Belakangan ini, berita perceraian Tessa Kaunang dan Sandy Tumiwa telah meramaikan media massa. Pasangan itu sendiri membenarkan bahwa pernikahan beda agama adalah salah satu penyebab perceraiannya.
Tessa Kaunang dan Sandy Tumiwa tidaklah sendirian. Mereka bukan satu-satunya pasangan yang tidak dapat melanjutkan bahtera pernikahan beda agama dan mengakhirnya dengan bercerai karena agama.
Tentu banyak pasangan lainnya yang mengalami situasi serupa dalam pernikahan beda agama, bahkan konflik sering terjadi sebelum pernikahan berlangsung.
Pernikahan Beda Agama, Penuh Tantangan
Berbagai tantangan dalam sebuah pernikahan beda agama, antara lain:
- Dibutuhkan toleransi yang tinggi dari kedua belah pihak, terutama saat merayakan hari raya masing-masing
- Ketika menyelesaikan konflik atau masalah, haruslah berimbang dan tidak berat sebelah berdasarkan pola pikir salah satu pihak saja.
- Kebiasaan sehari-hari hingga cara beribadah haruslah dilakukan penuh dengan toleransi.
- Jika di kemudian hari memilki keturunan, bagaimana pola asuh yang akan diterapkan? Agama mana yang akan diajarkan kepada anak? Semua ini harus dibicarakan baik-baik tanpa memaksakan keinginan salah satu pihak saja.
- Masalah seringkali tambah runyam ketika keluarga suami dan istripun turut mencampuri permasalah keluarga.
Baca juga : After the Love Has Gone
Dampak keluarga dan lingkungan
Masyarakat Indonesia masih beragam dalam menanggapi pro dan kontra tentang pernikahan beda agama. Namun, setidaknya faktor di bawah ini dapat menjadi pertimbangan:
1. Restu orang tua dan keluarga besar
Belum tentu keluarga menyetujui langkah besar pernikahan beda agama. Konsekuensi negatif dari orang tua dan keluarga besar harus siap Anda hadapi, dan hal ini tidak hanya berlangsung sebelum menikah, tetapi dapat terjadi sepanjang kehidupan pernikahan Anda.
2. Psikologis anak
Biasanya anak yang terlahir dari pasangan beda agama akan mengalami kebimbangan tentang agama yang akan dianutnya, karena ada dua kepercayaan di dalam keluarganya. Seiring dengan bertambah dewasanya sang anak, diharapkan ia diberi kebebasan untuk memilih mana yang dapat menjadi kepercayaannya.
3. Reaksi masyarakat dan lingkungan
Masyarakat di sekitar kita adalah masyarakat yang “terlalu peduli” terhadap orang lain, sehingga pasangan menikah beda agama haruslah siap berlapang dada untuk menerima pendapat miring dari lingkungan sekitarnya.
Seringkali masalah cinta mengalahkan rasio. Anda yang menikah beda agama wajib menyadari konsekuensi dan sebab akibat dari pernikahan beda agama. Masalah dalam pernikahan memang bukanlah hanya karena agama, melainkan masih banyak masalah kompleks lainnya.
Kembali kepada Anda, bagaimana Anda dan pasangan menyikapinya dengan segala jalan keluar dan pandangan masing-masing.
Baca juga artikel menarik lainnya:
Ayah, Jangan Katakan 10 Kalimat Perusak Rumah Tangga ini kepada Istri Anda
10 Hal yang Sebaiknya Tidak Anda Katakan kepada Suami