7 Hal tak terduga yang bisa terjadi saat melahirkan, Bunda wajib tahu!

Proses persalinan identik dengan darah dan rasa sakit. Belum banyak yang tahu bahwa ada hal tak terduga yang dialami tubuh selama melahirkan.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Tak terasa proses persalinan sudah di depan mata, biasanya perasaan berkecamuk akan Bunda alami. Tak hanya rasa bahagia yang membuncah. Beberapa hal seperti kontraksi, nyeri tak tertahankan akan menjadi sahabat karib Anda.

Siapa sangka, ada beberapa peristiwa lain yang akan Bunda rasakan namun kerap luput dari perhatian selama proses persalinan berlangsung. Wajar saja, rasa tak sabar ingin bertemu si kecil seakan mengalahkan segalanya. Selain itu, saat melahirkan tentunya Bunda akan merasakan sakit kontraksi sehingga tak bisa memikirkan hal lainnya.

Berikut ini beberapa hal yang akan terjadi pada tubuh Bunda saat proses persalinan, ada di antaranya yang membutuhkan perawatan lanjutan agar melahirkan lancar.

7 Hal yang akan dirasakan tubuh saat proses persalinan

#1 Gerakan usus yang tidak diinginkan

Banyak yang belum tahu, otot yang Anda gunakan saat buang air kecil atau buang air besar adalah otot yang sama untuk mengejan.

“Merupakan hal yang umum jika perempuan tiba-tiba buang air besar selama proses persalinan, berarti ia menggunakan otot yang tepat,” tutur Nita Landry, MD, ob-gyn.

Landry melanjutkan, suntikan epidural yang akan menyebabkan ‘kebas’ pada bagian bawah tubuh turut mendorong pergerakan usus yang semakin tak terkendali. Untuk itu, jangan ragu bagi Bunda yang merasakan keinginan buang air besar saat di tengah proses melahirkan.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

“Sebuah penelitian menganjurkan buang air besar selama persalinan, hal ini akan membuat bayi Anda terpapar bakteri usus yang baik. Bakteri jenis ini memiliki manfaat kesehatan jangka panjang yang menguntungkan,” lanjut Dr. Landry.

#2 Mual dan muntah selama proses persalinan

Salah besar jika Bunda menyangka mual dan muntah hanyalah gejala kehamilan yang lumrah terjadi di pagi hari di trimester awal. Faktanya, hal ini bisa terjadi selama proses persalinan. Bahkan, sinyal ingin muntah akan semakin kuat saat tahap bayi akan lahir tak lama lagi.

“Apalagi ketika perempuan yang mendapatkan epidural, mereka akan mengalami tekanan darah rendah yang akhirnya mengakibatkan muntah,” ungkap Sherry Ross, M.D., ahli kesehatan ob-gyn wanita di Pusat Kesehatan Providence Saint John di Santa Monica, California.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

#3 Proses persalinan yang lama

Jelang persalinan terdapat tahap yang sejatinya dilewati Bunda yakni fase laten (persalinan dini), fase aktif, dan fase transisi. Namun, terkadang fase ini tidak terjadi sesuai harapan.

“Misalnya, fase laten yang berkepanjangan yaitu ketika persalinan berlangsung lebih dari 20 jam untuk ibu yang baru pertama kali melahirkan dan lebih dari 14 jam jika Anda pernah melahirkan sebelumnya,” ungkap Dr. Landry. Kondisi ini bisa sangat melelahkan dan tak jarang membuat calon ibu frustasi.

Namun, hal ini terbilang jarang menyebabkan komplikasi dan tidak sepenuhnya mengindikasikan ibu harus menjalani operasi caesar.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Jika serviks terasa lambat untuk meregang dengan sendirinya, cobalah untuk bersabar dan tetap rileks. Lakukan berbagai hal yang akan memicu kontraksi alami seperti tidur, berjalan santai, atau mandi air hangat.

“Setelah serviks Anda melebar enam sentimeter, Anda secara resmi dalam persalinan aktif. Setelah Anda berada dalam persalinan aktif, itu bisa menjadi masalah jika serviks tidak melebar secepat yang diharapkan. Dalam hal ini, operasi caesar mungkin direkomendasikan untuk menghindari komplikasi,” lanjut Landry lagi.

Artikel terkait: [Video] 3 Tahap melahirkan normal yang calon Ibu perlu tahu

#4 Persalinan cepat

Tak ada yang tahu apa yang akan terjadi di ruang persalinan, ada yang dapat melahirkan dengan cepat. Proses persalinan cepat yaitu ketika bayi lahir kurang dari tiga jam setelah kontraksi mulai terasa.

“Kebanyakan ibu baru mungkin melihat persalinan cepat sebagai hal yang positif, tetapi ada sejumlah kekhawatiran jika persalinan terlalu cepat terjadi,” kata Dr. Landry.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Salah satu kekhawatiran utama adalah kurangnya waktu untuk tiba di rumah sakit untuk menerima obat penghilang rasa sakit, tidak melahirkan di lingkungan yang steril, dan atau ibu melahirkan tanpa bantuan dokter.

Masalah potensial lain yang tak kalah penting seperti peningkatan risiko robeknya serviks dan vagina, pendarahan rahim atau vagina, dan risiko infeksi pada bayi dari persalinan yang tidak steril.

#5 Robeknya vagina dalam proses persalinan

Perineum; yakni daerah antara vagina dan anus rentan robek saat persalinan jika lubang vagina tidak cukup lebar untuk mengakomodasi kepala bayi.

“Sekitar 90% ibu mengalami robekan vagina selama persalinan. Robekan derajat pertama atau kedua mungkin akan menyebabkan sedikit ketidaknyamanan selama beberapa minggu, tetapi untuk robekan derajat ketiga dan keempat mungkin membutuhkan waktu lebih dari beberapa minggu untuk pulih,” “kata Dr. Landry.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Dalam beberapa kasus, dokter terpaksa harus melakukan episiotomi. Yaitu sayatan bedah untuk memperbesar lubang vagina. Namun, cara ini tak selalu harus dilakukan.

Dokter baru akan melakukannya jika bayi mengalami distosia bahu (bahu bayi terjebak di belakang tulang panggul), atau bisa juga ibu membutuhkan persalinan dengan bantuan forcep atau vakum. Nantinya, jahitan akan membantu memperbaiki perineum yang robek.

Artikel terkait: Prosedur Episiotomi Dalam Proses Melahirkan, Ibu Hamil Wajib Tahu

#6 Rektum robek

Proses persalinan juga tak menutup kemungkinan dapat merobek rektum Anda, sejenis robekan derajat empat, saat Bunda sedang dalam proses mengejan. “Ada saat-saat tidak ada yang dapat Anda lakukan untuk mencegah robekan tingkat empat. Untungnya, ini adalah robekan vagina yang paling jarang terjadi selama persalinan normal,” kata Dr. Ross.

Salah satu cara untuk mengurangi robekan rektum adalah dengan melakukan kompres dengan air hangat dan pijatan ringan.

“Pijat perineum umumnya dilakukan untuk membantu mencegah robeknya rektum saat persalinan normal. Memijat pangkal vagina dengan minyak atau pelumas berbahan dasar air dianggap melembutkan jaringan sehingga lebih kenyal dan meningkatkan fleksibilitas,” kata Dr. Ross.

Artikel terkait: Pijat Perineum, Persiapan Melahirkan Agar Bebas ‘Robekan’

#7 Retensi plasenta

Setelah bayi Anda keluar di dunia, Anda mungkin berpikir itu sudah berakhir, tetapi itu tidak sepenuhnya terjadi. Merupakan hal yang normal saat kontraksi masih terjadi untuk mengeluarkan plasenta dari rahim. Selain itu, kontraksi diperlukan untuk mengurangi perdarahan pascamelahirkan.

Pengeluaran plasenta sering terjadi dengan sendirinya dalam 30 menit pertama setelah melahirkan. Secara anatomi, plasenta terpisah dari dinding rahim dan didorong keluar dengan kontraksi. Retensi plasenta terjadi saat hal ini tidak terjadi secara alami.

Beragam penyebab kondisi ini antara lain kontraksi lemah, serviks terlanjur menutup sebelum plasenta keluar, atau bisa juga plasenta menempel pada dinding otot rahim. Jangan khawatir, obat-obatan rekomendasi dokter akan diberikan untuk mengendurkan rahim agar plasenta dapat keluar dengan sendirinya.

Gejala retensi plasenta termasuk demam, bau menyengat, pendarahan berat, atau nyeri terus-menerus. Pembedahan akan menjadi jalan terakhir untuk membersihkan tubuh dari plasenta karena jika dibiarkan dapat mengancam jiwa.

Semoga informasi ini bermanfaat ya, Bunda!

Referensi: Parents.com

Baca juga :