Kehidupan memang mengharuskan kita untuk berjuang. Perjuangan ini pula yang tengah dijalani Muhammad Saputra yang harus mencari nafkah setelah kedua orangtuanya meninggal. Perjuangan anak ini pun, membuat banyak orang merasa iba. Kisahnya viral di media sosial.
Dilansir dari Kompas, Muhammad Saputra adalah seorang anak yatim-piatu yang berusia 12 tahun. Orangtuanya meninggal pada tahun 2018 silam. Ayah putra meninggal akibat sakit paru-paru. Sedangkan ibunya meninggal setelah melahirkan adiknya yang paling kecil.
Kini, Muhammad Saputra tinggal bersama kakaknya, Leha dan adiknya yang masih TK, serta adik bungsunya yang masih berusia 10 bulan.
Perjuangan anak 12 tahun berjualan cilok untuk menghidupi keluarga
Setelah ayahnya meninggal pada Mei 2018 lalu, Putra berjualan cilok yang dibuat tetangganya. Dengan menggunakan sepeda, Putra berkeliling sambil menjual cilok buatan Ratini, tetangganya.
Meski berjualan cilok, Putra tak meninggalkan bangku sekolah. Saat ini duduk di kelas 3 SDN Jurang Mangu Timur I, Pondok Aren, Kota Tangerang Selatan.
Melihat usianya yang sudah 12 tahun, Putra seharusnya sudah menjadi murid kelas 6 SD, namun ia sempat mengalami putus sekolah saat sang ayah mengalami sakit.
“Sempat putus sekolah waktu bapak sakit, jadinya berhenti. Jadi kelas 3 lagi, ketinggalan pelajaran,” kata Siti Juleha (17), kakak Putra.
Saat sang ayah sakit, Putra juga terpaksa mencari uang dengan cara mengamen di kawasan Ciledug.
“Sering lagi ngamen gitu disangka ada bosnya. Padahal mah ngamen sehari-hari buat makan, bantuin kakaknya buat beli susu,” ujar Leha sambil menggendong adik kecilnya yang baru berusia 10 bulan.
Kakanya Leha tidak bekerja karena harus menjaga adik bungsu yang kini berusia 10 bulan. Leha dan putra juga memiliki adik yang masih duduk di bangku Taman Kanak Kanak (TK).
Sempat putus sekolah, Putra bisa kembali mengenyam pendidikan berkat bantuan tetangga
Perjuangan anak yatim piatu agar bisa sekolah.
Melihat Putra yang terpaksa putus sekolah karena berjualan cilok untuk mencari nafkah, ibu-ibu di lingkungan rumah Putra tergerak hatinya untuk membantu. Mereka mengusulkan kepada para relawan-relawan untuk bersedia membantu Putra agar bisa sekolah kembali.
Akhirnya, sebuah organisasi non-pemerintah bernama Sekolah Relawan di Depok menghampiri kediaman Putra dan menawarinya untuk bersekolah kembali. Seluruh keperluan Putra untuk bisa kembali mendapatkan pendidikan yang layak dibiayai oleh relawan tersebut.
Putra pun mengaku senang akhirnya bisa bersekolah kembali.
“Senang, bisa ketemu teman-teman lagi,” kata Putra sambil tersenyum.
Meskipun usianya lebih tua dari teman-temannya di kelasnya, ia tak malu dan tetap semangat untuk datang ke sekolah setiap harinya.
Tapi Putra tidak memungkiri terkadang ada saja teman-teman di sekolah yang mengejeknya karena ia seorang pedagang cilok. Namun, ejekan tersebut hanya dianggap Putra sebagai angin lalu. Bahkan tanpa merasa malu, tak jarang ia membawa cilok dagangannya ke sekolah.
“Di sekolah ada juga teman-teman yang beli,” ujar putra.
Banting tulang di malam hari, dan harus kembali bersekolah di siang hari, membuat Putra tak bisa berbohong dan mengakui ia terkadang merasa lelah. Bahkan tak jarang ia ditegur gurunya karena kedapatan terlambat datang atau mengantuk saat proses belajar mengajar.
Meskipun sering dimarahi ia tetap mengagumi sosok gurunya.
“(Gurunya) baik, suka bercanda,” ujar Putra.
Putra berharap dia bisa terus mengeyam pendidikan sambil terus membantu menghidupi kakak dan adik-adiknya.
Semangat terus ya, Putra!
Baca juga:
Dikabarkan 4 Anak Yatim Terlantar di Sumedang, Ini Klarifikasi Ibu Mereka
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.