Belakangan media sosial sedang ramai membahas kasus penganiayaan yang melibatkan putra pejabat Direktorat Jenderal Pajak (DJP). Selain menyeret nama ayahnya, sang kekasih berinisial AGN pun turut disebut-sebut. Pasalnya AGN adalah wanita yang diduga melatarbelakangi kejadian ini. Warganet pun menyebutnya kena princess syndrome.
Lantas apa sih sebenarnya princess syndrome itu? Benarkah akibat kesalahan pola asuh? Ini penjelasannya!
Artikel Terkait: 5 Artis Ini Ternyata Anak Pejabat, Cantik dan Berbakat!
Apa Itu Princess Syndrome?
Sumber: Pexels
Princess syndrome juga dikenal dengan sebutan cinderella complex atau princess sickness.
Kondisi ini merujuk pada perilaku remaja perempuan yang beranggapan bahwa dirinya adalah sosok yang begitu istimewa. Layaknya seorang putri yang hidup di negeri dongeng.
Pemilik sindrom ini hanya berfokus pada hal-hal yang indah. Mereka merasa dirinya adalah pemeran utama yang berhak menjadi pusat perhatian. Kelirunya, mereka jadi terobsesi dengan dirinya sendiri dan tak segan memanipulasi orang lain untuk menjadikannya sebagai prioritas.
Dampak Buruk Princess Syndrome
Ketika terjadi pada anak usia dini, hal ini mungkin masih terlihat menggemaskan. Namun tidak jika terbawa hingga mereka remaja bahkan dewasa.
Pasalnya, kondisi ini sangat mempengaruhi perkembangan psikologis mereka. Khususnya pada bagaimana cara mereka membawakan diri.
Sindrom ini membuat mereka tumbuh sebagai orang yang over percaya diri, selalu bergantung pada orang lain dan ingin dilayani, serta ‘enggan’ berjuang untuk dirinya secara mandiri.
Gambaran sederhananya, mereka adalah orang yang sangat concern soal penampilan dan body image, menginginkan semua yang terbaik, dan selalu menganggap dirinya sebagai orang nomor satu. Bahkan mungkin merasa dirinya “terlalu cantik untuk melakukan pekerjaan rumah”.
Artikel Terkait: 10 Gaya Kebaya ala Istri Pejabat yang Elegan dan Stylish
Penyebab Princess Sickness
Sumber: Pexels
Seorang psikolog klinis dari California Southern University, Dr. Nancy Irwin, menyebutkan bahwa kondisi ini seringkali ‘dikembangkan’ oleh para orangtua tanpa disadari dan sama sekali tidak disengaja.
Mungkin Parents juga pernah memanggil anak perempuan Anda sebagai putri atau sebutan lainnya untuk menyatakan betapa istimewanya mereka bagi Anda. Sayangnya, jika kebiasaan ini tidak diiringi dengan pengenalan konsep diri yang tepat justru bisa menjerumuskan gadis kecil kesayangan Anda pada kondisi princess sickness.
Hal ini bisa membuat mereka tumbuh membawa ekspektasi yang tidak realistis dan beranggapan bahwa mereka pantas mendapatkan perlakuan bak tuan putri.
Tanda-tanda Seseorang Mengalaminya
- Sulit berempati dan tidak mau berbagi ataupun berkompromi
- Sering mengabaikan perasaan atau kemampuan orang lain
- Suka mengeluh, merengek, dan bimbang jika ada hal yang tidak berjalan sesuai keinginan
- Suka mencari kesalahan dan memanipulasi orang lain
- Siap bersaing dengan perempuan lain untuk menjadi pusat perhatian
- Selalu butuh pujian dari orang lain, terlebih untuk penampilannya
Parents, kita semua pasti paham betul soal fitrah orangtua dalam melindungi dan menginginkan yang terbaik untuk anak. Namun, penting juga bagi kita memberi ruang bagi mereka untuk belajar dan menemukan ‘dirinya’ dalam kesalahan dan hal pahit lainnya. Setidaknya cara ini bisa membantu mereka tumbuh sebagai wanita yang lebih kuat dari yang mereka kira dan lebih siap bertanggung jawab atas dirinya secara mandiri.
Jadi, alih-alih menjadikannya ‘putri kerajaan’, dorong mereka untuk mengerahkan kemampuannya untuk hidup sebagai perempuan yang kuat dengan penuh welas asih. Setuju?
Baca Juga:
Anggun dan Menawan, Intip 10 Potret Istri Pejabat yang Mencuri Perhatian
Bongkar Gaji Pejabat, Kaesang Pangarep: Gajinya Kecil, Sumpah
10 Pasangan Artis yang Menggelar Pesta Pernikahan Mewah dan Dihadiri Pejabat
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.