Berkomitmen untuk menghabiskan hidup Anda bersama pasangan bukanlah keputusan yang mudah untuk dibuat. Bahkan beberapa pasangan merasa jauh lebih sulit untuk tetap bersama ketika menghadapai tantangan sehingga mengalami pernikahan tidak bahagia.
Memang wajar dalam pernikahan jika terjadi kesulitan dan drama yang menjadi bumbu penyedap dalam kehidupan rumah tangga. Terkadang kita pun menjadi sulit mengidentifikasi benarkah ini hanya fase normal ataukah kita terjebak dalam pernikahan tidak bahagia.
Kapan sebuah hubungan mulai menjadi ‘racun’?
Sebenarnya tanda-tandanya cukup bisa dilihat dengan jelas dibanding yang Anda pikirkan. Bila pasangan kasar dan merendahkan Anda, maka sudah pasti Anda terjebak dalam hubungan yang beracun.
Pernikahan tidak bahagia biasanya ditunggangi drama dan perilaku lain yang membuat Anda tidak dapat merasakan indahnya kehidupan rumah tangga. Hubungan beracun ini juga menghentikan Anda sebagai pribadi untuk berkembang.
Yang harus digarisbawahi: pernikahan tidak bahagia tidak akan pernah membuat Anda merasa aman dan dihargai.
Dari kacamata orang luar, meninggalkan sebuah perkawinan yang beracun tidak membutuhkan usaha. Namun, bagi mereka yang menjalaninya tak semudah itu.
Artikel terkait: 10 Tanda yang membuat pasangan suami istri perlu bercerai, Anda mengalaminya?
8 Alasan tak masuk akal seseorang bertahan dalam pernikahan tak bahagia
Alasan-alasan ini mungkin terdengar bodoh bagi Anda yang tidak menjalaninya. Namun bagi mereka yang mengalami hubungan beracun, sulit sekali untuk keluar dari perangkap ini.
1. “Semua ini wajar, kok!”
Dalam usaha untuk menerima kekurangan pasangan, Anda mungkin berkali-kali memaafkan sikapnya yang terang-terang telah menyakiti Anda.
Misalnya ketika Anda dan pasangan berdebat akan suatu hal hingga akhirnya ia mengeluarkan kata-kata kasar. Anda justru malah menyalahkan diri sendiri karena sikap kasar pasangan terjadi akibat perbuatan Anda, sehingga akhirnya lagi-lagi Anda pasrah saja menerima bila ia mengulangi perbuatannya lagi.
2. “Ah, semua orang juga pasti pernah melalui titik ini”
Memang benar untuk selalu melihat kebaikan yang dimiliki pasangan, namun jangan menutup mata juga terhadap segala fakta lainnya. Cobalah untuk selalu melihat setiap peristiwa dari dua sisi.
Ya, semua pasangan pasti pernah melewati cobaan. Namun, jika setiap kesulitan kebanyakan dilakukan oleh pasangan Anda, saatnya mempertimbangkan untuk keluar dari pernikahan tidak bahagia.
3. “Kami telah melewati begitu banyak hal bersama-sama”
Melewati berbagai hal bersama pasangan terkadang membuat Anda merasa tergantung padanya sehingga dengan mudah mengabaikan sikapnya yang beracun.
4. “Saya sendiri juga memiliki kesalahan”
Mengakui bahwa diri sendiri memiliki kekurangan memang baik tapi tidak selalu bijak. Anda memang punya kesalahan, namun bukan berarti perbuatan beracun pasangan dianggap benar.
5. “Dia cuma sedang mengalami hari yang jelek”
Apakah pasangan menyerang Anda saat keadaan tidak berjalan sesuai rencana?
Kita semua pasti pernah mengalami saat-saat yang kurang menyenangkan. Tapi ketika Anda membiarkan pasangan menyalahkan Anda atau melontarkan kata-kata kasar karena mengalami hari buruk, berarti ada yang tidak sehat dalam hubungan Anda dan pasangan. Tidak ada rasa saling menghormati dalam hidup berumah tangga.
6. “Saya dekat dengan keluarganya”
Kedekatan dengan keluarga pasangan bukanlah alasan yang sah untuk menoleransi pernikahan tidak bahagia. Bukan hanya karena perbuatan itu tidak bijaksana, tetapi sekaligus tidak adil bagi mertua yang sudah menghargai dan menganggap Anda sebagai anaknya sendiri.
7. “Kami saling membutuhkan”
Anda tidak memiliki kewajiban untuk tetap bertahan dalam hubungan yang buruk. Jika keuangan dan aset Anda digabungkan dengan milik pasangan, memang lebih sulit untuk melepaskan diri, apalagi bahwa Anda harus memulai semuanya dari awal lagi.
Tidak mudah meninggalkan kehidupan yang telah dibangun bersama, tapi adalah sebuah tindakan bodoh jika Anda memilih bertahan dalam hubungan yang beracun ini.
8. “Terlalu rumit jika harus berpisah”
Ini adalah alasan yang paling gampang diucapkan untuk membenarkan diri bertahan dalam pernikahan tidak bahagia. Bukan hanya Anda meremehkan orang-orang yang sungguh peduli dengan Anda, namun Anda juga menganggap enteng permasalahan sebenarnya hanya karena tidak mau ‘ribet’.
Tak ada seorang pun yang menginginkan kegagalan dalam pernikahan, terutama jika sudah memiliki anak. Bila Anda memiliki masalah, tidak selalu berarti hubungan Anda beracun. Pastikan untuk meminta saran dari support system Anda (orangtua, saudara kandung, sahabat) untuk menemukan solusi.
Meninggalkan hubungan yang beracun dan pernikahan tidak bahagia, meskipun sering sebagai pilihan yang tepat, tapi tidak boleh Anda anggap enteng. Hal ini tidak hanya akan memengaruhi Anda tapi juga orang-orang yang mencintai Anda.
*artikel disadur dari tulisan Bianchi Mendoza di theAsianparent Singapura.
Baca juga:
5 Alasan Mengapa Pasangan Tidak Mau Bercerai Meski Pernikahannya Tak Bahagia