Salah satu cara penularan HIV adalah lewat ASI dari ibu yang ODHA ke bayinya. Namun, bisakah HIV menular lewat ASI perah?
Seorang ibu bernama Tyler Treasure sangat menyukai olahraga di tempat fitness seperti Gym. Namun, karena ia tidak punya pengasuh untuk menjaga bayinya yang berusia 4 bulan, ia membawa sang anak ke tempat Gym.
Selagi Tyler melakukan fitness, dia meninggalkan Hunter, bayinya bersama pegawai Gym. Dengan arahan untuk segera memanggilnya jika Hunter menangis atau rewel.
Selesai olahraga, Tyler menemui bayinya. Ia terkejut melihat Hunter sedang diberi ASIP dari botol asing dan bukan botol ASIP yang telah ia persiapkan. Tyler tentu saja marah, pegawai Gym segera meminta maaf padanya.
Namun Tyler tidak puas hanya dengan permintaan maaf. Dia ingin bayinya, dan ibu yang memiliki ASIP itu melakukan tes HIV dan penyakit lainnya.
Tyler ingin memastikan anaknya tidak mencerna ASIP yang tercemar alkohol, obat terlarang, atau penyakit berbahaya.
Apakah HIV memang bisa menular lewat ASI perah?
Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit di Amerika (CDC) menyatakan, penularan HIV dan virus penyakit hepatitis memang bisa terjadi lewat proses menyusui, namun presentasinya cukup kecil. Karena kandungan kimiawi di dalam ASI dan suhu di luar tubuh bisa menghancurkan virus tersebut.
Selain itu, penularan HIV dari paparan ASI belum pernah didokumentasikan. Akan tetapi, bila seorang bayi menerima ASI dari orang asing yang tidak diketahui identitasnya oleh ibu bayi, dan ASI tersebut tidak melalui pemeriksaan Bank ASI. Maka kemungkinan paparan virus HIV atau penyakit lainnya bisa terjadi.
Sistem kekebalan tubuh bayi belum sempurna, karena itu ia lebih rentan terhadap infeksi bakteri dan virus. Akan halnya Tyler, tentunya kita tak bisa menyalahkan keinginannya melakukan tes tersebut setelah bayinya mendapat ASI dari orang yang tidak dikenal.
Syarat yang harus diperhatikan sebelum memberikan ASIP dari ibu/perempuan lain untuk anak kita
Terlepas terkait ASIP dapat berisiko menularkan HIV atau tidak, sebenarnya ada beberapa syarat yang harus dipenuhi sebelum bayi mendapatkan ASIP dari ibu lain (donor ASI). Dikutip dari Alodokter, berikut ini yang perlu diperhatikan:
1. Ibu pendonor harus:
- Menjalani tes darah untuk mengetahui kondisi kesehatannya.
- Memiliki kondisi kesehatan yang baik.
- Tidak sedang mengonsumsi suplemen herbal dan obat-obatan medis, termasuk insulin, hormon pengganti tiroid, pil KB, dan produk obat yang bisa memengaruhi bayi.
2. Ibu menyusui dilarang menjadi pendonor ASI jika kondisinya:
- Menderita HIV, HTLV (human T-lymphotropic virus), sifilis, hepatitis B, atau hepatitis C, berdasarkan hasil tes darah.
- Memiliki suami atau pasangan seksual yang berisiko terjangkit HIV, HTLV, sifilis, hepatitis B, atau hepatitis C.
- Merokok.
- Menggunakan obat-obatan terlarang.
- Mengonsumsi minuman beralkohol sebanyak 60 ml atau lebih per hari.
- Dalam 6 bulan terakhir, menerima transfusi darah.
- Dalam 12 bulan terakhir, menerima transpantasi organ atau jaringan.
3. Persyaratan khusus
Di Indonesia sendiri sudah ada peraturan tentang donor ASI, yaitu Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 2012 Tentang Pemberian Air Susu Ibu Eksklusif, yang menyatakan pemberian ASI eksklusif oleh pendonor ASI dilakukan dengan persyaratan:
- Adanya permintaan ibu kandung atau keluarga bayi yang bersangkutan.
- Kejelasan identitas, agama, dan alamat pendonor ASI diketahui dengan jelas oleh ibu atau keluarga dari bayi penerima ASI.
- Adanya persetujuan pendonor ASI setelah mengetahui identitas bayi yang diberi ASI.
- Pendonor ASI dalam kondisi kesehatan baik dan tidak memiliki kondisi medis yang membuatnya tidak boleh memberikan ASI, termasuk menderita penyakit yang dapat menular melalui ASI.
- ASI tidak diperjualbelikan.
Beberapa cara yang bisa menjadi metode penularan HIV
1. Hubungan seksual
Hubungan HIV dengan ODHA meningkatkan risiko penularan virus HIV. Apalagi jika hubungan seks dilakukan tanpa pengaman. Hal ini bisa terjadi dengan pasangan beda jenis kelamin maupun pasangan sesama jenis. Bahkan seks anal dan oral seks juga tetap berisiko tertular HIV. Memakai kondom saat berhubungan bisa mencegah penularan virus HIV/AIDS.
2. Jarum suntik
Jarum suntik yang terkontaminasi darah penderita HIV, bila digunakan pada orang yang sehat, maka ia akan tertular virus HIV.
3. Hamil dan menyusui
Ibu yang ODHA bisa menularkan virus HIV pada bayinya selama masa kehamilan, atau saat menyusui. Oleh sebab itu, ibu penderita HIV harus berkonsultasi dengan dokter untuk penanganan HIV yang ia derita agar bisa menurunkan risiko penularan HIV pada bayi.
4. Transfusi darah
Transfusi darah dari donor yang tidak melalui tes darah bisa berisiko menularkan penyakit HIV. Oleh sebab itulah, sebelum transfusi darah dilakukan, biasanya darah dari donor akan diperiksa terlebih dulu sebelum diberikan pada pasien. Hal ini untuk menghindari risiko penularan penyakit berbahaya seperti HIV kepada pasien.
***
Semoga informasi ini bermanfaat.
Sumber referensi: Alodokter, theIndusparent
Baca juga:
Ketangguhan Ayu Oktariani, Pengidap HIV yang Tak Lelah Berjuang Hidup dan Mengedukasi Sesama