Pernah dengar cara persalinan forcep, Bun? Metode melahirkan forcep dilakukan untuk membantu mengeluarkan bayi dari jalan lahir dalam persalinan normal, dengan cara menjepit alatnya pada kepala bayi, lalu menariknya dari dalam.
Metode persalinan forcep sama-sama digunakan ketika sang ibu tidak sanggup lagi mengejan, tetapi persalinan tidak juga mengalami kemajuan.
Namun, metode forcep tetap memiliki risiko yang fatal jika tidak dilakukan dengan hati-hati. Beberapa waktu lalu, insiden seperti itu terjadi pada Megan Stirnweiss, seorang ibu asal Long Island, Amerika Serikat, yang melahirkan di usia 23 tahun.
Tragis, kepala bayi yang dilahirkannya terputus secara internal pada bagian tulang belakang, ketika dokter kandungannya menggunakan metode forcep dalam persalinan.
Kejadian ini berawal pada Desember 2017 lalu, ketika Megan dilarikan ke Rumah Sakit Southampton dalam menit terakhir setelah mencoba persalinan di rumah yang terlalu menyakitkan. Sesampainya di rumah sakit, Dr. Pedro Segarra datang dengan sepasang alat menyerupai tang, yang akan digunakan untuk metode persalinan forcep.
Awalnya Megan ingin tahu tentang apakah ada risiko pada bayi dalam metode persalinan ini. Dokter kandungan berusia 60 tahun itu sempat meyakinkannya bahwa metode ini tidak berisiko. Akhirnya proses persalinan pun tetap dilanjutkan.
Diduga menarik bayi dengan terlalu agresif
Dalam dokumen pengadilan disebutkan bahwa setelah alat forcep diletakkan di sekitar kepala bayi, Dr. Segarra terlalu kuat menarik bayi itu keluar, bahkan hingga menyeret tubuh Megan yang sedang memegang erat jeruji ranjang rumah sakit.
Bukan itu saja, dengan alat forcep yang masih menempel di sekitar kepala bayi, dokter mengangkat Megan dari tempat tidur dan mengguncang tubuhnya dengan agresif sampai bayinya berhasil keluar pada pukul 2.56 pagi.
Tidak ada suara apa pun di ruang bersalin saat bayi yang bernama Matthew Jacob itu dilahirkan. Tubuh bayi baru lahir itu sudah lemas dan membiru. Sayang, kedua orangtuanya tidak pernah memiliki kesempatan untuk mendengar tangisan sang bayi.
Setelahnya, Megan masih merasakan sakit pasca melahirkan. Ia mengalami beberapa gangguan, seperti dislokasi, robekan jalan lahir, serta robekan sejumlah organ internalnya. Megan mengklaim bahwa butuh beberapa operasi untuk memperbaiki sejumlah kerusakan yang dideritanya.
Megan dan suaminya tetap setia menjaga tubuh sang buah hati dengan bantuan mesin selama 7 hari agar organ tubuhnya tetap dapat bekerja dan bisa didonorkan.
Meski harus menerima kenyataan pahit atas kematian buah hati mereka, Megan dan suaminya tetap senang bahwa buah hati mereka dapat memberikan sesuatu yang besar kepada orang lain yang membutuhkan. Seorang bayi dari Toronto, Kanada pun telah menerima donor paru-paru dari Matthew.
Sementara itu, Dr. Pedro Segarra menolak untuk mengomentari hal yang terjadi. Pengacara Megan mengatakan, kliennya hanya ingin pertanggungjawaban serta kejelasan agar hal ini tidak terulang lagi pada siapa pun.
Cara kerja persalinan forcep
Metode persalinan ini bertujuan untuk membantu bayi keluar saat melahirkan normal dengan menggunakan alat yang diletakkan pada kepala bayi. Pada persalinan forcep, alat berbentuk penjepit yang menyerupai tang. Forcep dilakukan sebagai jalan terakhir saat sang ibu tidak lagi kuat mengejan.
Baca juga: Mengapa Memilih Persalinan Normal Secara Alami?
Mengurangi risiko metode persalinan forcep
Menurut laman Mayo Clinic, meskipun jarang, tetap ada kemungkinan risiko bagi bayi saat persalinan forcep, yang meliputi:
- Cedera ringan pada wajah bayi karena tekanan dari alat forcep.
- Kelemahan sementara pada otot wajah bayi. (facial palsy).
- Trauma mata eksternal ringan.
- Patah tulang tengkorak.
- Pendarahan di dalam tengkorak bayi.
Biasanya, hanya tanda kecil yang mungkin muncul di wajah bayi setelah melewati proses melahirkan forcep. Hal ini normal dan tanda tersebut bersifat sementara.
Dokter mungkin akan menyarankan persalinan dengan forcep selama tahap kedua persalinan, hanya jika persalinan tidak mengalami kemajuan meski Bunda sudah berusaha kuat mengejan, atau keselamatan bayi terancam. Jika persalinan forcep gagal, dokter mungkin akan melakukan operasi caesar darurat sebagai cara yang lebih aman untuk mengeluarkan bayi.
Seorang profesor kebidanan dan ginekologi di NYU Langone Medical Center, Dr Steven Goldstein berpikir bahwa hal ini tidak seharusnya terjadi. Dia menegaskan bahwa forcep seharusnya masih dianggap aman dan kasus ini tidak boleh terulang. Tingkat keahlian dan ketelitian dokter sangat dibutuhkan.
Mengerikan ya, Bun? Untuk mengurangi risiko apa pun terjadi, cari lebih banyak informasi mengenai berbagai metode persalinan yang ingin Bunda pilih terlebih dahulu, ya.
Disadur dari artikel Rosanna Chio di theAsianparent Singapura
Baca juga: