Anak batuk pilek dan demam? Ketika dokter mendiagnosis anak mengalami radang tenggorokan, biasanya Parents akan mendapatkan resep puyer anak atau obat racikan.
Tunggu dulu, sebelum menebus resep puyer anak dan memberikannya pada si kecil, Parents perlu mengetahui beberapa fakta lebih dulu. Salah satunya adalah fakta bahwa obat puyer sebenarnya tidak direkomendasikan dikonsumsi, terlebih lagi untuk anak-anak.
Hal ini ditegaskan oleh dokter spesialis anak, dr. Arifianto, Sp.A. dalam akun Instagram miliknya. Dokter anak yang sering memberikan edukasi lewat sosial media ini mengungkapkan beberapa risiko yang bisa ditimbulkan jika bayi atau anak Parents mengonsumsi obat puyer atau obar racikan.
Sayangnya praktik di lapangan, masih banyak tenaga medis yang memberikan resep puyer anak, seperti yang diungkapkan beberapa Parents yang berbagi pengalaman di kolom komentar akun Instagram @dokterapin.
Seperti yang diungkapkan oleh pemilik akun Instagram @dfjattin yang mengatakan bahwa di Puskesmas selain di Jakarta, persediaan obat sirup bagi anak memang sangat terbatas sehingga menyebabkan dokter memberikan resep puyer.
“Hal ini menjadi dilema para dokter. Mungkin bagi orangtua mampu, mereka akan diresepkan atau bisa membeli di luar Puskesmas, namun, paling banyak terjadi adalah ibu membawa anaknya ke Puskesmas dengan pembiayaan BPJS. Sementara itu, di Puskesmas persediaan obat sirup sangat terbatas,” tulisnya.
Sementara akun Instagram @bubunitz menceritakan bahwa ia memiliki pengalaman bertanya dengan dokter anak bergelar profesor tentang puyer yang diresepkan.
“Isinya apa dan fungsinya apa saja, eh dijawab ‘kalau ibu nggak percaya sama saya, cari dokter yang lain saja’. Akhirnya saya dan suami begitu keluar ruang praktik langsung merobek resepnya, dan sejak itu nggak pernah balik ke DSA itu lagi. Dan ternyata anak saya cuma sakit roseola,”
Oleh karena itu, dr. Apin menegaskan bahwa sebagai pasien memang perlu bijak sebelum menebus resep puyer anak seperti yang ia paparkan di bawah ini.
1. Selalu tanya apa diagnosis penyakit anak
Diagnosis tentu saja untuk menentukan terapi. Kecocokan antara diagnosis dengan terapi bisa dibaca lebih detil di era informasi yang ada di ujung jari ini.
2. Minta selalu kopi resep apabila resep tidak jelas terbaca
Hal ini agar pasien tahu apa saja obat-obatan yang diresepkan. Kandungan dan interaksi obat mudah dicek di situs semacam drugs.com dan webmd.com, atau yang lebih rumit semacam medscape.com.
Cara ini bisa untuk pertimbangan sebelum Parents menebus resep puyer anak.
3. Apabila diresepkan puyer, tanyakan apa alasannya
Apakah tidak ada persediaan obat sirup atau tablet? Atau mungkin memang obat yang belum ada dalam bentuk sirup, sedangkan butuh tepat sesuai dosis berat badan anak/bayi yang kecil?
Misalnya untuk obat-obatan khusus seperti asam ursodeoksikolat (kasus kolestasis), levotiroksin (hipotiroid), hidrokortison (hiperplasia adrenal kongenital). Tapi tetap saja bukan campuran berbagai obat dalam satu puyer.
View this post on Instagram
“Ooh my God… divided by eyes?” Kalimat ini selalu saya ingat. Guru saya menceritakan pengalamannya sekitar satu dekade lalu, ketika kawannya dari Australia melihat proses pembuatan #puyer di sini. Ya, satu kertas putih berisi campuran berbagai macam obat, di antara jejeran kertas-kertas puyer lainnya, yang dibagi-bagi (harapannya) dengan jumlah sama rata (yakin? 😅), antar satu kertas dengan kertas lainnya. Yakin dosisnya sama antar bungkusan? Pembaginya adalah mata manusia yang timbangan khusus miligram. Lalu, kira-kira apa penyakit yang butuh satu sediaan campuran alias racikan seperti ini? Apa penyakit anak yang sering diresepkan puyer? Batuk pilek alias #commoncold? Kan nggak ada obatnya. Diare? Lagi-lagi obatnya oralit dan zinc yang sudah ada sediaan sirupnya. “Radang tenggorokan”? Kan sudah dijelaskan juga, ini diagnosis tidak jelas. Kejang demam? Butuh obat penurun panas? Kalaupun butuh parasetamol, kan sudah ada sediaan sirup atau drops-nya. Antibiotik? Ada sirupnya juga. Lalu apa penyakit yang butuh puyer isi campuran berbagai jenis obat, atau ada juga yang memberikan sirup diisi berbagai campuran obat lagi. . Praktik pembuatan puyer atau racikan berbagai obat ini dikenal dengan istilah drug compounding. Bagaimana Kementerian Kesehatan memandang praktik serupa? Ternyata masuk dalam kategori pengobatan yang tidak rasional (lihat gambar dan baca tautan di bawah). Apa saja risikonya? – polifarmasi: yaitu memberikan banyak obat untuk satu kondisi. Coba kembalikan pada DIAGNOSIS. Apakah terapinya sesuai? Butuh obat sebanyak itu? – Interaksi obat, yaitu antar satu obat dengan obat lainnya. Sudah cek di aplikasi drug-interaction? Sudahkah apoteker mengecek semua potensi interaksi obat? – Kontaminasi dengan kuman. Pernah lihat cara pembuatan puyer? Apakah semua asisten apoteker mengenakan sarung tangan dan masker saat “meracik” obatnya? Apakah wadah alias lumpangnya bebas dari campuran obat antara satu pasien dengan pasien lainnya? . Apakah tidak boleh membuat obat dalam bentuk puyer sama sekali? @kemenkes_ri lewat @gemacermat sudah membuat regulasi #penggunaanobatrasional alias #rationaluseofmedicine (#RUM). Lanjutan di komentar
A post shared by Dokter Apin (@dokterapin) on
Setidaknya ada 3 risiko yang ditimbulkan jika mengonsumsi puyer. Apa saja?
– Polifarmasi
Yaitu memberikan banyak obat untuk satu kondisi. Coba kembalikan pada DIAGNOSIS. Apakah terapinya sesuai? Apakah butuh obat sebanyak itu?
– Interaksi obat
Yaitu, antar satu obat dengan obat lainnya. Sudah cek di aplikasi drug-interaction? Sudahkah apoteker mengecek semua potensi interaksi obat satu dengan yang lainnya?
– Kontaminasi dengan kuman
Pernah lihat cara pembuatan puyer? Apakah semua asisten apoteker mengenakan sarung tangan dan masker saat ‘meracik’ obatnya? Apakah wadah alias lumpangnya bebas dari campuran obat antara satu pasien dengan pasien lainnya? Apakah tidak boleh membuat obat dalam bentuk puyer sama sekali?
dr. Arifianto juga menjelaskan bahwa Kementrian Kesehatan juga menegaskan bahwa praktik puyer racikan kategorikan tidak rasional atau drug compounding.
Ditambahkan olehnya sebenarnya drug compounding masih diperbolehkan dengan beberapa alasan. Misalnya pasien yang alergi obat tertentu dalam bentuk tablet atau sirup, atau butuh dosis tertentu.
Artinya, sebagai orangtua tentu saja kita harus lebih bijak, termasuk saat ingin menebus resep puyer anak.
Semoga bermanfaat.
Baca juga:
Bunda, ini 5 cara manjur mengatasi flu anak tanpa obat
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.