Berbagai penyebab ketuban pecah dini yang harus diwaspadai Bumil!
Kenali beberapa penyebab dan risiko komplikasi ketuban pecah dini
Ketuban pecah dini sangat berisiko bagi ibu hamil dan bayi, karena bisa mengakibatkan persalinan prematur, atau bayi keracunan aspirasi mekonium. Ada beberapa penyebab ketuban pecah dini yang perlu diketahui dan diwaspadai setiap ibu hamil.
Artikel terkait: Bayi meninggal keracunan air ketuban, waspadai Sindrom Aspirasi Mekonium
Apa sajakah penyebab ketuban pecah dini yang perlu diwaspadai? Berikut informasi selengkapnya.
Ketuban Pecah Dini (KPD)
Ketuban pecah dini atau yang kerap disebut pula dengan KPD adalah kondisi dimana kantung ketuban pecah sebelum hari perkiraan lahir atau HPL datang.
Seperti yang kita ketahui, ketuban merupakan cairan yang melindungi janin selama berada di dalam rahim. Cairan ini pada umumnya akan pecah dalam waktu 24 jam sebelum HPL.
Bila cairan ini pecah sebelum HPL maka dikatakan sebagai ketuban pecah dini. Dalam dunia medis, setidaknya da dua jenis ketuban pecah dini:
- Premature rupture of membranes (PROM): Ketuban yang pecah setelah usia kandungan memasuki 37 minggu.
- Preterm premature rupture of membranes (PPROM): Ketuban yang pecah sebelum usia kandungan memasuki 37 minggu.
Artikel terkait: Waspada air ketuban pecah sebelum HPL, ini bahayanya!
Penyebab ketuban pecah dini
Ada beberapa hal yang dapat menyebabkan ketuban pecah dini. Beberapa diantaranya yaitu:
- Infeksi di bagian rahim, leher rahim, atau vagina.
- Cedera fisik akibat kecelakaan bermotor atau terjatuh.
- Hamil kembar.
- Volume cairan ketuban yang terlalu banyak.
- Merokok atau menggunakan narkoba.
- Melakukan operaasi atau biopsi serviks.
- Pendarahan.
- Kelainan plasenta.
- Posisi janin yang tidak normal.
- Indeks massa tubuh ibu hamil.
- Tekanan darah tinggi yang tidak terkontrol.
- Riwayat ketuban pecah dini sebelumnya.
Artikel terkait: Air ketuban merembes, waspadai bahayanya pada ibu hamil
Komplikasi ketuban pecah dini
Ketuban pecah dini dapat menyebabkan komplikasi yang cukup serius, seperti:
1. Infeksi dalam rahim
Ketika ketuban pecah, kuman dapat masuk ke dalam kantung ketuban sehingga menyebabkan infeksi di dalam vagina. Biasanya kondisi ini akan menunjukkan gejala seperti suhu tubuh yang naik, keputihan yang tidak biasa, bau yang tidak sedap, denyut nadi yang cepat, nyeri perut dibagian bawah, dan detak jantung janin yang lebih cepat dari biasanya.
Kondisi ini harus segera ditangani karena termasuk fatal.
2. Bayi lahir prematur
Saat ibu hamil mengalami ketuban pecah dini, dokter biasanya akan merekomendasikan ibu hamil untuk melakukan proses persalinan meskipun masih jauh dari HPL. Hal inilah yang menyebabkan bayi lahir prematur.
3. Retensi plasenta
Ketuban pecah dini memungkinkan ibu mengalami retensi plasenta. Dimana sebagian atau semua plasenta tertinggal di dalam rahim.
Kondisi ini bisa menyebabkan pendarahan postpartum, yakni pendarahan yang terjadi lewat vagina dalam waktu 24 jam hingga 6 minggu setelah melahirkan.
Artikel terkait: Retensio Plasenta, waspada komplikasi akibat ari-ari tertinggal di rahim setelah bayi lahir
4. Oligohidramnion
Oligohidramnion atau penurunan cairan ketuban (amnion) dapat terjadi bila ketuban pecah dini terjadi pada kehamilan usia muda. Bila ketuban berkurang, maka tali pusat dapat terjepit diantara janin dan dinding rahim. Akibatnya, janin bisa cedera otak bahkan meninggal dunia.
5. Kematian
Bila ketuban pecah dini terjadi sebelum usia kehamilan memasuki 23 minggu maka paru-paru janin mungkin tidak akan berkembang dengan baik. Akibatnya, janin tidak dapat bertahan hidup.
Bila janin tetap dapat bertahan hidup, maka kemungkinan dia akan mengalami cacat fisik atau mental ketika dilahirkan. Bayi juga berisiko mengalami masalah paru-paru kronis, celebral palsy, dan gangguan perkembangan lainnya.
Ciri-ciri ketuban pecah dini
Beberapa ibu hamil mungkin akan mengalami gejala ketuban pecah dini yang berbeda-beda. Namun beberapa gejala yang umumnya terjadi ialah:
- Air yang keluar dari vagina, kadang sedikit dan kadang banyak
- Basah konstan dalam pakaian dalam
Bila mengalami dua hal tersebut, sebaiknya segera lakukan konsultasi pada dokter secepat mungkin.
Semoga informasi ini bermanfaat.
Referensi: Alo Dokter, Children’s Hospital of Philadelphia
Baca juga
Kenali Perbedaan Cairan Ketuban dan Keputihan Saat Hamil, Bumil Wajib Tahu!