Saya memiliki dua orang anak, si sulung berusia 4 tahun dan adiknya masih 11 bulan. Beberapa waktu lalu anak kedua saya mengalami demam. Dan pengalaman ini membuat saya lebih mengerti risiko alergi obat pada anak.
Pada malam hari demamnya semakin tinggi hingga ia pun batuk dengan jumlah lendir yang cukup banyak. Hingga akhirnya, pagi harinya suami saya memberikan si kecil setengah sendok teh ibuprofen, obat penurun panas. Obat ini sebenarnya milik anak pertama saya. Tapi kami berpikir tidak masalah memberikan obat ini pada si bungsu.
Meskipun anak sedang sakit, saya dan suami harus tetap pergi pergi bekerja. Tak tahunya, saya mendapat kabar dari orang rumah yang mengatakan bahwa wajah dan bibir anak kedua saya bengkak. Setelah saya melihat kondisi si bungsu, saya sempat panik dan khawatir. Kami pun langsung membawanya ke dokter.
Kondisi si kecil makin memburuk dan memprihatinkan. Bibirnya makin bengkak, hingga ia pun kesulitan untuk mengonsumsi makanan ataupun minuman. Tidak hanya itu, dalam hitungan menit, matanya juga kian membengkak hingga tampak begitu mengerikan.
Dokter pun segera melakukan pemeriksaan yang cukup intensif, dan segera meminta anak saya untuk masuk ruang gawat darurat. Salah satu langkah pengobatan yang dilakukan dokter adalah memberikan obat anti-alergi lewat obat suntik. Injeksi pertama dilakukan setiap 6 jam dan selanjutnya suntikan diberikan setiap 4 jam sekali.
Yang menyedihkan, setelah dilakukan pemeriksaan dan melihat beberapa gejala, ternyata bengkak yang dialami anak saya juga menindikasikan bahwa ia mengalami bronkitis dan pneumonia. Dokter pun segera memberi peringatan tentang obat-obat yang tidak boleh sembarangan dikonsumsi anak.
Baca juga : Jangan sepelekan alergi pada anak
Risiko alergi obat pada anak dan penggunaan obat ibuprofen
Ibuprofen merupakan obat dalam analgesik. Ibuprofen merupakan obat dengan fungsi untuk meredakan nyeri berbagai kondisi seperti sakit kepala, sakit gigi, nyeri haid, nyeri otot, atau arthritis.
Obat ini memang digunakan untuk menurunkan demam dan meredakan nyeri ringan dan sakit akibat pilek atau flu. Ibuprofen adalah golongan nonsteroidal anti-inflammatory drug (NSAID).
Namun sayangnya, obat ibuprofen ini cukup obat berbahaya dan memiliki banyak efek samping, khususnya bagi mereka yang memang alergi terhadap obat ini. Tidak mengherankan jika pembelian obat ibufren memang harus dilengkapi dengan penggunaan resep dokter.
Dosis yang diberikan untuk anak dan orang dewasa juga sangat bervariasi. Oleh karena itulah, disarankan agar tidak sembarangan menggunakan obat karena harus berdasarkan resep dari dokter atau apoteker untuk mencegah risiko alergi obat pada anak.
Pengalaman ini tentu bisa menjadikan pelajaran untuk kita semua agar lebih berhati-hati saat memberikan obat pada anak.
Jangan anggap remeh alergi obat pada anak
Sebelum memberi obat pada anak, selalu berkonsultasi dulu dengan dokter. Bila anak memiliki riwayat alergi, ceritakan pada dokter.
Jika dokter mencurigai anak memiliki alergi terhadap obat atau antibiotik, maka biasanya ia tidak akan meresepkan obat tertentu pada anak. Jangan pernah menganggap sepele alergi obat karena dapat mengancam nyawa.
Kenali gejala alergi obat
Meski seseorang tidak memiliki riwayat alergi obat, banyak obat-obatan yang dapat menyebabkan masalah seperti sakit perut. Namun, ketika reaksi alergi muncul, pelepasan histamin dalam tubuh bisa menyebabkan gejala:
- gatal-gatal
- ruam kulit
- mata gatal
- sesak napas
- pembengkakan di area mulut dan tenggorokan
Reaksi yang lebih parah yang disebut anafilaksis bisa menyebabkan masalah pernapasan, kulit membiru, pusing, pingsan, cemas, bingung, denyut nadi cepat, mual, diare, dan gejala serius lainnya.
Untuk mencegah hal yang bisa membahayakan anak, jangan sembarangan memberikan obat pada si kecil ya, Parents.
Artikel ini sudah dipublikasikan di TheAsianParent Thailand
Referensi: Hellosehat
Baca juga:
Kulit anak melepuh setelah minum obat penurun demam, ini hal yang Parents waspadai