Pengasuhan anak setiap orangtua tentunya memiliki pola pengasuhan sendiri yang dirasa tepat untuk membesarkan anak-anak mereka. Hal ini yang membedakan gaya parenting masa lalu dengan yang kekinian.
Pengasuhan anak di masa lalu memiliki informasi yang didapatkan hanya dari orangtua sebelumnya. Sementara orangtua kekinian mendapatkan informasi dari buku, media online maupun offline, dan tentunya dokter dan ahli pengasuhan.
Artikel berikut menuturkan kembali pengalaman Maryanne Murray Buechner dari TIME yang beberapa tahun tinggal di Jepang, dan mengalami gaya parenting yang berbeda di sana. Salah satunya adalah penekanan akan kedekatan, tanpa harus memeluk.
Kedekatan parenting adalah suatu cara merawat anak yang terfokus pada pembangunan emosi antara orangtua dengan anaknya. Menjaga hubungan emosional dengan anak dipandang sebagai cara yang ideal untuk membesarkan anak agar mereka dapat merasa aman, mandiri, dan memiliki sifat empati.
Dr. William Sears, MD, seorang Pedriatis ternama yang menulis “The Baby’s Book” adalah salah satu orang yang mendukung metode ini.
Bagaimana pengasuhan anak ala orangtua Jepang?
1. Jangan bicarakan mengenai Anak Anda
Sekitar setahun setelah saya pindah ke Tokyo bersama suami dan dua orang anak lelaki saya. Waktu itu, anak saya yang berusia 6 tahun tersasar di jalanan.
Tidak, dia tidak diculik ataupun jatuh ke lubang di tengah jalan. Ia hanya sekedar iseng melihat-lihat tanpa arah, sementara saya sedang kurang perhatian. Tentu saja saya merasa cemas saat kami terpisah—saya berasal dari New York.
Namun saat saya menemukannya di luar toko kelontong dan ia merengek. Saya katakan padanya kalau kebetulan saja ia selamat, karena kita berada di Tokyo, dan anak-anak seumurannya keliling kota besar sendirian sepanjang waktu. (Waktu itu ia menangis, dan saya jadi merasa tidak enak hati.)
Ini adalah hal pertama yang bisa Anda pelajari mengenai gaya pengasuhan anak di Jepang. Bahkan seorang anak berumur sangat muda pun diharapkan dapat lebih independen atau mandiri untuk pergi ke sekolah tanpa kehadiran pendamping. Meskipun itu berarti naik bus atau kereta dan harus melalui jalanan yang sangat sibuk.
Angka kriminalitas yang sangat rendah di negara ini berarti bahwa kondisi di sana sangatlah aman. Dan perasaan yang dimiliki para orangtua adalah bahwa masyarakat dapat dipercaya untuk menjaga diri sendiri.
Itu juga sebabnya kenapa tidak ada orang yang mengunci sepeda mereka, dan mengapa para perempuan meninggalkan tas tangan branded di Startbucks sebelum mereka mengantri memesan minuman. Apa yang bisa terjadi?
Dalam waktu lima tahun kami tinggal di Tokyo, saya belajar beberapa cara agar saya dapat beradaptasi sebagai orangtua:
Umumnya para ibu di Amerika bicara sangat terbuka mengenai perjuangan mereka membesarkan anaknya. Sementara itu, para perempuan di Jepang justru cenderung menyimpan hal-hal bersifat personal dan privat. Serta membukanya hanya pada kalangan yang betul-betul dekat dengan mereka.
Sekedar berkata kalau anak Anda main sepak bola di suatu tim atau masuk ke dalam satu akademi saja dapat dianggap menyombongkan diri. Di sana, anak terlihat di muka umum mengenakan seragam saja sudah dianggap cukup.
Tapi jangan salah, pengasuhan anak di Jepang begitu hiper-kompetitif, dan ada banyak tekanan untuk memastikan bahwa anak Anda pergi ke sekolah yang baik. Persiapan ujian masuknya saja sangatlah sangat kompleks.
2. Praktikkanlah kedekatan dalam pengasuhan anak hingga tahap ekstrim, tapi jangan sampai memeluk
Anda mungkin mengantarkan anak yang berusia enam tahun hanya sampai di depan pintu rumah, namun kedekatan pengasuhan adalah norma yang berlaku sejak di dalam rumah.
Para Ibu biasanya menimang bayi mereka ke mana saja, menggunakan sling atau carrier, bahkan di dalam rumah mereka, saat ke toko, hingga bersepeda keliling kota. Di Nagano, saya melihat seorang Ayah pergi ski dengan menggendong bayinya di punggung, mengenakan baju musim dingin berwarna pink.
Kedekatan fisik ini menunjukkan bagaimana mengekspresikan kasih sayang; tidak ada ciuman atau pelukan.
Di kebanyakan rumah tangga, keluarga akan tidur bersama. Ibu tidur di sisi sebelah futon dan ayah di sisi lainnya, dan anak mereka di tengah-tengah. Sebuah komposisi yang membentuk kanji Jepang untuk menggambarkan sungai dan hal ini bisa terus berlangsung hingga si kecil melalui masa pra sekolah.
Anda akan melihat banyak orang membawa anak-anak kecil bersama mereka untuk berendam di pemandian umum. Orang Jepang menyebut hal ini sebagai “skinship”—di mana semua orang telanjang bulat di naked onsen (pemandian air panas).
3. Membatasi ekspresi diri
Hal inilah yang ditanamkan para orangtua Jepang dalam pengasuhan anak mereka sejak pertama kali. Yaitu, untuk selalu berpikir tentang orang lain, dan berperilaku sesuai dengan norma yang berlaku, agar kedamaian bisa tercapai di atas segalanya.
Di manapun kita berada—entah di dalam restoran, museum, atau pusat kuliner, jalur pedestarian padat dipenuhi pejalan kaki atau di jalur pendakian populer, saya menyaksikan bagaimana anak-anak Jepang selalu tetap tenang dan bisa membawa diri sendiri.
Sementara anak-anak lelaki saya saling jotos satu sama lain atau ceriwis bicara satu sama lain dan bergegas menyalip para perempuan tua yang berjalan dengan tongkat.
4. Tingkatkan kemampuan mempersiapkan bekal sekolah
Para Ibu di Jepang memiliki standar yang sangat tinggi terkait kotak bento anak-anak mereka. Mereka akan bangun lebih pagi untuk mempersiapkan bermacam panganan sehat yang disusun dengan menawan.
Ikan, sayur-mayur, tofu, rumput laut, nasi kepal yang menyerupai bentuk hewan atau tumbuhan. Jika kurang upaya, bersiaplah menghadapi sindiran para guru.
Artikel terkait: 7 Rahasia sehat anak Jepang ini harus Parents coba di rumah
5. Jangan cerewet mengenai jenis hiburan yang cocok untuk anak
Tidak ada seorang pun di bioskop di Tokyo yang tampak terganggu melihat trailer film semacam Resident Evil yang muncul tepat sebelum Toy Story III diputar di layar bioskop.
Pistol mainan yang bentuknya sangat realistis juga banyak dijual di toko mainan. Ada citra yang secara seksual eksplisit dalam komik manga. Hal-hal berbau imut dan mengundang rasa ingin memeluk—semacam budaya kartun kawaii ada di mana saja—dan hal ini berfungsi sebagai penyeimbang.
6. Menganggap serius musim sakura mekar
Piknik di bawah pohon sakura mekar pada puncak musim semi adalah salah satu acara keluarga bersifat wajib; hanami (pemandangan sakura mekar) pertama bagi seorang bayi adalah foto wajib.
Taman dan kebun didesain dengan apik dan dikurasi dengan sangat baik, termasuk lokasi di mana anak-anak boleh lari dan bermain juga sangat dikontrol. Dengan
Disadur dari artikel Deepshikha Punj theAsianparent Singapura
Baca juga:
Anak-anak Jepang paling bahagia di dunia. Hal-hal inilah yang perlu Parents ketahui