Suatu hari, salah seorang tetangga bercerita tentang putri kecil nya yang masih menjadi anak TK, sangat telaten dan rajin mengerjakan setumpuk PR yang diberikan sekolahnya sebagai “bekal” liburan.
Anak TK diberikan banyak PR? Saya sedikit kaget mendengar cerita tersebut. Benar-benar sebuah “bekal” liburan yang sangat unik.
Sepintas memang hal tersebut tidak terdengar aneh. Dan wajar bila seorang anak sekolah mendapatkan PR. Masalahnya, PR tersebut merupakan hal yang wajib diselesaikan, terlebih untuk seorang anak TK.
PR untuk Anak TK dan Pra-sekolah
PR identik dengan Lembar Kerja Siswa. Bagi anak TK, PR ini dapat berupa lembar kerja menulis ulang atau mewarnai huruf, angka, nama diri dan sebagainya. Apa pun itu PR tetaplah PR yang, bisa jadi, hampir semua orang tidak menyukainya.
Saat ini, sebagian orang tua merasa tidak setuju dengan ide PR untuk anak TK, terlebih si Pra-sekolah. Namun, jumlah yang setuju dengan hal tersebut juga tidak kalah banyaknya.
Masih teringat jelas di ingatan saya bagaimana seorang ibu yang memohon beberapa lembar PR untuk putra sulungnya yang duduk di bangku TK A saat saya berkesempatan membantu beberapa mata pelajaran bagi anak-anak sekolah.
Alasannya? Agar anak mereka mau belajar. Selain itu masih mereka juga kawatir bila anak-anak mereka terlambat belajar dasar menulis dan membaca, maka anak-anak mereka pun akan terlambat masuk sekolah dasar. Akibat lebih jauh, putra-putri mereka pun akan terhambat untuk berprestasi lebih dibanding yang lainnya.
Inilah alasan utama para orang tua tersebut setuju bila anak TK mendapatkan PR dari sekolahnya. Namun, pertanyaan terpenting adalah haruskah anak-anak TK dan Pra-sekolah itu mendapatkan PR? Perlukah si kecil mengenal dan mengerjakan PR pada tahap awal sekolah mereka?
Fakta: Anak TK akan Belajar Lebih Baik tanpa PR
Para ahli telah meneliti, bahwa pada tiga tahun pertama usia si kecil, adalah masa-masa kritis bagi pertumbuhannya kelak. Berikut adalah beberapa hal yang terjadi pada usia tersebut.
- Mereka akan belajar untuk mengetahui siapa mereka dan bagaimana lingkungannya bereaksi terhadap keberadaan mereka.
- Mereka belajar bagaimana mengekspresikan perasaan atau emosinya dan kemudian belajar apa artinya perasaan dan emosi tersebut.
- Otak mereka berkembang dan saling berhubungan satu sama lain membentuk sebuah gambaran sebagai dasar perkembangan emosi, sosial, fisik juga kognitif mereka.
Dengan adanya ketiga hal di atas, pendidikan untuk si anak TK dan Pra-sekolah seharusnyalah terfokus pada bagaimana anak-anak akan belajar melalui permainan yang diberikan.
Dan kemudian, diharapkan soft skills (ketrampilan bersosialisasi, ketrampilan emosi, leadership, teamwork dan lain sebagainya) akan berkembang. Dengan hal ini diharapkan mereka juga akan memposisikan belajar sebagai suatu kegiatan yang menyenangkan.
Sesungguhnyalah, anak-anak TK dan Pra-sekolah lebih mudah belajar ketika guru-guru mereka terlibat aktif dalam proses belajarnya. Hal ini juga kan menjadi dukungan emosional bagi anak-anak tersebut. Untuk itu, PR sebetulnyalah tidak tepat bagi anak-anak TK dan pra-sekolah.
PR yang diberikan pada level perkembangan kognitif ini, hanya akan menghasilkan pembelajar pasif, yang sama sekali tidak akan berguna bagi anak-anak. Jadi PR untuk anak TK, apalagi pra-sekolah, benar-benar bukan ide yang baik.
Belajar bagaimana menulis dan membaca selama mereka di sekolah tidaklah mengapa; namun memberikan PR kepada anak-anak tersebut bisa jadi akan mengambil waktu mereka bermain dan bersama keluarga.
Alasan PR Masih Penting untuk TK
Meski PR terbukti tidak berguna bagi TK terlebih Pra-sekolah, namun menurut beberapa orang tua, PR tetaplah memilki sisi baik; seperti
- Membuat anak-anak mereka merasa sebagai seorang pelajar dan mereka bangga dengan hal tersebut.
- Membantu anak-anak untuk bersiap menghadapi kesibukan di sekolah dasar nantinya.
- Membantu mereka belajar disiplin.
- Membantu anak -anak tersebut untuk mengetahui apa tujuan mereka belajar di TK.
Sementara untuk si Pra-sekolah, terkadang PR juga digunakan untuk menguatkan hubungan anak-anak dengan orang tua; yaitu pada saat anak-anak meminta bantuan untuk menyelesaikan tugas-tugas sederhana dari sekolah.
Anggapan di atas memang tidak 100% salah, namun hal terpenting adalah bagaimana PR itu ditanggapi oleh anak-anak kita. Jadi, akan lebih baik jika kita tahu pasti apa tujuan sekolah memberikan PR untuk anak-anak kita yang duduk di bangku TK atau Pra-sekolah.
Misalkan seperti pekerjaan rumah yang diberikan oleh salah satu lembaga bimbingan membaca dengan anak didik usia 3-8 tahun. PR yang diberikan kepada mereka hanyalah sekedar pengingat apa yang siswa baru saja pelajari. Karena anak pada rentang usia ini biasanya mudah sekali untuk lupa.
Untuk itu lembaga ini melarang para orang tua siswa untuk memaksakan putra-putri mereka mengerjakan dan menyelesaikan (bahkan mengingatkan pun sangat tidak dianjurkan) lembar kerja yang mereka bawa pulang. Inisiatif tersebut haruslah datang dari si anak didik itu sendiri.
Nah, bagaimana dengan Parents; pentingkah PR untuk putra-putri kita yang duduk dibangku TK atau Pra-sekolah?
Baca juga artikel menarik ini: Jurus Jitu Agar PR Tidak Membebani Anak
Ref: Homework for Preschooler, is It Necessary?