Parents sudah tahu belum, sih, potensi anak seperti apa yang sudah dikuasai oleh si kecil? Atau, sampai sekarang masih meraba-raba, potensi apa yang justru harus dikembangkan?
Sebagai orangtua, kita tentu saja perlu mendampingi, dan membantu mengembangkan potensi yang dimiliki oleh anak. Untuk itu, tentu saja perlu kejelian dan lebih peka untuk bisa membantu memaksimalkan potensi anak.
Namun, hal yang perlu disadari lebih dulu tentu saja memahami bahwa setiap anak unik dan berbeda. Artinya, potensi yang dimiliki tentu saja tidak akan sama. Itulah sebabnya, Parents tidak bisa memaksa potensi anak atau bahkan membandingkan dengan anak lain.
Artikel terkait: 3 Penyebab anak susah belajar menurut Psikolog, Parents wajib tahu!
Peran orangtua untuk menggali potensi anak sejak dini
Orangtua mana, sih, yang tidak ingin anaknya tumbuh cerdas dan berprestasi? Memiliki potensi dan bakat yang bisa terus dikembangkan. Sayangnya, tidak sedikit orangtua yang masih merasa bingung, tidak memahami bagaimana cara mengenali bakat dan potensi yang dimiliki oleh anak.
Vera Itabiliana, selaku Psikolog Anak dan Remaja menegaskan bahwa orangtua tentu saja memiliki peran yang sangat penting untuk bisa mengetahui apa saja yang menjadi potensi anak. Dengan begitu, kita pun bisa lebih mudah mengarahkan atau membimbing agar anak dapat mengembangkan semua potensi dan bakat yang dimilikinya.
Vera mengegaskan bahwa potensi anak sebenarnya sudah bisa dilihat sejak mereka memasuki usia prasekolah. Di sini, orangtua bisa membantu memberikan peluang tentang minat dan bakatnya. “Ketika usia sekolah dasar anak sudah bisa ditanya mengenai minatnya,” ucap Vera saat saya temui di Jakarta beberapa waktu lalu.
Ia pun mengingatkan bahwa agar potensi anak semakin terlihat sedari kecil, orangtua perlu melakukan beberapa hal. Apa saja?
1. Berikan wawasan yang luas
Wawasan yang luas tentu akan memberikan si kecil pandangan baru mengenai suatu hal. Ini bisa membuka pikirannya tentang hal-hal baru yang mungkin menjadi minatnya.
Misalnya, kenalkan berbagai jenis olahraga pada si kecil. Mungkin saja ia akan menyukai dan punya bakat di salah satu jenis olahraga itu.
“Kasih anak banyak kesempatan, dan berikan banyak pilihan untuk anak. Dengan banyaknya wawasan yang diterima dan diperolah anak, maka ia pun jadi punya kesempatan untuk mengembangkan minatnya,” tungkas Vera.
Artikel terkait: Agar anak tidak lagi malas belajar, lakukan 5 trik ini
2. Sediakan banyak pilihan
Saat wawasan sudah diberikan dan kesempatan untuk mencoba sudah diberikan, sebaiknya Parents tidak hanya memberikan wawasan pada satu bidang saja.
“Misalnya kita pengen anak kita belajar musik, tapi di rumah mungkin nggak boleh pegang alat musik, nggak pernah kasih kesempatan nonton pertunjukkan musik, maka anak jadi nggak terbuka kan wawasannya. Jadi buka wawasan anak dan tentu saja tawarkan dengan beberapa pilihan yang ada apa,” sambung Vera.
3. Biarkan anak mencoba dan menentukan pilihannya sendiri
Pada usia dini biarkan anak mencoba banyak hal agar semakin terbuka wawasannya. Membiarkan anak mencoba hal baru juga nantinya akan memunculkan sendiri potensi yang akan ia ingin kembangkan.
“Kasih kesempatan anak untuk mencoba. Jangan serba dibatasi. Nah, dengan mencoba itu nanti dia akan ketemu, ‘Oh ini ternyata bakatku’, “Oh, ternyata aku memang paling suka bidang ini.”. Kalau nggak dicoba, anak nggak bakal tahu. Karena bakat itu kan terpendam sehingga memang butuh digali, dikembangkan, baru nantinya akan jadi sesuatu,” tambah Vera.
Vera mengingatkan, sebagai orangtua, Parents tidak perlu merasa bingung atau khawatir jika masih belum bisa melihat potensi anak. Atau justru masih melihat bahwa anak belum bisa fokus dengan satu aktivitas saja?
Jika hal ini terjadi, psikolog jebolan Universitas Indonesia ini mengingatkan bahwa orangtua yang memiliki anak-anak yang masih usia prasekolah sampai duduk di sekolah dasar, hanya perlu menyediakan atau memberikan fasilitas dan kesemapatan yang bisa dimanfaatkan oleh anak.
Tak perlu terburu-buru untuk mengetahui potensi anak. Pasalnya, seperti yang dikatakan Vera, umumnya potensi anak baru akan terlihat matang setelah usianya beranjak remaja..
“Berikan saja kesempatan pada anak lebih dulu, nanti biasanya baru steady itu setelah puber akhir, jadi SMP dan SMA mereka mulai yakin, ‘Oke ini bidang yang paling aku minati’,” tegas Vera.
Semoga bermanfaat, ya.
Baca juga: