Menjaani peran sebagai ibu baru memang tidak mudah bagi sebagian besar wanita. Pikiran dan waktu yang tersita setiap waktu seringkali membuat para ibu tidak merasa bahagia menjalani harinya. Hal tersebut sebenarnya terjadi karena beberapa kesalahan ibu, seperti berikut.
Kesalahan ibu #1: tidak menyisihkan waktu untuk diri sendiri
Setujukah Bunda bila kami sebutkan bahwa menjadi ibu bagaikan lari maraton yang paling melelahkan? Coba baca paragraf di bawah ini tanpa bernapas!
Bertahun-tahun yang lalu kita menyadari bahwa di antara memberikan ASI menyapih dengan botol mengantar anak sekolah les seorang ibu juga harus mencuci baju memasak makan pagi siang malam mencuci piring menghadiri pertemuan orangtua dan guru membawa anak ke dokter melatih anak potty training dan masih banyak hal kecil lainnya ….
Oh ya, saya lupa meletakkan koma di antara seluruh jenis pekerjaan tersebut (Anda boleh bernapas sekarang).
Pernahkah Bunda bangun di pagi hari dan berkaca, lalu melihat sesosok wajah yang kusam dan terlihat sedih?
Seperti yang dikatakan Lena Horne, “Bukanlah pekerjaan banyak yang membuat para ibu sering kelelahan, tapi cara melakukan pekerjaan tersebut.”
Jadi Bunda, mari istirahat sejenak. Buku yang dibeli 3 bulan yang lalu, sudah menunggu untuk dibaca. Hubungi kawan lama, ngobrol atau keluarlah sebentar.
Jika semua itu tetap membuat Bunda merasa bersalah, ikutlah dengan suami dan anak ke taman. Percayalah, Bunda akan melihat diri Bunda yang lain.
Kesalahan ibu #2: terus-terusan “berperang” dengan anak-anak
“Aku adalah ibu, aku harus menang. Apa pun yang saya katakan, anak-anak saya harus menurut.”
Dulu saya berpikir seperti itu. Namun buang jauh-jauh pemikiran itu dari benak Anda.
Anak-anak memiliki pemikiran mereka sendiri. Apalagi mereka yang telah masuk masa remaja.
Kita dan anak-anak sebetulnya sama-sama ingin yang terbaik. Hanya saja, sudut pandang mereka yang berbeda membuat pemahamannya berbeda pula.
Jadi, bila ternyata pilihan anak-anak Anda memang lebih baik, berbesar hatilah, dan biarkan mereka melakukannya.
Kesalahan ibu #3: membandingkan
Kita semua tahu bahwa kita tidak boleh membandingkan anak yang satu dengan anak lainnya. Mereka unik dan indah dengan cara mereka sendiri.
Hanya saja, kita sering lupa bahwa diri kita sendiri juga unik. Kita sering membandingkan diri sendiri dengan bunda-bunda lainnya.
Saat membandingkan diri, kita akan semakin melihat “ketidaksempurnaan” yang kita rasakan.
Bunda, setiap diri kita adalah cantik, unik dengan cara kita masing-masing. Hanya ada satu Anda, dan satu saya.
Hal itu membuat setiap hidup kita istimewa. Kita tidak sempurna, tapi kita diciptakan dengan kesempurnaan masing-masing.
Kesalahan #4: menghabiskan “sisa” anak-anak
Mengeluh kelebihan berat badan? Bisa jadi kebiasaan menghabiskan sisa makanan anak adalah penyebabnya.
Ternyata ini tidak hanya berlaku pada sisa makanan. Kita membuat sebuah kesalahan besar saat mengambil semua “sisa” dari anak-anak yang kita cintai.
Misalnya mengembalikan sepatu ke rak yang merupakan sisa tanggung jawab anak sepulang sekolah, membereskan mainan setelah ia mengacak-acak kotak mainannya, dan masih banyak “sisa” lainnya.
Akhirnya kita mengeluh bahwa kelebihan berat badan dan kelelahan. Kelebihan berat badan yang tidak hanya memenuhi pinggang dan perut kita, tapi juga otak dan pundak kita
Butuh waktu untuk menyadarkan dan membiasakan anak-anak untuk bertanggung jawab. Setelah mereka terbiasa, biarkan mereka menyelesaikannya tanpa intervensi.
Kesalahan ibu #5: tidak menikmati hari ini
Saya ingat, sebelum si kecil lahir, saya sudah memimpikan banyak hal yang akan saya lakukan bersamanya. Di hari pertama saya menggenggam tangan kecilnya, saya sudah tidak sabar menunggu hari ESOK datang untuk mewujudkan semua mimpi-mimpi saya.
Hari ESOK itu memang datang dengan kesibukan mengganti diaper, pencapaian milestones si kecil, setumpuk pekerjaan, yang membuat saya lupa dengan semua mimpi-mimpi saya.
Saya menghibur diri, “Ya, BESOK lagi saja”, “mungkin NANTI.” Hingga akhirnya mimpi itupun menjadi sesuatu yang TIDAK PERNAH terwujud.
Saya kesal, juga menyesal. “Andai saja …” Namun keadaan tetap tidak berubah. Akhirnya saya sadar, ini bukan masalah hari ESOK yang tidak pernah datang, masalahnya saya tidak hidup di HARI INI, MENIKMATI SAAT INI.
Padahal setiap hari adalah hari baru, pengalaman baru. Daripada terus mengharap tetang hari ESOK yang tidak pasti, mari kita nikmati hari ini.
Setiap hari adalah hadiah yang berharga dari Tuhan. Bukan masalah bagaimana kita melewatinya, tapi bagaimana kita memanfaatkan, dan menikmati setiap pencapaian yang kita raih.
Referensi: the36thavenue.com