14 Tahun di Penjara, Begini Perjuangan Maria Eleanor Melawan Trauma

Sempat ingin bunuh diri, begini kisah perjuangan Maria Eleanor selama di penjara.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Menjalani kehidupan di dalam penjara bukanlah hal mudah, apalagi jika membayangkan harus menjalaninya lebih dari satu dekade. Trauma mungkin saja terjadi. Tidak hanya trauma yang berhubungan dengan kasus yang menjadi penyebabnya, tapi juga trauma selama berada di dalam tahanan. Beginilah perjuangan Maria Eleanor melawan trauma selama menjalani vonis penjara 14 tahun.

Perjuangan Maria Eleanor Melawan Trauma Menjalani Vonis Penjara 14 Tahun

Sulitnya Mengubah Stigma Masyarakat

Perjuangan Maria Eleanor melawan trauma ini dikisahkan sendiri olehnya di program acara Call Me Mell (MNC TV) seperti dilihat dalam channel Youtube program ini.

Melaney Ricardo selaku host program penasaran, seperti apa perasaan Maria saat merasakan kebebasannya. Maria menjawab, hal pertama yang dirasakannya adalah ketakutan akan penghakiman (judgment) yang mungkin akan diberikan masyarakat kepadanya.

Namun jika hal itu terjadi, ia pun tidak bisa berbuat banyak. Pasalnya, dirinya memang tak mungkin bisa mengendalikan apa yang dipikirkan masyarakat di luar kuasanya. Dia menganggap memang sudah seperti itulah budaya berpikir masyarakat pada umumnya, lebih senang mendengar isu dari pada fakta.

“Kita tidak bisa mengharapkan orang-orang harus, ‘Eh, ayo cari tahu yang benar (tentang saya). Kadang-kadang kan orang lebih nyaman (dengan pemikiran mereka). Mereka tahunya ‘ini’ ya ‘ini’ saja. Sekalipun ada hal (informasi) baru yang dikasih tahu, mereka sudah lebih nyaman ‘ini’,” terang Maria. “Kalau misalnya ada tokoh yang disalahin atau apapun, pokoknya (yang jadi) ‘bulan-bulanannya’ (pasti saya), daripada capek-capek mikir lagi,” tambahnya lagi.

Maria berharap, masyarakat bisa bersikap lebih adil kepadanya dan mau menerima dirinya yang baru apa adanya. “Aku mikir, ya sudah deh dari pada mikirin kayak gitu, mau sampe kapan juga ya. Kita juga enggak bisa mengubah pola pikir mereka, juga enggak bisa mengubah apa-apa lagi. Yang aku harapkan sih, (pengertian) itu bisa timbul dari hati nuraninya masyarakat.”

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Canggung Berada di Tengah Keluarga

“Setelah kembali ke rumah… canggung ya. Sama orang terdekat saja kan sudah terpisah lama ya, terus tiba-tiba jadi satu lingkungan lagi. Ya bersyukur, kangen juga, tapi ya masih ada canggunglah, masih ‘Oh iya tempatnya udah berubah ya sekarang’ ya.”

Sebenarnya apa dialami Maria wajar-wajar saja, mengingat ia sudah bertahun-tahun hidup di dalam satu ruangan kecil bersama tahanan-tahanan lain. “Gimana ya, emang menjalani kehidupan cukup lama bertahun-tahun di suatu ruangan yang… ya sudah, deh, aggap aja rumah. Biar bisa betah kita harus anggap begitu. Tiba-tiba keluar (bebas dari penjara), ya, kaget awal-awa melewati fase itu,” terang Maria.

Artikel terakait: Hati-hati! Mengejek fisik di media sosial bisa dipenjara 4 tahun

Lawan Keinginan Bunuh Diri, Salah Satu Perjuangan Maria Eleanor Melawan Trauma

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Kebebasan merupakan harapan terbesarnya saat masih di dalam penjara. Tapi ketika ia mendapatkan kebebasan bersyarat, ia justru merasa takut hidup bebas.

"Pada saat di luar itu, ya serba gimana ya, serba takut ketemu orang karena semua orang tahu. Sudah bukan rahasia umum lagi apa yang menimpa aku," kata Lidya.

Perasaan takut ini benar-benar membunuh karakternya sendiri. Ia menjadi orang yang tidak percaya diri, tidak berani menggunakan media sosial, hingga bahkan berniat untuk bunuh diri. Untuk mengatasi semuanya itu, ia pun harus menjalani bimbingan psikologis. Perlahan namun pasti, bimbingan psikolog bisa membantu mengembalikan kepercayaan dirinya lagi, serta memberi keyakinan bahwa kehidupan dunia luar tidak semengerikan yang ia bayangkan.

Maria juga sadar betul seberapa jahat jemari warganet jika sudah tidak menyukai suatu hal. Maria tidak siap menghadapi dirinya di-bully di dunia maya. "Sekarang ada (akun) tapi belum di-publish karena memang belum siap," ceritanya.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

"Pertama itu (ingin) memperbaiki mental dan batin dulu, menyembuhkan luka batin semuanya dulu supaya ke depannya jauh lebih tenang," tambahnya lagi.

Trauma Sampai Harus Ganti Nama

Jika Anda melihatnya di suatu tempat, panggil Lidya Pratiwi dengan nama barunya, Maria Eleanor. Pemeran Shania dalam serial Untung Ada Jinny ini sudah berganti nama sejak 2013 lalu. Seperti yang sudah dijelaskannya beberapa kali kepada media, ia punya alasan untuk itu.

“Pertama, merasa berat dengan nama tersebut. Benar (saat media mengkonfirmasi ke pihak pengadilan di Jakarta Barat) kalau katanya tidak cocok lagi. Betul memang tidak cocok lagi. Jadi aku merasa terlalu berat dengan nama Lidya Pratiwi itu, terlalu banyak beban yang aku pikul yang seharusnya tidak menjadi beban aku,” katanya menerangkan.

Maria mengaku, ia sendiri yang memilih nama barunya. “(Arti nama) Maria enggak terlalu jauh dari ‘Lidya’, enggak terlalu susah (penyebutannya). Kita tahu sosok Maria, itu artinya lembut, keibuan. Kalau ‘Eleanor’ sebenarnya artinya cahaya, terang. Berharap (kehidupan saya) ke depannya menerangi semuanya.”

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Artikel terkait: Denada ganti nama sang anak menjadi Aisha, ini alasannya!

Bebas Bersyarat Sejak 2013

Ternyata Maria sudah lama bebas dari penjara. Kepada co-host Call Me Mell, Ichsan Akbar, Maria menceritakan mengenai hal ini.

“Dalam proses hukum, dalam menjalani masa tahanan, ada reward kalau berkelakuan baik, ada hak pembebasan bersyarat. Aku berkelakuan baik sehingga mendapatkan hak itu. Pembebasan bersyaratnya sudah dari 7 tahun lalu, dari 2013. Tapi dalam masa pembebasan bersyarat itu kita harus lapor, tetap harus menjaga perilaku, dan ditambah masa satu tahun percobaan. Jadi 2018 secara administrasi (sudah bebas),” terang perempuan berusia 33 tahun itu.

Maria berharap, ia bisa menjalani kehidupan seperti orang normal pada umumnya. Perlahan tapi pasti, saat ini ia mulai kembali beraktivitas normal berbaur dengan masyarakat luas.

Baca juga:

id.theasianparent.com/profil-lidya-pratiwi

 

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan