Beda kejang demam dan kejang karena infeksi saraf, Parents wajib tahu!

Kenali perbedaannya, untuk tahu cara tepat mengobatinya.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Anak kejang merupakan kondisi yang paling mengkhawatirkan bagi orangtua. Patut Parents ketahui, setidaknya ada 2 kondisi yang menjadi penyebab anak kejang, yaitu kejang demam dan infeksi susunan saraf pusat (SSP).

Kejang demam adalah kejang yang terjadi ketika anak mengalami demam di atas 38 derajat celcius. Kondisi ini biasanya berlangsung beberapa menit dan akan berhenti sendiri kejangnya, tapi demam dapat berlanjut untuk beberapa waktu.

Sedangkan SSP ialah ‘infeksi otak’ yang disebabkan oleh virus yang ditandai dengan demam dan dapat berkembang menjadi iritabilitas, menolak makan, sakit kepala, sakit leher, dan kejang. SSP juga dapat menyebabkan meningitis dan ensefalitis.

Artikel terkait : Kejang pada bayi: Kenali tanda-tandanya dan cara mengatasinya

Kejang demam dengan SSP merupakan dua kondisi yang berbeda. Sebab, SSP merupakan kondisi yang lebih serius dan bahkan anak berisiko terkena infeksi lebih parah yang bisa berisiko pada kematian.

Penyebab Anak Kejang : Kejang Demam

Kejang demam biasanya terjadi pada anak-anak berusia 6 bulan hingga 5 tahun. Lalu, apabila ada riwayat kejang dalam keluarga, maka kemungkinannya lebih besar anak akan mengalami kejang saat demam tinggi.

Dilansir dari situs KidsHealth, kejang demam bukanlah epilepsi atau gangguan kejang. Namun, tetap saja anak-anak yang mengalami kejang saat demam dapat memiliki sedikit peningkatan risiko untuk mengembangkan epilepsi.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Penyebab anak kejang berupa kejang demam terdapat dua jenis, yaitu kejang demam sederhana dan kompleks. Jenis sederhana merupakan yang paling umum terjadi, biasanya dapat berakhir dalam beberapa menit saja atau kurang dari 15 menit.

Selama kejang, anak-anak dapat mengalami kondisi badan yang berguncang, memutarkan mata, mengerang/merintih, tidak sadarkan diri atau pingsan, muntah dan buang air kecil selama kejang-kejang.

Sementara kejang demam kompleks dapat berlangsung hingga lebih dari 10 menit dan terjadi lebih dari sekali dalam waktu 24 jam.

Kejang kompleks pun ditandai dengan gerakan atau kedutan yang hanya pada satu bagian atau satu sisi tubuh. Untuk penyebab kejang, ternyata masih belum diketahui secara pasti, tapi beberapa bukti menunjukkan jika itu adalah cara otak anak bereaksi terhadap demam tinggi.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Artikel terkait: Waspadai kejang demam pada anak, ini yang perlu Parents ketahui

Penyebab Anak Kejang : Infeksi Susunan Saraf Pusat (SSP)

Penyebab anak kejang seperi infeksi SSP biasanya diakibatkan oleh virus yang menginfeksi sistem saraf pusat yaitu otak dan sumsum tulang belakang. Virus tersebut termasuk virus herpes, arbovirus, virus coxsackie, echovirus, dan enterovirus.

Beberapa infeksi itu memengaruhi meninges yaitu jaringan yang menutupi otak dan sumsum tulang belakang dan disebut meningitis. Selain itu, infeksi virus lainnya juga dapat memengaruhi otak, terutama ensefalitis.

Untuk mengobati infeksi SSP, obat antivirus saja biasanya tidak efektif untuk digunakan. Maka dari itu, anak-anak perlu menerima tindakan pendukung lainnya, seperti cairan dan obat untuk mengendalikan demam dan rasa sakit.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Gejala infeksi SSP pada bayi umumnya didahulukan dengan demam. Namun, pada bayi yang berumur lebih dari satu bulan biasanya mereka akan lebih rewel, menolak jika beri ASI, muntah, dan terkadang titik lunak di atas kepala bayi (fontanelle) menonjol yang menunjukkan peningkatan tekanan pada otak.

Artikel terkait: Waspadai 5 Penyakit Gangguan Kejang Pada Bayi yang Wajib Anda Ketahui

Perbedaan kejang demam dengan infeksi SSP menurut dokter

Terkait dengan perbedaan antara kejang demam dengan infeksi SSP, seorang dokter spesialis anak yaitu dr. Arifianto, Sp.A, memberikan penjelasan tentang hal tersebut melalui akun Instagram pribadinya. Menurut dia, meskipun sama-sama ditandai dengan demam, tapi keduanya merupakan kondisi yang berbeda.

“Kejang demam paling lama berhenti sendiri selama 15 menit, tapi jarang sekali sampai selama ini. Setelah kejang anak pun kembali sadar dengan sendirinya,” jelas Arifianto pada Minggu, 17 Februari 2019.

“Pada infeksi SSP seperti meningitis dan ensefalitis, kejang bisa berlangsung lebih dari 15 menit dan setelah kejang anak cenderung tidak sadar. Kejang juga sering berulang dalam waktu yang berdekatan,” imbuhnya menjelaskan.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Arifianto menyarankan orangtua harus mengetahui waktu yang tepat untuk membawa anak ke tenaga medis saat mengalami kejang. Yaitu ketika anak kejang berlangsung lebih dari 5 menit, lalu anak tidak sadar setelah kejang, serta kejang untuk pertama kalinya.

Kemudian, orangtua juga sebaiknya mengetahui apa yang seharusnya dilakukan ketika anak kejang. Ada beberapa hal yang boleh dan tidak boleh dilakukan saat anak kejang.

Berikut inilah pemaparan dr. Arifianto terkait hal penting yang harus diperhatikan saat kejang terjadi:

  • Miringkan posisi badan anak (agar tidak tersedak bila saat kejang anak sedang makan atau minum).
  • Jangan masukkan apapun ke dalam mulut, seperti sendok, kayu, atau jari tangan, dengan alasan khawatir lidah tergigit lalu putus. Tidak pernah ada laporan lidah putus karena anak kejang.
  • Melihat jam, karena jika kejang berhenti dengan sendirinya sebelum 5 menit, umumnya aman. Bila sudah 5 menit tak kunjung usai, segera bawa ke dokter terdekat.
  • Tetap tenang dan berdoa agar kejang segera berakhir.

Itulah beragam informasi terkait penyebab anak kejang, yaitu kejang demam dengan infeksi SSP. Semoga bermanfaat.

 

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan
Referensi : KidsHealth, MSD Manual, dan Instagram@dokterapin

Baca juga :

Kejang demam pada anak, begini cara mengatasinya