Ulah anak remaja memang sering kali tak masuk akal, kini mereka melakukan aksi mabuk air rebusan pembalut dan popok bayi sebagai bahan untuk mabuk-mabukan.
Parents sudah mendengar atau membaca berita terkait anak remaja yang mabuk air rebusan pembalut ini?
Sebagai orangtua yang memiliki satu anak, saya cukup kaget dan khawatir. Hingga timbul pertanyaan, apa yang membuat para remaja melakukan tindakan seperti ini? Mabuk-mabukan karena meminum air rebusan pembalut.
Mirisnya, ternyata tidak sedikit remaja yang mencoba melakukannya. Dikutip dari laman CNN, remaja di beberapa wilayah Indonesia gandrunh melakukannya. Sebut saja Jawa Tengah dan Jawa Timur, remaja di Karawang, termasuk beberapa daerah di Jakarta dan Bekasi pun melakukan hal serupa.
Fakta ini diterangkan oleh Deputi Bidang Pemberantasan Badan Narkotika Nasional (BNN) Inspektur Jenderal Arman Depari.
Armand mengatakan mayoritas pelaku yang mabuk air rebusan pembalut ini merupakan remaja yang belum dewasa. Mereka, kata Armand, menilai di dalam pembalut itu terdapat zat adiktif yang bisa membuat orang merasa teler jika dikonsumsi.
Saat ini, pihak BNN pun masih mengkaji langkah yang perlu dilakukan sebagai upaya pencegahan agar tren fly minum air pembalut ini tidak semakin merajalela. Hal ini pun terkait dengan aspek hukum.
“Kalau di situ pelanggaran hukum yang sudah betul sudah ada undang-undang kita mengatur, nah kita lakukan penegakan hukum sesuai aturan. Tapi kalau itu ketidaksengajaan dan ketidaktahuan, maka barangkali kita akan lebih mengutamakan pencegahannya,” kata dia.
Bukan Kasus Baru
Sebenarnya tren mabuk minum iar rebusan pembalut ini bukanlah hal baru. Beberapa tahun lalu remaja di Belitung Timur pun telah melakukannya.
Seperti dikutip oleh Tribunnews, Pos Belitung berhasil menjumpai seorang remaja yang pernah mabuk air rebusan popok dan pembalut.
Kujay (bukan nama sebenarnya) mengetahui bahwa popok dan pembalut bisa memabukkan setelah diberi tahu temannya di Tanjungpandan, Belitung.
“Kalau sudah mabuk, asyiknya dibawa berangin (berangin-angin), jalan jalan pakai sepeda motor. Pakai (mengendarai) motor bawaannya tegang. Biasanya pelan, tapi tegang,” ucap Kujay kepada Pos Belitung.
Mabuk air rebusan popok dan pembalut, tren di kalangan siswa SMP dan SMA
Air rebusan popok dan pembalut biasanya Kujay nikmati bersama teman-temannya yang masih duduk dibangku SMP dan SMA.
“Sekarang ini marak dikonsumsi, pagi, siang, dan sore. Terutama saat ngumpul ngumpul, biasanya kami minum di luar rumah, di tempat sepi,” kata Kujay.
Menurutnya, setelah setengah jam meminum rebusan pembalut, mulai terasa mabuk. Sensasi mabuknya bisa bertahan dua hingga tiga jam. “Rasanya pahit, kelat,” ujar Kujay.
Sama halnya dengan Kujay, Jontor (16), bukan nama sebenarnya, sudah lebih lama merasakan sensasi mabuk air rebusan pembalut.
Jontor sudah kenal mabuk air rebusan popok dan pembalut sejak tahun 2015. Menurutnya, pembalut yang biasa digunakan yang jenis wing dan berwarna pink.
Jika dikonsumsi sendiri, satu atau dua lembar pembalut. Tapi kalau berramai-ramai, biasanya merebus hingga lima lembar.
Selain direbus, mabuk pembalut juga bisa dilakukan dengan cara lain. Yaitu ditetesi dengan menggunakan bensin atau alkohol, lalu dihisap atau direbus.
Kebiasan di kalangan remaja ini sudah berlangsung cukup lama sehingga sebagian dari mereka sudah mengalami kecanduan.
“Karena keseringan, bisa dibilang ya (nyandu), karena berkali kali,” aku Jontor. Bahkan seorang temannya pernah sampai menghisap bensin dari tangki motor karena kecanduan mabuk.
Padahal, zat-zat yang terkandung dalam pembalut dan popok sudah sangat berbahaya untuk dikonsumsi tanpa ditambahkan alkohol maupun bensin.
Tanggapan KPAI Terhadap Kasus Remaja Mabuk Air Rebusan Pembalut dan Popok
Komisioner KPAI bidang kesehatan dan napza, Sitti Hikmawatty mengatakan bahwa perilaku remaja yang mencari alternatif zat untuk nge-fly, tenang, ataupun gembira berawal dari coba-coba. Dari satu bahan, para remaja ini bisa meramu bahan lain demi bisa nge-fly.
Ia menandaskan bahwa ada beberapa hal yang membuat para remaja ingin mencoba hal mabuk air rebusan pembalut atau popok ini.
“Beberapa zat ‘temuan’ para remaja ini termasuk kelompok eksperimen psikotropika. Jumlahnya belum bisa diprediksikan karena ini berkaitan erat dengan jumlah anak serta kreativitas mereka ‘meramu’ bahan-bahan yang mudah di dapat di pasaran.”
“Minum air rebusan pembalut juga didapat dari coba-coba, selain fenomena lain, seperti ngelem dan lain-lain,” paparnya seperti yang dikutip dari Detik News.
Maka ia pun mengingatkan peran penting keluarga, khususnya orangtua terhadap perilaku anak remajanya.
“Deteksi dini atas perubahan perilaku anak-anak di sekitar kita, jika tidak ada alasan yang wajar, perlu menjadi bahan bagi para orangtua agar menjadi lebih waspada,” ungkapnya.
Baca juga:
Anaknya meninggal karena sepsis akibat penggunaan pembalut, sang ibu berikan peringatan