sementara itu metode hisab dipakai sebagai referensi atau pendukung rukyat.
Mayoritas madzhab selain madzhab Syafi’iyah berpendapat bahwa pemerintah sebagai ulil amri diperbolehkan menjadikan ru’yatul hilal sebagai dasar penetapan awal bulan Ramadhan. Hal tersebut berdasarkan sebuah hadis riwayat Imam al-Bukhari dan Imam Muslim yang artinya:
“Berpuasalah kalian pada saat kalian telah melihatnya (bulan), dan berbukalah kalian juga di saat telah melihatnya (hilal bulan Syawal) Dan apabila tertutup mendung bagi kalian maka genapkanlah bulan Sya’ban menjadi 30 hari.” (HR. Bukhari: 1776 dan Imam Muslim 5/354).
Selanjutnya, dalam Kitab Bughyatul Mustarsyidin disebutkan bahwa bulan Ramadhan sama seperti bulan lainnya tidak tetap kecuali dengan melihat hilal, atau menyempurnakan bilangan menjadi tiga puluh hari. Itu artinya bila tidak melihat hilal pada akhir bulan maka boleh disempurnakan menjadi 30 hari.
Pelaksanaan Rukyatul Hilal di Indonesia
Awal Ramadhan 1443 H/2022 M di Indonesia ditetapkan melalui sidang isbat oleh Kemenag. Sidang tersebut rencananya akan digelar pada 1 April 2022 bertepatan dengan tanggal 29 Sya’ban 1443 H. Dalam sidang, digunakan dua metode, yakni hisab dan rukyat.
Sidang digelar di Auditorium di Auditorium HM. Rasjidi Kemenag Jakarta dengan mematuhi protokol kesehatan. Sementara peserta lain dapat berpartisipasi melalui telekonferensi. Kemenag membentuk tim yang akan melakukan pengamatan di 78 titik yang tersebar di seluruh Indonesia.
“Selain data hisab (informasi), sidang isbat akan merujuk pada hasil rukyatul hilal (konfirmasi) yang dilakukan Tim Kemenag pada 78 lokasi di seluruh Indonesia,” jelas Kemenag dalam rilisnya yang dikutip dari detikEdu.
Itulah penjelasan tentang rukyatul hilal, sebuah metode untuk menentukan awal bulan Ramadhan. Kira-kira kapan puasa hari pertama dimulai, ya? Tunggu saja hasil sidangnya 1 April mendatang.
***
Penentuan Awal Bulan Syawal dalam Perspektif NU
falakiyah.nu.or.id/PedomanRukyatNU
Mengenal Rukyat dan Hisab, Cara Tentukan Hilal 1 Syawal
www.lapan.go.id/post/7287/mengenal-rukyat-dan-hisab-cara-tentukan-hilal-1-syawal
Rukyatul Hilal Cara Sah Menentukan Awal Ramadhan
islam.nu.or.id/syariah/rukyatul-hilal-cara-sah-menentukan-awal-ramadhan-nuCJZ
Baca Juga:
11 Manfaat Puasa Syawal, Salah Satunya adalah Menjaga Kesehatan
Rukun Puasa dan Hal yang Dapat Membatalkannya, Yuk Ajarkan ke Anak!
Supaya Makin Semangat Beribadah, Ajarkan Si Kecil Tentang 10 Keutamaan Bulan Ramadan