Sebuah kisah perjuangan anak sekolah baru-baru ini viral di berbagai media sosial. Anak tersebut adalah Karim Maullah, bocah berusia 10 tahun yang kini menempuh pendidikan di kelas 3 SD.
Karim setiap hari bangun pukul 03.00 pagi untuk menempuh perjalanan jauh dari tempat tinggalnya di Kemayoran, Jakarta Pusat, menuju Sekolah Masjid Terminal (Master) di Depok, Jawa Barat.
Berikut kisah selengkapnya.
Setiap pagi Karim Maullah naik KRL sendirian untuk pergi ke sekolah
Dilansir dari laman Kompas.com, Diana nenek Karim bercerita awal mulanya Karim masuk sekolah dengan diantar jemput olehnya.
“Cuma karena saya sakit pengapuran tulang dan sempat dirawat di rumah sakit akhirnya Karim berangkatnya sendirian,” ujar Diana sambil tersenyum.
Sebagai seorang nenek, Diana mengaku sempat khawatir melepas Karim berangkat sekolah sendirian naik KRL tanpa pengawasan siapa-siapa. Namun kekhawatiran tersebut hilang karena semangat Karim untuk menimba ilmu.
“Karim bilang ke saya, ‘Sudah tidak apa-apa, Nek, aku berangkat sendiri, aku berani kok. Nenek sembuh aja ya dulu’,” ucap Diana menirukan perkataan Karim seraya meneteskan air mata.
Dari situlah awal mula Karim sering berangkat sekolah sendirian. Sesekali, Diana pun menyempatkan diri untuk menjemput Karim bila kakinya tidak sedang sakit parah. Meskipun saat ini dia harus menggunakan tongkat untuk berjalan.
Karim bangun jam 3 pagi setiap hari untuk pergi ke sekolah
Perjuangan Karim untuk bersekolah tidaklah main-main. Diana mengaku Karim setiap hari bangun tidur dan menyiapkan keperluan sekolahnya sendiri sejak pukul 03.00 WIB.
“Dia yang bangunin saya, Mbak tiap hari kalau mau berangkat, ‘Nek bangun, Nek, aku mau sekolah, aku sudah siap’,” ungkap Diana.
Dari Stasiun Kemayoran, Karim menempuh perjalanan 1,5 jam hingga ke Stasiun Depok Baru. Setelah itu, dia meneruskan perjalanan dengan berjalan kaki sejauh 550 meter atau sekitar 7 menit menuju Sekolah Master.
Artikel terkait: Hebat! Anak ini lintasi dua negara untuk pergi ke sekolah
Sepulang sekolah Karim membantu sang nenek mengumpulkan botol bekas
Menurut cerita Diana, Karim telah terbiasa mandiri sejak ditinggal kedua orangtuanya.
Ibu Karim meninggal tahun 2018 akibat sakit paru-paru, Sementara ayah Karim tinggal di Manggarai.
Sejak kecil Karim biasa ditinggal pergi oleh orangtuanya karena sibuk dengan urusan masing-masing. Oleh karena itulah kini dia terbiasa hidup mandiri.
“Jadi seperti tidak ada yang peduli sama Karim, saya kasihan sama ini anak. Tapi sekarang jadi banyak yang sayang sama Karim,” ujar Diana.
Diana kemudian lanjut bercerita bahwa dia dan Karim awalnya tinggal di darah Situ Lio, Depok. Namun pada tahun 2016, mereka pindah ke daerah Kemayoran, Jakarta Pusat.
Wanita yang kini berusia 61 tahun tersebut memungut botol-botol bekas untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Setiap pulang sekolah, Karim menyempatkan diri untuk membantunya memunguti botol-botol bekas tersebut.
“Saya kan lagi sakit, dia yang jalan kadang pulang sekolah ngangkutin botol-botol bekas. Dia tuh tahu banget kalau neneknya lagi sakit, kaki saya dipijetin,” ucapnya.
Karim Maullah ingin jadi tentara
Melihat perjuangan Karim, Diana berharap cucunya tersebut dapat menjadi orang yang sukses. Dia mengatakan, Karim bercita-cita menjadi seorang Tentara Nasional Indonesia (TNI).
Keinginan Karim tersebut muncul lantaran dirinya sering menonton film perang.
“Dia itu suka film perang terus dia selalu bilang ke saya, ‘Nek, aku nanti mau jadi TNI supaya bisa lindungi Indonesia dan orang banyak’,” ungkap Diana.
Sebagai seorang nenek, Diana pun selalu berdoa agar Karim dapat menggapai cita-citanya.
“Saya mah hanya bisa berdoa saya bisa sekolahin dia sampai nanti dia jadi tentara biar buktiin ke orang-orang kalau orang kecil juga bisa sukses,” tutupnya.
Kisah perjuangan anak sekolah ini kemudian menjadi viral, bahkan ada warganet yang membuka akun di kitabisa.com untuk menggalang donasi bagi Karim, supaya dia bisa memiliki perlengkapan sekolah yang layak. Bahkan artis Melly Goelaw juga turut memberikan dukungannya terhadap Karim.
Sumber: Kompas.com, Kitabisa.com
Baca juga