Kehadiran seorang anak dalam sebuah hubungan rumah tangga memang mengubah banyak hal. Perubahan tersebut tentunya bisa menjadi lebih baik, atau justru malah membuat pernikahan kandas.
Penulis Michael J. Russer menceritakan pengalaman pribadinya bagaimana 26 tahun pernikahan kandas setelah memiliki anak. Cerita ini awalnya terbit di ‘The Good Men Project’.
Di buku tersebut secara rinci Michael mengungkapkan bagaimana pernikahan kandas justru setelah memiliki anak. Menurutnya tidak ada hal yang benar-benar bisa membuat anda siap untuk menjadi orangtua. Meskipun dengan membaca semua buku, anda bisa mendapatkan hal itu.
Lewat semua hal yang baru terjadi di antaranya, tanggung jawab yang berubah, dan fokus yang banyak bergeser ke hal-hal yang berbeda dari sebelumnya, membuat keintiman dalam hubungan menjadi renggang.
Apa penyebab pernikahan kandas setelah punya anak
“Anak itu tidak akan berhenti menangis, kecuali salah satu dari kami memegang dan mengayunkannya dengan lembut, itu seperti masa-masa yang aneh,” kata Michael menceritakan pengalamannya.
Saat hal tersebut terjadi, adalah hal yang tidak biasa bagi seorang ayah jika mulai benci terhadap anaknya. Menurut Michael, anak mampu memonopoli semua perhatian istri yang sudah hampir tidak ada baginya.
“Dan, jika dia cukup polos mengisyaratkan bahwa kebutuhannya tidak terpenuhi, baik secara emosional atau fisik, maka seorang ayah berpeluang untuk di cap sebagai pria paling brengsek di dunia.” katanya.
Menurut Michael, ke depannya hal tersebut seperti lereng yang licin, dan tidak menjadi lebih baik ketika anak mulai tumbuh besar. Aktivitas memomong bayi sampai pagi hingga tertidur, kemudian akan digantikan dengan rutinitas lain, seperti pertemuan orangtua murid, kegiatan sekolah, pesta, dll.
“Inilah masalahnya, ketika anak-anak telah menjadi fokus utama dari hubungan anda, itu bakal menjadi masalah besar, bahkan sebelum anda menyadarinya.” ungkap Michael.
Meskipun ia memutuskan untuk memiliki anak kedua, kemarahan Michael hanya sampai pada titik bahwa dia lebih baik menyibukkan dirinya dalam pekerjaan, untuk menafkahi keluarganya.
“sebuah perilaku yang secara sosial disetujui, dipraktikan, namun merupakan paku terakhir dalam peti mati hubungan rumah tangga.” tulisnya.
“Saya akhirnya mengakhiri pernikahan kami setelah 26 tahun, di mana keadaan menjadi sangat buruk, bahkan pada 11 tahun terakhir hubungan kami, saya merasa seperti hidup selibat. Sayangnya, ini bukan hasil yang sangat tidak biasa.” kata Michael.
Jika kembali melihat ke belakang, Michael mengaku bahwa jika menikah lagi, dia akan berusaha untuk berkencan di malam hari dengan pasangannya, setidaknya sekali seminggu.
“Sebagai suami, saya juga akan lebih sadar akan kebutuhannya selama ini, ke depannya saya tidak ingin terlalu terburu-buru untuk hanya melakukan hubungan seks.
“Sebaliknya, saya akan menghabiskan lebih banyak waktu sepenuhnya untuk dia, dan memberinya banyak waktu untuk ‘pemanasan’, hingga titik di mana dia menginginkan hubungan intim.”
Cerita di atas setidaknya bisa jadi bahan perenungan bahwa kasih sayang pada anak, jangan sampai mengurangi rasa sayang pada pasangan kita. Semoga bisa jadi pelajaran buat kita ya bun.
sumber theindusparent
Baca juga:
Unik! Pasangan yang menikah 37 tahun ini kerap tampil serasi setiap hari
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.