Keputusan Ibu ini Membuat Anaknya Jadi Hilang Ingatan & Kemampuan Bicara

Demi selamatkan anaknya dari penyakit epilepsi, seorang ibu asal Irlandia harus mengambil keputusan berat. Ia rela anaknya kehilangan ingatan dan kemampuan bicaranya asal dapat bertahan hidup.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Charlotte Caldwell mengambil keputusan berat itu setelah dokter menyatakan bahwa anaknya harus menjalani operasi agar dapat menyembuhkan penyakit epilepsi yang dideritanya sejak usia 4 bulan. Anak berumur 11 tahun ini harus menanggung konsekuensi yang berat atas kesembuhannya tersebut.

Operasi yang dijalani Billy melibatkan pengangkatan jaringan otak yang menyimpan memori dan kemampuan bicara manusia. Namun, untuk menyelamatkan nyawanya, hal tersebut harus dilakukan.

“Kejang yang dialami Billy sudah mengancam nyawa. Ketika ia sedang kumat, saya harus meletakkan oksigen sampai kondisinya aman. Satu kali kejang yang dideritanya bisa mengambil nyawanya atau akan membuatnya kehilangan kemampuannya lagi,” katanya pada Kidspot.

Chatlotte mengatakan bahwa rutinitas pagi yang ia jalani setiap harinya adalah mengecek nafas anaknya pada pagi hari untuk memastikan bahwa ia masih hidup.

Perlawanan terhadap penyakit epilepsi

Dokter di Irlandia sudah menyatakan bahwa Billy mustahil disembuhkan. Mendengar hal tersebut, Charlotte membawa pulang anaknya sambil berurai air mata.

Hatinya hancur membayangkan harus berpisah dengan anaknya di usia dini. Apalagi, saat itu dokter mengatakan bahwa ia hanya punya waktu selama 6 bulan.

Menolak untuk menyerah, ia mencari informasi dari internet. Lewat pencarian tersebut, ia berhasil menemukan bahwa departemen epilepsi di Chicago dapat mengobati penyakit anaknya.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Untuk mendapatkan pengobatan dari departemen tersebut, ia harus menghabiskan uang sebanyak £300,000 atau sekitar Rp 501.556.740.16. Tak hanya biaya rumah sakit, mereka juga harus segera pindah ke Amerika.

Dalam situs donasi publik Just4Children yang dibuatnya, Charlotte menulis bahwa ia akan terus berjuang untuk kesembuhan anaknya apapun yang terjadi.

Donasi yang sudah terkumpul saat ini adalah £11,470.05 atau sekitar RP 191.761.860.32 dari total £ 300,000 yang dibutuhkan Billy.

Kementerian Kesehatan Inggris menyatakan akan menanggung seluruh biaya yang Billy butuhkan jika pengobatannya dilakukan di negara Uni Eropa dan maupun Inggris. Sayangnya, belum ada rumah sakit di sana yang sanggup mengobati Billy.

Dengan bantuan dari donasi publik yang pernah dikampanyekan sebelumnya, Billy kini berhasil ke Chicago. Tiga bulan kemudian, ia baru menjalani perawatan di bawah Prof Nordli sendiri. Ia juga harus menjalani diet ketogenic selama masa pengobatan.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Keterlambatan perkembangan tubuh

Saat Billy berusia dua tahun, ia tidak mampu mengangkat kepalanya sendiri, menggenggam mainannya, dan merangkak. Melalui Physiotherapy yang mahal di Oxford, dia akhirnya bisa mengejar keterlambatannya tersebut.

Setelah usianya 4 tahun, dengan bantuan physiotherapy tersebut, ia dapat berjalan dan berlari. Selain biaya yang mahal untuk membayar terapi itu, Charlotte dan Billy juga harus pindah dari Irlandia Utara ke Oxford selama 4 tahun.

Terapi tersebut berfokus untuk mengurangi kejangnya dan menstimulasi pertumbuhannya. Berkat itu, Billy mengalami pengurangan frekuensi kejang selama 8 tahun dalam hidupnya.

Namun, kejang akut kembali terjadi selama beberapa bulan terakhir ini.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Operasi yang menyembuhkan penyakit epilepsi Billy

Warga Irlandia Utara ini akan menjalani prosedur operasi yang akan menghilangkan jaringan yang terletak di dekat otaknya.  Seorang Profesor di Chicago meyakini bahwa prosedur tersebut akan membuatnya terbebas dari kejang yang membahayakan nyawanya.

Kondisi Billy sangat kompleks. Dokter menemukan lesi yang letaknya jauh lebih dalam di otaknya.

“Letak lobus temporal kiri itu kondisinya sangat kompleks. Operasinya akan lebih invasif dari yang dibayangkan sebelumnya.” Jelas Profesor Nordli, ahli epilepsi dari Pusat Penelitian Epilepsi Chicago.

Fungsi lobus temporal di dalam otak berfungsi untuk mengontrol memori dan kemampuan bicara manusia.

Lobus temporal Billy harus diambil agar ia dapat sembuh,’ ujar Charlotte pada Cool FM.

Kejang pertamanya terjadi saat ia berumur empat bulan. Kini, di usianya yang menginjak 11 tahun, ia telah mengalami kejang selama lebih dari 100 kali dalam sehari.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Setelah bertemu dengan Profesor Nordli dan menjalani serangkaian pemeriksaan, profesor yakin dapat menyembuhkan penyakit epilepsi Billy. Untuk sementara ini, Billy harus mengonsumsi 5 jenis obat yang salah satunya bernama phenobarbital yang mirip dengan heroin.

“Anak ini telah dapat bertahan hidup selama lebih dari 10 tahun, saat dokter menyatakan bahwa saat itu usianya tinggal 6 bulan lagi,” terang Charlotte penuh harapan.

Ia juga membuat halaman Facebook untuk memberitahukan kondisi terbaru Billy lewat Keep Billy Alive. .

Kini Billy menjalani pengobatan di Rumah Sakit  Los Angeles. Untuk menunjang hidupnya sebelum operasi otak dilakukan, ia juga mendapatkan perawatan berupa minyak ganja yang dapat mengurangi kejang-kejangnya.

Di Indonesia, diperkirakan ada sekitar 1,8 juta orang penderita epilepsi yang butuh pengobatan. Data yang diambil dari laman penyakit Epilepsi Indonesia tersebut memang belum data pasti, karena kesadaran masyarakat terhadap penyakit tersebut belum tinggi.

Masih ada masyarakat yang menganggap bahwa penyakit epilepsi adalah gangguan roh halus berupa kesurupan. Belum lagi ketakutan masyarakat bahwa epilepsi dapat menular lewat air liur pasien.

Berjuang melawan penyakit fisik dan disertai dengan stigma adalah hal yang berat. Semoga semua pasien epilepsi dapat memperoleh kesembuhan yang dibutuhkannya agar dapat menjalani hari-hari dengan lancar seperti yang lainnya.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

 

Baca juga:

Mengenal Epilepsi pada Anak-anak

Penulis

Syahar Banu