"Aku depresi pasca melahirkan, tapi tak menyadarinya..." curahan seorang ibu

"Kukira depresi pasca melahirkan hanya terjadi setelah beberapa hari bayi lahir, namun aku mengalami depresi saat bayiku berusia 3 bulan." Pengakuan ibu penderita depresi.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Depresi pasca melahirkan tidak hanya terjadi pada ibu yang baru melahirkan anak pertamanya, depresi ini juga bisa terjadi saat ibu punya anak kedua dan seterusnya. Kisah pengalaman penderita depresi berikut ini terjadi setelah anak keduanya berusia 3 bulan. 

Kisah pengalaman penderita depresi setelah anak keduanya berusia 3 bulan

Kisah pengalaman penderita depresi yang tak menyadarinya.

Ketika anak keduaku lahir, semuanya berjalan sangat lancar. Orangtuaku juga kedua mertuaku menjenguk keluarga kami, dan membantuku mengurus anak sulungku yang berusia 2 tahun, sementara aku memulihkan diri pasca operasi caesar.  Berkat bantuan mereka, aku bisa fokus mengurus bayiku yang baru lahir. Hari-hari berjalan dengan bahagia dan tenang.  Saat itu, aku dan suami tinggal di kota New Jersey, jauh dari kedua keluarga besar kami. Setelah bayi kedua kami lahir, kami memutuskan untuk pindah ke Florida, tempat orangtua dan mertuaku tinggal. Saya sangat senang, karena kami akan kembali tinggal di dekat keluarga. Saat bayiku berusia 3 bulan, kami mulai membereskan barang untuk bersiap pindah. Akan tetapi, saat itu kami agar kesulitan menemukan tempat tinggal. Sehingga kami menumpang di rumah orangtua. 

Terkena mastitis tiga kali, hingga aku membenci proses menyusui

Tepat sebelum keberangkatan kami ke Florida, aku terkena mastitis. Akupun mengalami stres, dan mulai kewalahan dengan semua yang terjadi dalam kehidupanku, dan terutama pada bayiku yang baru berusia beberapa bulan. Sejak itu, aku mulai sering merasakan stres berlebihan hingga menangis. Aku benci sekali harus menyusui bayiku, dan ingin berhenti total. Akan tetapi, karena bayiku tidak mau menyusu dari botol, akhirnya aku terpaksa terus menyusuinya.  Aku mengalami mastitis hingga tiga kali. Aku selalu merasa kesakitan, namun hingga saat itu aku belum sadar betul apa yang sebenarnya menimpaku. Namun, aku menganggap semuanya adalah bagian dari perjuangan menjadi seorang ibu.  Aku kira, depresi pasca melahirkan hanya terjadi saat bayi baru lahir. Dan beberapa bulan pertama saat anak keduaku baru lahir, aku merasakan hari-hari yang penuh kebahagiaan. Sehingga kupikir aku tidak akan mengalami depresi.

Mulai menarik diri dan tidak memperhatikan diri sendiri

Dalam kurun waktu tersebut, aku sama sekali tidak membuka media sosial. Karena postingan bahagia para ibu dengan anak-anaknya hanya menambah kesedihan dan kecemasan dalam diriku.  Meski demikian, aku tidak merasa sedih terus menerus, ada saat di mana semuanya berjalan lancar dan aku merasa tenang. Sehingga depresi yang kurasakan bukan sesuatu yang konstan. Ibuku yang merasa khawatir, mencoba mengingatkanku supaya tidak stres. Dia melihatku tidak keluar rumah sama sekali selama berhari-hari. Bahkan pernah memakai baju yang sama seharian tanpa mandi, serta mengkhawatirkan apakah anakku cukup makan atau tidak. Hal ini berlangsung selama dua bulan. Hingga suatu hari aku sadar dengan kondisi emosionalku, saat menonton acara televisi tentang depresi pasca melahirkan. Semua gejala dan tanda depresi yang diungkap dalam acara tersebut, sama persis dengan yang kurasakan. 

Titik balik depresi

Setelah menyadari apa yang sedang terjadi padaku, aku mulai berusaha memperbaiki diri. Aku mulai berdandan karena hal tersebut membuatku merasa senang. Aku menghabiskan waktu berkualitas bersama suamiku karena hal itu membuatku merasa dicintai. Aku juga membawa anak-anakku bermain, karena hal tersebut membuatku merasa komplit.  Dan terutama, aku mulai bicara pada teman-teman dan keluargaku, tentang kondisi depresi yang kualami, sehingga mereka bisa membantuku. Kini, bayiku telah berusia 5 bulan. Dan aku sudah mulai merasa lebih baik, aku dan suami berhasil menemukan tempat tinggal baru dan kami sudah mulai membina keluarga bersama dua anak. Meski ada hari-hari di mana aku merasa kesulitan, dan hal-hal tidak berjalan lancar. Aku selalu mengingatkan diri sendiri, bahwa semuanya akan membaik. Aku adalah ibu yang baik, dan aku sangat mencintai kedua anakku. Untuk pada Bunda di luar sana, bila kau mengalami waktu yang sulit saat ini, aku hanya ingin mengingatkanmu, bahwa akan selalu ada sisi yang indah dalam hal menjadi ibu.  Mungkin butuh kerja keras, tapi kau pasti akan mencapainya. Percayalah. Jadilah berani, dekati orang-orang yang mencintaimu, mereka ingin membantu. Yang paling penting, aku ingin kau tahu, bahwa kau tak pernah sendirian dalam perjalanan ini. Aku di sini menyemangatimu.

***

Semoga cerita pengalaman penderita depresi ini menjadi pelajaran bagi kita semua, bahwa PPD bisa menimpa siapa saja dan kapan saja. 

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Jangan pernah ragu mencari pertolongan jika Anda mengalami gejala depresi seperti ini, sebelum depresi yang dialami tambah parah dan mengancam diri serta orang-orang di sekitar Anda. 

 

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

 

Sumber: Motherly

Baca juga: 

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Penulis

Fitriyani