Penyakit mata memang tidak selalu mengganggu penglihatan, namun sebagian dapat menyebabkan kebutaan bila tidak segera ditangani. Kasus kebutaan di Indonesia sendiri masih tergolong tinggi, oleh sebab itu gejala-gejala penyakit mata yang umum terjadi perlu dikenali. Berikut adalah daftar penyakit mata yang paling banyak ditemukan pada orang dewasa dan anak di Indonesia.
Penyakit Mata yang Sering Dialami Orang Dewasa
1. Kelainan refraksi
Kelainan refraksi merupakan masalah kesehatan mata yang paling banyak ditemukan di Indonesia. Jenis kelainan refraksi pada mata yang umum, yakni:
- Hipermetropia atau rabun dekat. Kelainan ini menyebabkan penglihatan buram saat melihat objek dalam jarak dekat. Contohnya saat membaca buku atau mengoperasikan gawai/komputer.
- Miopia atau rabun jauh. Kelainan ini menyebabkan penglihatan buram saat melihat objek dalam jarak jauh. Contohnya saat menonton televisi atau berkendara.
- Astigmatisme atau mata silindris. Kelainan ini menyebabkan pandangan ganda (diplopia) saat melihat objek dari jarak dekat maupun jauh.
- Presbiopia atau mata tua. Kelainan ini mulai terjadi pada usia 40 tahun ke atas dan menyebabkan penglihatan buram dalam jarak dekat. Kondisi ini merupakan hal normal yang terjadi seiring dengan bertambahnya usia.
Kelainan refraksi dapat dikoreksi melalui penggunaan kaca mata, lensa kontak, maupun bedah korektif seperti lasik. Agar tidak cepat memburuk, diperlukan pula pemeriksaan rutin mata paling sedikit satu tahun sekali.
2. Konjungtivitis
Konjungtivitis atau mata merah adalah peradangan pada selaput bening mata yang membuat bagian putih mata tampak kemerahan. Gejala lain yakni mata yang gatal, berair, hingga nyeri. Penyebabnya antara lain iritasi karena polusi, alergi, dan infeksi yang disebabkan oleh bakteri, virus, atau jamur. Kondisi ini umumnya disebabkan oleh infeksi virus atau bakteri dan bersifat menular.
Meski sebagian kasus konjungtivitis dapat sembuh dengan sendirinya, pemeriksaan ke dokter mata tetap tidak diperlukan agar tidak salah memberikan pengobatan terhadap penyebab dari konjungtivis.
3. Pterigium
Pterigium adalah penyakit mata akibat adanya pertumbuhan jaringan serupa segitiga pada selaput lendir (konjungtiva) yang menutupi bagian putih mata. Pemicunya seringkali adalah radiasi sinar ultraviolet dari matahari, serta iritasi kronis akibat paparan asap, debu, angin, atau benda asing lainnya. Gejala yang sering dirasakan adalah rasa mengganjal pada mata, seperti kelilipan benda asing, mata perih dan merah, serta pandangan kabur.
Pterigium yang ringan dapat diatasi dengan penggunaan obat tetes mata yang mengandung kortikosteroid sesuai dengan anjuran dokter. Namun bila telah menimbulkan gejala yang lebih berat seperti pandangan kabur, maka perlu dilakukan operasi pengangkatan pterigium.
4. Katarak
Katarak adalah kekeruhan lensa mata yang lama-kelamaan dapat menimbulkan gangguan penglihatan. Faktanya, katarak merupakan penyebab utama kebutaan di dunia dan di Indonesia. Padahal, kelainan ini sangat bisa dikoreksi, dengan tingkat kesembuhan di atas 95 persen.
Pada katarak, lensa mata yang keruh menghalangi masuknya cahaya sehingga penglihatan terganggu. Proses ini dapat terjadi secara alami oleh karena proses penuaan. Pada yang demikian, katarak umumnya baru muncul pada usia 65 tahun ke atas. Namun, katarak bisa terjadi lebih cepat apabila terdapat faktor genetik tertentu, mengalami diabetes atau hipertensi yang tidak diobati, menggunakan obat golongan steroid dalam jangka panjang, sering terpapar sinar ultraviolet, atau pada perokok berat.
Selama saraf mata baik, gangguan penglihatan akibat katarak dapat diperbaiki melalui operasi pengangkatan lensa yang lama dan menggantinya dengan lensa buatan yang baru.
5. Penyakit Mata Glaukoma
Glaukoma adalah penyebab kebutaan kedua terbanyak di Indonesia. Pada kelainan ini, tekanan bola mata sangat tinggi sehingga dapat merusak saraf mata yang berperan dalam penglihatan.
Pada awalnya, glaukoma bisa tidak menimbulkan gejala. Seiring memburuknya menyakit, ketajaman penglihatan perlahan menurun dan lapang pandang semakin menyempit. Namun penglihatan perlahan menurun dan luas pandang menjadi semakin menyempit.
Glaukoma yang ringan dapat diatasi dengan pemberian obat tetes mata yang diresepkan oleh dokter. Sedangkan glaukoma yang berat memerlukan tindakan operasi.
6. Retinopati diabetik
Retinopati diabetik merupakan komplikasi dari diabetes. Kelainan ini cukup sering terjadi dan menyebabkan gangguan pada pembuluh darah retina di belakang mata, yang merupakan bagian dari jaringan penting yang berperan dalam proses penglihatan. Retinopati diabetik biasanya mengenai kedua mata. Risikonya dapat dikurangi melalui pengendalian yang baik pada gula darah, tekanan darah, dan kelainan kadar lemak darah (kolesterol dan trigliserida).
Penyakit Mata yang Sering Dialami Anak
Pada anak, kelainan pada mata dapat mengganggu proses belajar. Oleh sebab itu, orang tua perlu mengenali penyakit-penyakit mata yang banyak terjadi pada anak agar dapat segera ditangani. Jenis penyakit mata yang sering ditemukan pada anak antara lain:
1. Ambliopia atau mata malas
Ambliopia atau mata malas, adalah penyebab utama gangguan penglihatan pada anak. Kondisi ini terjadi ketika salah satu mata menjadi ‘malas’ karena tidak menerima gambaran yang sama jelasnya dengan mata sebelahnya. Ambliopia menyebabkan korteks visual otak tidak berfungsi secara normal sehingga a nak cenderung melihat hanya dengan mata yang sehat saja.
Penyebab ambliopia yang tersering adalah strabismus (mata juling), kelainan refraksi, ptosis (kelopak mata turun), dan katarak. Ambliopia yang tidak ditangani dapat sangat menurunkan kemampuan untuk melihat. Pengobatan untuk ambliopia adalah patching (menutup mata yang sehat untuk sementara waktu) dan/atau pemakaian kacamata. Ketajaman penglihatan dapat diperbaiki bila pengobatan dimulai pada usia dini.
2. Strabismus, Salah Satu Penyakit Mata yang Sering Dialami Anak-anak
Strabismus merupakan istilah untuk bola mata yang tidak sejajar. Salah satu bola mata tampak lurus, sementara satunya lagi dapat memutar ke dalam, ke luar, ke atas, atau ke bawah. Kelainan ini membuat pandangan tampak ganda karena perbedaan titik fokus pada kedua mata.
Strabismus perlu ditangani sesegera mungkin karena dapat berujung pada ambliopia dan menyebabkan kehilangan penglihatan permanen bila terlambat diobati. Tergantung tipe dan penyebabnya, pengobatan strabismus mencakup penggunaan kacamata, prisma, operasi, injeksi Botox atau patching.
3. Bintitan dan Kalazion
Bintitan atau hordeolum sering menjadi penyebab bengkak, kemerahan, dan nyeri pada tepi kelopak mata. Kondisi ini kerap disebabkan oleh infeksi bakteri. Biasanya, pembengkakan kelopak mata akibat bintitan dapat mereda dengan sendirinya dalam beberapa hari. Untuk membantu mengatasi bintitan, dapat dilakukan kompres hangat selama beberapa kali sehari. Pada kasus tertentu, mungkin diperlukan pemberian salap antibiotik.
Kondisi lain yang serupa dengan bintitan disebut dengan kalazion. Bedanya, kalazion tidak disebabkan oleh infeksi melainkan terjadi sumbatan pada kelenjar minyak di kelopak mata. Melakukan kompres hangat di rumah sesering mungkin biasanya sudah cukup untuk mengatasi kalazion.
4. Konjungtivitis
Anak-anak juga dapat mengalami konjungtivitis seperti orang dewasa. Konjungtivitis akibat infeksi virus atau bakteri bersifat menular, sedangkan akibat alergi tidak menular. Mata anak akan tampak kemerahan, gatal, berair, serta belekan. Selama konjungtivitis, sebaiknya anak tidak sekolah untuk menghindari penularan. Kondisi ini akan menyembuh dengan sendirinya dalam waktu kurang lebih satu minggu. Bila diperlukan, dokter akan meresepkan tetes mata antibiotik.
5. Katarak
Katarak umumnya dialami oleh orang tua, akan tetapi sebagian anak bisa terlahir dengan kelainan ini—disebut katarak kongenital. Pada kasus lain, anak mengalami katarak akibat cedera pada mata. Sebagian besar katarak pada anak dapat diatasi dengan operasi. Pada kasus yang jarang, katarak pada anak dapat menandakan kondisi yang disebut dengan retinoblastoma, yaitu kanker pada retina.
6. Penyakit Mata Epifora
Epifora adalah istilah untuk keluarnya air mata yang berlebihan. Epifora pada anak bisa tampak segera setelah lahir, tetapi juga bisa baru didapat di kemudian hari. Bila muncul saat lahir, epifora biasanya terjadi akibat sumbatan pada sistem drainase air mata. Air mata tidak dapat mengalir dengan semestinya, sehingga mata berair, mengalami iritasi atau infeksi. Epifora jenis ini seringkali membaik dengan sendirinya saat bayi berusia 6-12 bulan. Penyebab lain dari epifora yang lebih jarang yaitu, glaukoma pada anak dan penyakit-penyakit yang melibatkan permukaan mata.
7. Retinopati prematuritas
Retinopati prematuritas adalah kondisi yang bisa muncul pada bayi-bayi prematur. Kondisi ini terjadi akibat perkembangan pembuluh darah retina yang tidak normal. Kelainan yang terjadi dapat membaik dengan sendirinya meski sebagian dapat memburuk sehingga membutuhkan pengobatan yang spesifik. Retina prematuritas dapat memicu timbulnya komplikasi seperti strabismus, miopia, katarak, dan kebutaan akibat ablasio retina (retina terlepas).
Hal yang paling ditakutkan dari penyakit mata adalah gangguan penglihatan yang permanen dan menurunkan kualitas hidup hingga kebutaan. Oleh sebab itu, bila Anda atau si Kecil mengalami gejala-gejala yang berkaitan dengan kelainan pada mata, segeralah berkonsultasi dengan dokter. Hindari mendiagnosis dan mengobati diri sendiri agar kelainan tidak semakin memburuk dan malah menimbulkan komplikasi yang berbahaya.
Baca Juga:
3 Cara tepat atasi mata bayi belekan, JANGAN percaya mitos
10 Obat Tetes Mata Rekomendasi di 2023 Sesuai Keluhan, Jangan Salah Pilih!
Tidak Nyaman karena Mata Bengkak? Kenali Penyebab, Cara Mengatasi, dan Obatnya
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.