Bumi tempat kita tinggal, tak hanya kaya akan sumber daya, tetapi juga keindahan yang menyejukkan mata. Sebagai ucapan syukur dan ungkapan cinta kepada semesta, tak sedikit pujangga yang menulis puisi tentang alam.
Para pujangga seolah tak kehabisan kata-kata indah untuk dituangkan dalam puisi tentang alam. Karenanya dengan membaca puisi tentang alam ini, seolah kita bisa merasakan getaran cinta sang penulis sekaligus membayangkan keindahan alam itu sendiri.
Artikel terkait: Manfaat wisata alam, dari melepas stress hingga tingkatkan kreativitas
Pengertian Puisi
Puisi adalah bentuk dari karya sastra yang berisi ungkapan dan perasaan. Puisi bisa menggambarkan tentang suasana keadaan sekitar atau lingkungan, perasaan senang, sedih, gelisah, marah, bahkan kekecewaan.
Makna yang terkandung pada suatu puisi berisi pesan-pesan tertentu yang bisa ditangkap oleh pembacanya. Bahasa dan kata-kata yang ada dalam puisi terikat dengan rima, irama, lirik dan bait.
Dikutip dari Detik.com, puisi memiliki struktur fisik dan batin. Berikut ini penjelasannya menurut modul Kemendikbud bertajuk “Pembelajaran SMA Bahasa Indonesia Kelas X” karya Suttji Harijanti, M.Pd.
Struktur Batin (Hakikat Suatu Puisi)
1. Tema: merupakan unsur utama dari isi puisi, karena hal ini berhubungan dengan makna yang ingin disampaikan oleh penyair dengan bahasa.
2. Rasa: sikap penyair terhadap suatu masalah, yang diungkapkan dalam puisi. Ungkapan rasa ini, biasanya berkaitan dengan latar belakang penyair, contohnya agama, pendidikan, jenis kelamin, pengalaman, dan lain-lain.
3. Nada: seorang penyair dapat menyampaikan suatu puisi dengan nada mendikte, menggurui, memandang rendah, dan sikap lainnya terhadap pembaca/pendengarnya.
4. Tujuan: maksud suatu pesan yang ingin disampaikan oleh sang penyair kepada pembaca atau pendengarnya.
Struktur Fisik (Metode Penyampaian Puisi)
1. Perwajahan Puisi (tipografi): bentuk format suatu puisi, berupa pengaturan baris, tepi kanan-kiri, halaman yang tidak dipenuhi kata-kata.
2. Diksi: pilihan kata seorang penyair dalam mengungkapkan puisinya.
3. Imaji: susunan kata dalam puisi, yang mengungkapkan pengalaman indrawi sang penyair (pendengaran, penglihatan, dan perasaan). Hal ini bisa mempengaruhi pembaca/pendengar seolah-olah merasakan isi dalam puisi tersebut.
4. Kata Konkret: bentuk kata yang bisa ditangkap oleh indera manusia sehingga menimbulkan imaji. Umumnya berbentuk kata kiasan (imajinatif).
5. Gaya Bahasa/Majas: penggunaan bahasa yang bisa menimbulkan efek dan konotasi tertentu yang dapat mengandung banyak makna. Contohnya: majas metafora, ironi, repetisi, pleonasme, dan lain-lain.
6. Rima/Irama: persamaan bunyi dalam penyampaian puisi, baik di awal, tengah, ataupun di akhir puisi.
Artikel terkait: 10 Tempat Wisata Glamping di Alam Terbuka yang Menyajikan Pengalaman Berbeda
Puisi Tentang Alam
Berikut ini theAsianparents merangkum beberapa puisi tentang alam, yang dapat menambah rasa cinta kepada Bumi sekaligus mendorong untuk melestarikannya.
1. Keindahan Alam Ini
Betapa indahnya negeri ini
Laut yang berombak ombak
Lereng yang bertingkat-tingkat
Angin berembus sepoi-sepoi
Berdiri aku di tepi pantai
Di bawah langit yang membentang
Merasakan negeri keindahan
Indonesia yang ku sayang
Indonesia Negeri Khatulistiwa
Beribu nikmat di dalamnya
Pemberian dari Tuhan Yang Esa
Agar bersyukur kita kepada-Nya.
2. Keramahan Alam
Bila datang ke negeriku
Kan disambut dengan alam yang hijau
Dengan gunung yang menjulang
Dan ombak yang berderai di lautan
Burung-burung akan bernyanyi
Bersiul-siul sepanjang pagi
Riangnya tiada pernah berhenti
Memuji robbul Izzati
Bila datang ke negeriku
Kan kau lihat sungai mengalir
Angin-angin bersemilir
Bunga mekar beribu-ribu.
3. Pesona Alam Hijau
Terperosok pada hamparan hijau
Menggantung pada nuansa manja ilalang
Tunggu! akan ku hirup perlahan aroma rumput ini
Sebab, ku tau inilah ciptaan Tuhan yang harus kita nikmati
Jauh di ufuk kehijauan
Dengan dasar coklat yang menyatu pada komponen penting
Berbasis kesuburan, yang terikat pada keindahan tanaman liar
Sebut saja bunga
Bunga menjadikan sepasang aksa siap meraih
Sentuhan halus jemari mungil
Siap mengabadikan momen kemekarannya
Bidikan-bidikan kecil siap menjadikan momen indah untuk dikenang
Sebagai hal ciptaan Tuhan yang terindah.
4. Sajak Matahari
Karya: W.S. Rendra
Matahari bangkit dari sanubariku
Menyentuh permukaan samudra raya.
Matahari keluar dari mulutku, menjadi pelangi di cakrawala
Wajahmu keluar dari jidatku, wahai kamu, wanita miskin!
Kakimu terbenam di dalam lumpur
Kamu harapkan beras seperempat gantang, dan di tengah sawah tuan tanah menanammu!
Satu juta lelaki gundul keluar dari hutan belantara, tubuh mereka terbalut lumpur dan Kepala mereka berkilatan memantulkan cahaya matahari
Mata mereka menyala tubuh mereka menjadi bara dan mereka membakar dunia
Matahari adalah cakra jingga yang dilepas tangan Sang Krishna
Ia menjadi rahmat dan kutukanmu, ya, umat manusia!
Artikel terkait: 7 Tempat Wisata Alam di Dekat Ibukota untuk Rekreasi Keluarga
5. Pengakuan yang Jujur
Karya: Radius S.K Siburian
Di tiap ujung daun menjari Tersimpan nada kagum
Di tiap Bentangan akar bersembunyi nada taat
Di tiap pucuk pohon pinus Bertunas nada syukur
Di tiap ujung paruh burung terselip rasa kagum
Di tiap auman fauna terdengar rasa taat
Di tiap alat gerak animalia terbekas rasa syukur
Di tiap bibir pantai-pantai tercium rasa kagum
Di tiap puncak gunung menjulang tersimpan rasa taat
Di tiap muara sungai terbentang rasa syukur
Di tiap hamparan samudra terbentang nada dan rasa
Kagum, taat, syukur semua menyanyi kitab Kejadian sempurna
6. Pancuran 7 Abadi
Karya: Dede Aditnya Saputra
Desir angin sepoi menghembus perlahan
Bersama nyanyian burung di pucuk dahan
Airmu menari-nari dalam nestapa
Mencairkan luka oleh karena cinta
Tercium bau yang harum menawan
Bau harum airmu memecahkan qalbu buana
Tahukah kau akan qalbu buana itu?
Yaitu qalbu yang dirundung duka dan nestapa
Oh.. nirwana puncah Gunung Slamet
Kaulah tempat kami mengingat sang Kuasa
Melepaskan jiwa yang bermuram durja
Dan merenungkan masa jaya
Selain air terjunmu yang menawan
Terdapat mata air panas yang bersahaja
Membuat kita bersatu dengan malam
Apalagi malam Jumat orang Jawa
Terus lah abadi kau Pancuran ketujuh
Bersama ke enam Pancuran di bawah sana
Pancarkan sinar keemas an dalam air mu!
Untuk melupakan rasa sendu yang menggebu
7. Hutan Karet
Karya Joko Pinurbo
in memoriam: Sukabumi
Daun-daun karet berserakan.
Berserakan di hamparan waktu.
Suara monyet di dahan-dahan.
Suara kalong menghalau petang.
Di pucuk-pucuk ilalang belalang berloncatan.
Berloncatan di semak-semak rindu.
Dan sebuah jalan melingkar-lingkar.
Membelit kenangan terjal.
Sesaat sebelum surya berlalu
masih kudengar suara bedug bertalu-talu.
8. Siapakah
Karya : Acep Zamzam Noor
Siapakah yang menyiramkan hijau
Ketika punuk bukit kembali bersemi
Siapakah yang menumpahkan biru
Ketika ombak berkejaran dengan sunyi
Siapakah yang menggambari langit
Dengan kuas sehalus awan pagi
Siapakah yang mengukir udara
Dengan pahat selentur jemari
9. Sabda Bumi
Belum tampak mendung merenung bumi
Seberkas haru larut terbalut kalut dan takut
Terpaku ratap menatap jiwa-jiwa penuh rindu
Hangatkan dahaga raga yang sendu merayu
Bulan tak ingin membawa tertawa manja
Kala waktu enggan berkawan pada hari
Saat bintang bersembunyi sunyi sendiri
Terhapus awan gelap melahap habis langit
Bulan memudar cantik menarik pada jiwa ini
Hitam memang menang menyerang terang
Tetapi mekar fajar bersama mentari akan menari
Bersama untaian senandung salam alam pagi.
10. Alam Tepian Pantai
Gelombang air menari-nari di tepian pantai
Menyapa pasir yang dimainkan bocah-bocah pantai
Gerombolan camar berterbangan di atas ombak
Berharap ikan segar tersambar diparuh-paruh mereka
Gelombang ombak tepian pantai mengusap kedua mata kaki
Terasa dingin meresa hingga ke relung dada
Ikan-ikan kecil genit menggigit telapak kaki
Menambah perasaan suka berada di alam indah ini
Kupandangi jauh di ufuk benang kemerahan
Terasa indah di pandang mata
Kurasa sinar mentari indah inilah
Yang menyatukan langit biru
Dan laut dengan hamparan luasnya
Ya Tuhan
Perkenankan kami untuk menikmati indah alam-Mu
Beberapa kali lagi
Sebelum raga berada di ujung lubang tanah
Perkenankan kami menjaga alam indah-Mu ini
Agar lestari hingga ke akhir masa.
11. Lautan Bumi Pertiwi
Terbentang luas alam negeriku
Puisi tentang alam ini kuberikan hanya untukmu
Semilir angin di pesisir laut
Menyadarkan arti sebuah keanekaragaman
Rimpuh… kisahmu kini
Nestapa yang kian membuncah
Sadar bahwa usiamu kini sudah menua
Tapi hasrat… kau selalu digenggam
Pohon, danau, laut mulai mengobarkan industri alam yang baru
Mengisi cinta pada perolehan yang kelak tidak menjadi kekal
Nabastala berkata
Bahwa bumi ini akan menjadi bumi yang kekal dan abadi
Dengan pancaran indah pesona sang Ilahi
12. Alamku Sahabatku
Alamku adalah sahabatku
Tempat aku berdiam dan tinggal
Dia telah banyak memberikan
Apa yang aku butuhkan
Dengan hujannya dia mencurahkan
Segenap air yang kami butuhkan
Dengan pepohonan yang dia tumbuhkan
Kami menghirup kesegaran
Dengan lautan yang dihamparkan
Kami berlayar mencari ikan
Dengan gunung-gunung menjulang
Kami buat persawahan
Dengan alam Tuhan memberikan
Segalanya yang manusia butuhkan
Agar mereka bersyukur
Jangan sampai manusia kufur
Kepada-Nya kita bersujud
Merendahkan diri ini
Menjadi hamba yang mengerti
Keagungan Ilahi Robbi
13. Inilah Tanah Airku
Di tepi pantai angin berdesir
Kicauan merdu suara burung terdengar saling bersahutan
Rumput-rumput dibasahi oleh embun pagi
Inilah tanah airku
Hijaunya hamparan sawah
Tingginya gunung yang menjulang
Serta rakyatnya yang aman dan makmur
Inilah tanah airku
Jagalah dan rawatlah ia selalu
Karena di sanalah aku dilahirkan serta dibesarkan
Dan di sana pulalah aku akan menutup mata
Oh, tanah airku, itulah Indonesia.
14. Desaku yang Permai
Hamparan sawah mulai menguning
Mentari disambut oleh sang pagi
Sahutan ayam saling berkokok
Para petani pun sudah bersiap untuk pergi ke sawah
Padi-padi yang berwarna hijau
Sudah siap untuk dipanen
Para petani pun hatinya bersuka ria
Mereka beramai-ramai memotong padi
Gemercik air di sungai
Terlihat sangat bening
Bak sebuah zamrud khatulistiwa
Itulah alamku, desa yang permai
15. Kemana Perginya Alam Lestari
Dulu sering kulihat hamparan hijau sawah beratapkan langit biru
Kiri kanan sawah, tengahnya sungai
Di antara gunung matahari terbit malu-malu
Namun sekarang kemana?
Lapisan tanah becek berwarna coklat setiap habis hujan
kini tanahku berwarna abu
Lama kucari tanah becekku
Tapi kenapa sekarang tak nampak?
Cemara kehidupan tinggi menjulang
Menjadi rumah bagi banyak hewan buatan Tuhan
Sekarang cemaranya tidak berwarna hijau dan teduh
Tetap tinggi tapi banyak jendela, banyak lampu
Mengapa bisa begitu?
Sering banjir, sering longsor
Di barat ada asap bikin marah tetangga
Padahal dahulu tidak begitu
Ibu pertiwi cuma tersedu tapi tidak malu
Sayang sekali ibu pertiwi kini tidak hanya sedih
Menanggung pilu sambil tertatih
Anak-anaknya nakal semua
Biar dimarahi tapi tak pernah jera
Baca juga:
Wisata alam Singapura, Flower Dome dan Cloud Forest, berapa tiketnya?
Sumber Daya Alam yang Dapat Diperbaharui: Jenis dan Contohnya
10 Film tentang Bencana Alam yang Seru dan Menegangkan