Perdebatan ASI vs susu formula, apa kata pakar tentang ini?

Perdebatan mengenai ASI vs Susu Formula sudah lama sekali terjadi, ASI memang lebih unggul namun bukan berarti susu formula juga baik untuk bayi. Mari simak penjelasan para pakar berikut ini.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Di antara para ibu yang memiliki anak bayi atau balita yang masih menyusui, sering terjadi perdebatan mengenai ASI vs susu formula.

Semua ibu setuju bahwa ASI adalah yang terbaik untuk anak, namun bukan berarti bahwa ibu memberi anaknya susu formula tidak ingin memberikan yang terbaik untuk anaknya juga.

Ada banyak faktor yang menyebabkan seorang ibu memberikan susu formula pada anaknya. Yang pasti malas menyusui bukanlah salah satunya.

Tidak ada seorangpun ibu yang mencintai anaknya yang tak ingin anaknya tumbuh sehat dengan asupan nutrisi yang baik.

Sayangnya, perdebatan mengenai keunggulan ASI dibandingkan susu formula seringkali membuat ibu yang tidak mampu menyusui anaknya merasa bersalah, bahkan merasa gagal menjadi ibu.

Saatnya kita berpikiran terbuka dengan tidak menghakimi para ibu yang memberi anaknya susu formula.

Sejarah tentang menyusui

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Sebagai permulaan, kita bisa menengok apa kata ilmuwan mengenai ASI vs susu formula, dibandingkan hanya mendengarkan apa kata ibu-ibu lain. Mari kita telusuri sejarah singkat tentang menyusui.

Sebagaimana tercantum di buku The Science of Mom: A Research-Based Guide to Your Baby’s First Year (Ilmu Pengetahuan Ibu: Panduan untuk Tahun Pertama Bayi Anda Berdasarkan Penelitian).

Banyak yang bilang sejak dahulu, semua anak hanya diberi ASI oleh ibunya, maka dari itu anak-anak pada zaman itu tumbuh dengan sehat dan jarang sakit. Padahal sebenarnya tidak juga.

Di masa lalu, para ibu juga mengalami masalah yang sama dengan para ibu di masa sekarang. Seperti produksi ASI yang tidak mencukupi, masalah pelekatan puting pada bayi. Atau, bahkan bayi yang tidak bisa menambah berat badan hanya dengan mengonsumsi ASI.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Pada tahun 1800-an, atau abad ke-19 para ibu yang mengalami masalah menyusui akan mempekerjakan seorang ibu susu bagi bayinya. Atau meminta kerabat dekat yang memiliki asupan ASI untuk menyusui anak mereka.

Jika hal itu tidak dapat dilakukan, maka para bayi tersebut akan diberikan susu sapi, atau susu formula buatan sendiri yang berasal dari endapan susu sapi, sirup jagung dan air. Hal ini didokumentasikan pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20.

Manfaat kesehatan yang dimiliki Bayi ASI

Bayi yang diberikan ASI cenderung memiliki risiko lebih rendah sekitar 25%-75% terkena infeksi saluran pencernaan dan pernapasan. Hal ini dikarenakan ada pemindahan sistem kekebalan tubuh dari ibu ke bayi melalui proses menyusui.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Selain itu, risiko bayi mengalami infeksi telinga juga rendah. Karena saat menyusu di payudara ibunya, anak akan mengembangkan kemampuan untuk mengatur ritme isapan, menelan dan bernapas dengan pola yang teratur. Hal ini membantu tabung di telinga bayi tetap berfungsi.

Ilmu pengetahuan juga menemukan bahwa bayi ASI memiliki risiko 50% lebih rendah mengalami Sudden Infant death syndrome (Sindrom Bayi Mati Mendadak). Dan terakhir, Bayi ASI juga sangat jarang mengalami kondisi necrotizing enterocolitis, yakni kondisi dimana jaringan usus mati.

Artikel Terkait: Waspadai Sindrom Bayi Mati Mendadak (SIDS)

Ikatan Emosional ibu dan bayi antara bayi ASI vs susu formula

Baik bayi ASI, yang diberikan melalui botol atau langsung dari payudara ibunya, maupun bayi susu formula, memiliki hasil sama dalam pembangunan ikatan emosional dengan ibunya.

Saat memberikan bayi susu, entah dengan botol atau langsung dari payudara ibu, bayi pasti akan digendong dan dipeluk oleh ibu. Selain itu, saat bayi menangis mereka juga akan dipeluk oleh ibu untuk ditenangkan.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Hal-hal inilah yang menciptakan ikatan emosional kuat antara ibu dan bayi, yang bisa dirasakan oleh setiap bayi, meski ia tidak menyusu dari payudara.

Orangtua akan memiliki cara untuk berkomunikasi dengan bayi bahwa mereka akan selalu berusaha ada untuk sang buah hati dan memenuhi semua kebutuhannya. Hal ini akan dimengerti oleh bayi, tidak berbeda apakah ia bayi ASI atau bayi yang diberi susu formula oleh ibunya.

Efek jangka panjang antara bayi ASI vs susu formula

Masih membicarakan buku Science of Mom, disana dijabarkan mengenai efek jangka panjang antara bayi yang diberi ASI vs susu formula. Poin-poin berikut akan menjelaskannya untuk Anda.

  • Sebuah studi membandingkan antara beberapa orang saudara yang diberi ASI dengan anak yang diberi susu formula. Hanya ada sedikit sekali perbedaan yang terjadi pada mereka di masa kecil.
  • Studi lain menemukan bahwa bayi ASI mengalami lebih sedikit diare dan eksim di tahun pertama hidupnya. Tetapi saat peneliti kembali memeriksa para bayi tersebut di usia 6,5 tahun dan 11 tahun, ternyata tidak ada perbedaan antara bayi ASI dengan bayi yang diberi susu formula. Peneliti memeriksa indeks massa tubuh, obesitas, tekanan darah, asma, kesehatan gigi, indikasi perilaku yang sulit. Semuanya cenderung sama, meski saat bayi ada yang diberi ASI dan lainnya diberi susu formula.

Jangan merasa gagal

Saat hamil, semua ibu pasti berencana untuk memberikan ASI ekslusif pada bayinya. Namun berbagai masalah seperti kurangnya suplai ASI, atau masalah pelekatan bisa jadi membuat seorang ibu merasa frustasi.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Bukan hanya rencana memberi ASI ekslusif yang gagal, tapi juga seringkali perempuan merasa gagal menjadi ibu bila tak bisa memberi nutrisi terbaik bagi anaknya yang terdapat dalam ASI.

“Kemarahan adalah reaksi alami dari para ibu yang selalu berencana memberi ASI eksklusif, namun tak bisa melakukanya.” Itulah yang diungkapkan Dr. Ruth Lawrence, seorang profesor di bidang kesehatan anak di Pusat Kesehatan Universitas Rochester.

“Para ibu ini mungkin tidak bisa memompa ASI-nya dengan jumlah banyak, atau mereka memiliki penyakit yang membuatnya tak bisa menyusui anak mereka.” Dr. Lawrence menambahkan.

Yasmine Evjen, seorang desainer grafik dan website di Chandler selalu berencana untuk memberikan ASI pada anaknya. Namun setelah bayinya lahir, tubuhnya tidak bisa mengeluarkan ASI dalam jumlah banyak. Hingga membuat Chloe, putrinya menjadi kelaparan.

“Saat kau tidak bisa menyusui anakmu sendiri, kau akan merasa gagal. Padahal seharusnya menyusui bisa terjadi secara alami,” ujar Yasmine.

Yasmine menunggu selama berminggu-minggu agar ASI-nya bisa keluar dengan jumlah yang cukup untuk Chloe, namun hal tersebut tidak pernah terjadi. Awalnya Yasmine dan suami meminta bantuan teman yang memiliki suplai ASI melimpah. Namun setelah teman tersebut kehabisan stok ASI, Yasmine tidak memiliki pilihan lain selain memberi Chloe susu formula.

Di samping itu, perlu digarisbawahi para ilmuwan memperingatkan bahayanya berbagi ASI jika ASI tersebut tidak dipindai dan pasteurisasi dengan benar.

“Tetapi, sangat penting bagi para ibu seperti Yasmine untuk tidak merasa bersalah karena tidak mampu menyusui.” Dr. Lawrence menyampaikan.

“Beberapa bayi memiliki kelainan yang membuatnya harus minum susu formula. Di lain pihak, ada pula ibu yang berusaha memompa ASI agar keluar, namun tidak berhasil. Beberapa ibu bisa memiliki ASI melimpah tanpa perlu memompa, namun ada juga ibu yang sudah berusaha keras memompa namun hanya berhasil mengeluarkan beberapa tetes ASI.” Dr. Lawrence menjelaskan panjang lebar.

Memberikan susu formula bukan berarti merampas momen penting ibu bersama bayi saat menyusui. Bunda bisa memberikan susu botol dengan cara menggendongnya seperti sedang menyusui lewat payudara, melakukan kontak mata dan merasakan pengalaman seperti ibu menyusui yang lain juga menjadi bagian yang penting.

Susu formula adalah alternatif yang baik

Pada umumnya, susu formula aman dan merupakan alternatif yang baik bagi bayi, bila ibu tidak mampu menyusui sendiri. Selain itu, sangat penting bagi para ibu yang ingin memberikan susu formula pada anaknya untuk berkonsultasi dengan dokter anak.

Melakukan penelitian kecil mengenai jenis susu formula yang terbaik bagi bayi juga merupakan hal yang penting untuk dilakukan.

“Dokter anak terlatih untuk mengatur nutrisi bayi, sehingga para ibu seharusnya tidak percaya sepenuhnya pada iklan susu formula, tapi mendiskusikannya dengan dokter anak mengenai jenis susu formula yang terbaik dan sesuai kebutuhan bayi.” Dr. Lawrence menjabarkan.

Artikel terkait: Tips Memilih Susu Formula yang Tepat

Susu formula masih lebih aman dan lebih baik, dibandingkan susu sapi atau susu yang diuapkan. Karena susu formula telah disesuaikan dengan kebutuhan bayi. Susu formula memiliki dosis protein lebih rendah, dan tingkat lemaknya telah disesuaikan agar serupa dengan ASI.

Berdasarkan Akademi Dokter Anak Amerika, susu sapi tidak mengandung vitamin E, zat besi, dan nutrisi lain yang diperlukan untuk tumbuh kembang bayi sebelum usia 1 tahun.

“Saat seorang ibu sangat ingin memberi ASI tapi sesuatu hal menghambatnya, kita butuh sistem yang lebih baik untuk menolong para ibu tersebut,” pungkas Dr. Lawrence.

Kini sudah jelas bahwa pemberian susu formula pada bayi memang menjadi alternatif terbaik saat ibu tidak bisa memberi ASI karena berbagai masalah yang disebutkan di atas.

Tidak sepatutnya kita menghakimi para ibu yang memberikan bayinya susu formula, karena kita tidak tahu masalah apa yang melatarbelakanginya.

Dibandingkan menghakimi, alangkah lebih baik kalau kita semua saling mendukung. Agar ibu yang memberi susu formula pada anaknya tidak merasa bersalah atau gagal.

Semua ibu selalu ingin yang terbaik untuk anak, saat ASI tidak mencukupi, susu formula adalah pilihan terbaik kedua yang bisa ibu lakukan untuk bayi tercinta.

Jadi, tak perlu lagi ada perdebatan antara ASI vs susu formula kan, Bun?

 

Referensi: themilitarywifeandmom.com, livescience.com

Baca juga:

Mana yang Lebih Baik, ASI atau Susu Formula?

Penulis

Fitriyani