Apa Itu Radikal Bebas? Dampak pada Tubuh dan Cara Menangkalnya

Radikal bebas adalah atom tidak stabil yang dapat merusak sel, menyebabkan penyakit dan penuaan. Lalu, bagaimana cara menangkalnya?

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Parents pasti sering mendengar istilah radikal bebas. Mungkin di iklan atau di artikel kesehatan yang Parents baca di internet. Namun, apakah Parents tahu apa itu radikal bebas?

Melansir dari Medical News Today, radikal bebas adalah atom tidak stabil yang dapat merusak sel, menyebabkan penyakit dan penuaan.

Artikel terkait: Ini dia 9 penyakit yang hampir punah berkat adanya vaksinasi

Penjelasan Ilmiah

Pada dasarnya, atom dikelilingi oleh elektron yang mengorbit atom dalam lapisan yang disebut kulit. Setiap kulit perlu diisi oleh sejumlah elektron. Saat cangkang penuh, elektron mulai mengisi kulit berikutnya. 

Jika sebuah atom memiliki kulit terluar yang tidak penuh, ia dapat berikatan dengan atom lain, menggunakan elektron untuk melengkapi kulit terluarnya. Jenis atom inilah yang dikenal sebagai radikal bebas.

Atom dengan kulit terluar penuh stabil, tetapi radikal bebas tidak stabil dan dalam upaya untuk membuat jumlah elektron di kulit terluarnya penuh, mereka bereaksi cepat dengan zat lain. Ketika molekul oksigen terpecah menjadi atom tunggal yang memiliki elektron tidak berpasangan, mereka menjadi radikal bebas tidak stabil yang mencari atom atau molekul lain untuk terikat.

Jika ini terus terjadi, maka akan terjadi proses yang disebut stres oksidatif. Oksidatif stres dapat merusak sel-sel tubuh, yang menyebabkan berbagai penyakit dan penyebab gejala penuaan, seperti keriput.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Artikel terkait: Sebabkan Kerusakan Sel Saraf Otak, Apa Saja Gejala Penyakit Huntington?

Bagaimana Radikal Bebas Merusak Tubuh?

Menurut teori yang pertama kali dicetuskan pada tahun 1956, radikal bebas memecah sel dari waktu ke waktu. Seiring bertambahnya usia, tubuh kehilangan kemampuannya untuk melawan efek negatif radikal bebas. Hal ini menyebabkan tingkat stres oksidatif lebih tinggi, dan lebih banyak kerusakan sel. Kerusakan sel biasanya mengarah pada proses degeneratif.

Berbagai penelitian telah menunjukkan bahwa stres oksidatif dapat menyebabkan kondisi berikut.

  • Penyakit sistem saraf pusat, seperti Alzheimer
  • Penyakit kardiovaskular karena penyumbatan arteri
  • Gangguan autoimun dan inflamasi, seperti rheumatoid arthritis dan kanker
  • Katarak dan penurunan penglihatan terkait usia
  • Perubahan penampilan terkait usia, seperti hilangnya elastisitas kulit, kerutan, rambut beruban, rambut rontok , dan
  • Perubahan tekstur rambut
  • Diabetes
  • Penyakit degeneratif genetik, seperti penyakit Huntington atau Parkinson

Teori Stres Oksidatif menyebabkan Penuaan

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Teori mengenai penuaan yang disebabkan oleh stres oksidatif relatif baru, tetapi banyak penelitian mendukungnya.

Sebuah studi pada tikus berjudul “Changes in superoxide radical and lipid peroxide formation in the brain, heart and liver during the lifetime of the rat” menunjukkan peningkatan radikal bebas yang signifikan seiring bertambahnya usia tikus. Perubahan ini sesuai dengan penurunan kesehatan terkait usia.

Selain itu, para peneliti juga melihat adanya hubungan dengan mitokondria, yakni organel kecil dalam sel yang memproses nutrisi untuk memberi daya pada sel.

Penelitian pada tikus menunjukkan bahwa radikal bebas yang diproduksi di mitokondria merusak zat yang dibutuhkan sel untuk bekerja dengan lebih baik. Kerusakan ini menyebabkan mutasi yang menghasilkan lebih banyak radikal bebas, sehingga mempercepat proses kerusakan sel.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Artikel terkait: Waspada TORCH! Ragam Penyakit yang Bisa Hambat Kehamilan dan Lahirkan Bayi Cacat

Penyebab

Meski radikal bebas diproduksi secara alami di dalam tubuh, faktor gaya hidup bisa mempercepat produksinya. Beberapa gaya hidup yang dapat menyebabkan radikal bebas adalah sebagai berikut.

  • Paparan bahan kimia beracun, seperti pestisida dan polusi udara
  • Merokok
  • Alkohol
  • Gorengan

Faktor gaya hidup ini telah dikaitkan dengan penyakit seperti kanker dan penyakit kardiovaskular. Jadi, stres oksidatif mungkin menjadi alasan mengapa paparan zat ini menyebabkan penyakit.

Cara Menangkal

Tidak mungkin untuk sepenuhnya menghindari paparan radikal bebas dan stres oksidatif. Namun, ada beberapa hal yang dapat Parents lakukan untuk meminimalkan efek stres oksidatif pada tubuh. Hal utama yang dapat Anda lakukan adalah meningkatkan kadar antioksidan. Salah satu metode untuk mencegah stres oksidatif adalah memastikan bahwa Anda mendapatkan cukup antioksidan melalui makanan.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Antioksidan adalah bahan kimia yang mengurangi atau mencegah efek radikal bebas. Antioksidan menyumbangkan elektron untuk radikal bebas sehingga mengurangi reaktivitas mereka.

Ribuan bahan kimia dapat bertindak sebagai antioksidan. Vitamin C, dan E, glutathione, beta-karoten, dan estrogen tumbuhan yang disebut fitoestrogen adalah beberapa antioksidan yang dapat membatalkan efek radikal bebas.

Daftar Makanan Kaya Antioksidan

Banyak makanan yang kaya akan antioksidan. Melansir dari Healthline, berikut beberapa makanan yang kaya akan antioksidan.

  • Buah beri
  • Ceri
  • Buah sitrus, seperti jeruk
  • Plum
  • Sayuran berdaun gelap
  • Brokoli
  • Wortel
  • Tomat
  • Zaitun
  • Ikan
  • Kacang-kacangan
  • Kunyit
  • Teh hijau
  • Bawang bombai
  • Bawang putih
  • Kayu manis

Cegah Stres Oksidatif dengan Gaya Hidup Sehat

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Pilihan gaya hidup sehat juga dapat mencegah atau mengurangi stres oksidatif. Berikut adalah beberapa pilihan gaya hidup yang bisa Parents lakukan untuk mencegah stres oksidatif karena radikal bebas.

  • Rutinitas olahraga yang teratur. Olahraga yang teratur telah dikaitkan dengan tingkat antioksidan alami yang lebih tinggi dan penurunan kerusakan yang disebabkan oleh stres oksidatif. Beberapa penelitian juga telah melihat kaitan antara olahraga rutin dengan umur yang lebih panjang, penuaan yang lambat, serta penurunan risiko kanker dan penyakit kronis lainnya.
  • Jangan merokok. Bukan hanya perokok aktif, perokok pasif juga bisa bisa menyebabkan stres oktidatif. Oleh karena itu, jangan merokok dan hindari paparan asap rokok.
  • Gunakan bahan kimia secara hati-hati. Hati-hati dalam menggunakan bahan kimia untuk kebutuhan rumah tangga Parents, seperti cairan kimia pembersih, pestisida, dan bahan kimia lainnya. Selain itu, hindari juga paparan radiasi yang tidak perlu.
  • Menjaga lingkunganParents mungkin perlu mempertimbangkan beberapa gaya hidup yang rama lingkungan. Misalnya, memilih menggunakan moda transportasi umum alih-alih transportasi peribadi untuk mengurangi emisi gas rumah kaca.
  • Pakai tabir surya. Tabir surya mencegah kerusakan sinar ultraviolet pada kulit Parents.
  • Kurangi asupan alkohol.
  • Tidur yang cukup. Tidur yang cukup sangat penting untuk menjaga keseimbangan di semua sistem tubuh Parents. Fungsi otak, produksi hormon, antioksidan dan keseimbangan radikal bebas, serta sistem tubuh secara keseluruhan dipengaruhi oleh tidur.
  • Hindari makan berlebihan. Penelitian telah menunjukkan bahwa makan berlebihan dan makan terus-menerus membuat tubuh dalam keadaan stres oksidatif lebih sering. Oleh karena itu, mengikuti pola makan teratur dengan interval yang tepat dan makan dalam porsi kecil atau sedang merupakan pilihan yang tepat.

Yuk Lakukan Pola Hidup Sehat Mulai Sekarang

Radikal bebas dan antioksidan adalah bagian dari fungsi alami tubuh yang sehat, stres oksidatif terjadi ketika radikal bebas dan antioksidan tidak seimbang. Stres oksidatif dapat menyebabkan kerusakan pada banyak jaringan tubuh sehingga menyebabkan sejumlah penyakit dari waktu ke waktu.

Meskipun tidak dapat sepenuhnya menghindari paparan radikal bebas, Parents dapat membuat pilihan gaya hidup yang baik, seperti diet, olahraga, dan menjaga lingkungan, untuk membantu menjaga keseimbangan tubuh dan mencegah kerusakan pada tubuh.

Jika Parents ingin berdiskusi seputar pola asuh, keluarga, dan kesehatan serta mau mengikuti kelas parenting gratis tiap minggu bisa langsung bergabung di komunitas Telegram theAsianparent.

Baca juga:

10 Jenis Penyakit Menular Seksual, Mana yang Bisa Ditularkan ke Janin?

10 Penyakit Pada Anak yang Paling Sering Menular

Penyakit Komorbid Membuat Tingkat Kematian akibat COVID-19 Meningkat, Simak Penjelasannya!