Indonesia terkenal sebagai negara dengan beragam budaya. Setiap daerah memiliki tradisi, adat, dan keunikannya masing-masing. Termasuk dalam urusan penutup kepala. Bukan sekadar hiasan, penutup kepala khas Indonesia ini bentuknya khas dan bermakna mendalam. Berikut rangkumannya!
10 Penutup Kepala Khas Indonesia
1. Udeng
Udeng adalah penutup kepala khas Bali, biasa dipakai saat upacara dan pertemuan adat, kegiatan keagamaan, ataupun aktivitas harian oleh para pria, mulai anak-anak hingga orang dewasa.
Bagi masyarakat Bali, udeng bukan sekedar penutup kepala. Seperti yang Anda lihat, udeng memiliki lipatan asimetris mengandung makna filosofis.
Bentuk udeng yang sengaja ditinggikan pada bagian kanan memiliki maksud agar pemakainya selalu melakukan kebaikan. Sementara ikatan pada bagian tengah kening bermakna untuk memusatkan pikiran.
Selanjutnya, ikatan yang menunjuk ke atas merupakan representasi dari pemujaan terhadap Tuhan. Sementara tarikan ujung kain di sebelah kanan, kiri, dan bawah adalah representasi dari Dewa Wisnu, Brahma, dan Siwa.
2. Songkok
Songkok dikenal dengan sebutan peci atau kopiah merupakan tutup kepala yang dulunya hanya dikenakan oleh pria muslim saat beribadah agar rambutnya tidak menutupi dahi.
Namun, seiring dengan perkembangan zaman selain juga dipopulerkan oleh Presiden Soekarno, songkok berubah menjadi bagian pakaian nasional dalam acara-acara kenegaraan maupun acara resmi lainnya.
Termasuk di foto resmi pasangan presiden dan wakil presiden yang dipajang di dinding sekolah maupun kantor. Keduanya mengenakan setelan jas lengkap dengan songkok hitam sebagai penutup kepala.
Secara filosofis, songkok memiliki makna mbongkok (membungkuk). Dengan harapan pemakainya selalu rendah hati dan tunduk pada Tuhan.
3. Blangkon
Blangkon adalah penutup kepala laki-laki dalam busana adat masyarakat Jawa. Meski terlihat mirip, ada 4 jenis blangkon yang kita kenal saat ini, yakni Blangkon Ngayogyakarta, Blangkon Surakarta, Blangkon Kedu, dan Blangkon Banyumasan.
Di balik blangkon, tersimpan makna dan nilai-nilai kehidupan yang mendalam.
Zaman dulu banyak laki-laki memanjangkan rambutnya. Namun, mereka tidak membiarkannya terurai berantakan, melainkan diikat dan digulung rapi ke bagian belakang blangkon yang disebut dengan mondholan.
Hal ini merupakan representasi dari bentuk pengendalian diri. Para pria hanya akan mengurai rambutnya saat berada di rumah atau dalam sebuah pertikaian.
Melepas blangkon dan membiarkan rambut terurai merupakan wujud luapan emosi. Secara simbolis, blangkon adalah pengingat bagi para pria untuk selalu bersikap lembut dan mampu menahan emosi.
4. Seraung
Seraung adalah penutup kepala khas Suku Dayak, banyak ditemui di kawasan Kalimantan, khususnya Dayak Kenyah yang tinggal di Lekaq Kidau, Kalimantan Timur.
Topi berukuran lebar ini biasa digunakan masyarakat Dayak untuk melindungi kepala dari panasnya sinar matahari saat beraktivitas maupun saat upacara adat.
Seraung dibuat dari daun biru, sejenis daun palem yang lebar dan banyak tumbuh di hutan-hutan Kalimantan. Setelah berbentuk topi, daun-daun ini kemudian dilapisi kain berwarna cerah dan dihias dengan manik-manik atau sulaman untuk mempercantiknya.
5. Kupiah Meukeutop
Kupiah meukeutop adalah topi tradisional pelengkap pakaian adat Aceh yang berbentuk tinggi dan runcing. Penutup kepala ini umumnya dikenakan kaum pria dalam acara pernikahan maupun acara seremonial lainnya.
Kupiah meukeutop terbagi menjadi empat bagian yang punya makna tersendiri. Bagian pertama bermakna hukum, bagian kedua, bermakna adat, bagian ketiga bermakna kanun, dan bagian keempat bermakna reusam.
Penutup kepala ini menjadi khas karena dilapisi pernak-pernik dan kain songket khas Aceh, dipasang dengan sangat detail dan rapi sehingga menghasilkan motif yang indah.
Soal pemilihan warna pun juga ada maknanya. Merah melambangkan kepahlawanan, kuning berarti kerajaan atau negara, hijau menandakan agama, hitam berarti ketegasan atau ketetapan hati, sementara putih bermakna kesucian atau keikhlasan.
Artikel Terkait: 4 Potret Menawan Iriana Joko Widodo Mengenakan Baju Adat Saat HUT RI
6. Tanjak
Tanjak merupakan sebutan bagi penutup kepala khas Sumatera Selatan yang terbuat dari kain songket. Topi ini biasanya dipakai oleh keluarga pengantin pria saat acara resepsi pernikahan. Juga dalam acara-acara adat lainnya. Menjadikannya sebagai simbol khas Bumi Sriwijaya.
Secara filosofis, tanjak berasal dari kata nanjak yang berarti naik. Maksudnya, orang yang mengenakan tanjak didoakan akan memiliki kehidupan lebih baik, marwahnya, derajatnya, hingga rezekinya.
Sedikitnya terdapat empat jenis tanjak yang kita kenal, yakni Tanjak Kepodang, Tanjak Belah Mumbang, Tanjak Meler, dan Tanjak Rantau Ayaw yang paling sering dikenakan.
7. Ti’i Langga
Bagi orang Rote, Ti’i Langga melambangkan jiwa kepemimpinan, kewibawaan dan percaya diri yang dulunya hanya digunakan oleh para petinggi. Namun sekarang topi ini sudah menjadi pakaian tradisional Nusa Tenggara Timur yang sering dikenakan dalam acara adat.
Penutup kepala ini berbentuk lebar, terbuat dari lontar, dan memiliki tanduk yang disebut antena sembilan tingkat dengan tinggi mencapai 40-60 cm.
Topi ini juga disebut sombreronya Indonesia, konon katanya terinspirasi dari pakaian orang-orang Portugis yang dulu sempat menduduki wilayah ini.
Pada upacara peringatan HUT ke-77 Kemerdekaan RI di Istana Merdeka Jakarta, terlihat Menteri BUMN memakai tutup kepala ini.
8. Kuluk Beselang Metuo
Jika penutup kepala sebelumnya banyak digunakan kaum pria, lain halnya dengan kuluk beselang metuo yang digunakan oleh kaum wanita di Jambi.
Penggunaan penutup kepala ini bermakna bahwa wanita tidak boleh melakukan perbuatan menyimpang dari aturan dan ajaran agama Islam dalam membina keluarga dan pergaulan di masyarakat.
Ternyata penutup kepala ini juga menunjukkan status sosial pemakainya. Ada cukup banyak jenisnya dan biasanya dibedakan menurut siapa penggunanya serta acara apa yang sedang berlangsung.
9. Totopong
Totopong yang juga kerap disebut dengan iket merupakan penutup kepala khas masyarakat Sunda yang biasa digunakan oleh berbagai kalangan, mulai masyarakat biasa, orang-orang pemerintahan, ulama, tokoh masyarakat, hingga para bangsawan.
Penutup kepala ini kerap digunakan dalam berbagai kesempatan, seperti acara keagamaan, upacara adat, maupun untuk aktivitas sehari-hari.
Setiap lipatan dan ikatan pada totopong memiliki makna filosofi yang mendalam tentang cerminan diri, sumber kehidupan, dan hubungan manusia dengan Sang Pencipta.
10. Penutup Kepala Baju Adat Dolomani, Dikenakan Presiden Jokowi dalam Peringatan HUT RI
Sudah menjadi agenda rutin bagi Presiden Joko Widodo untuk mengenakan pakaian adat saat peringatan Hari Ulang Tahun Republik Indonesia. Tahun 2022, Jokowi mengenakan pakaian adat Dolomani khas Buton.
Dalam setelan berwarna merah, pakaian adat Dolomani memiliki filosofi yang melambangkan perjalanan seorang pemimpin. Ia bermula dari bawah lalu naik ke atas menjadi seorang pemimpin. Dan kemudian akan turun lagi menjadi rakyat biasa.
Selain itu, terdapat pula kopian berornamen bunga dan kaligrafi yang bertuliskan maulana yang artinya sebagai seorang pemimpin, ia harus bisa membawa kesejahteraan bagi rakyatnya. Juga menjaga amanah dan mengutamakan kepentingan rakyat.
Parents itulah 10 penutup kepala khas Indonesia. Dari penutup kepala saja kita bisa tahu bahwa Indonesia memiliki keberagaman budaya yang sangat kaya.
Tak cuma itu, tersimpan makna dan filosofi yang mendalam dari setiap elemen budayanya. Semoga di Hari Ulang Tahun Ke-77 Republik Indonesia, kita bisa terus melestarikan budaya Indonesia ya!
Baca Juga:
Elegan! Ini Makna Mendalam Pakaian Adat Suku Dayak Kalimantan
Mengenal 4 Jenis Pakaian Adat NTT dengan Keunikannya yang Khas!
Mengenal 9 Jenis Pakaian Adat Daerah Maluku yang Sederhana dan Unik