Ya.. ya.. ya… membicarakan pendidikan sexualitas pada anak memang bisa terasa tidak nyaman.
Pendidikan sexualitas pada era orangtua kita mungkin masih sering dianggap tabu. Tak mengherankan saat membahas atau memberikan informasi terkait dengan organ intim anak, kerap menggunakan istilah yang samar atau bahkan tak boleh disebut sama sekali..
Tapi zaman sekarang? Ya, sudah tentu hal ini sudah tidak berlaku lagi.
Pentingnya pendidikan sexualitas sejak dini pada anak
Jika selama ini Parents masih mengenalkan organ intim dengan menggunakan istilah, atau panggilan yang tekesan imut? Ketahuilah, hal ini justru hanya akan membuat anak menjadi bingung. Sebagai contoh, penis disebut dengan burung. Untuk anak yang masih berusia batita, tentu akan menimbulkan kebingungan.
Lagi pula, mengapa harus malu menyebut penis atau vagina? Toh, organ intim sama halnya dengan organ tubuh yang dimiliki semua manusia, layaknya jantung, hati, usus, atau mata.
Saya ingat, setiap kali berbincang dengan psikolog anak, mereka selalu menyarankan bahwa pendidikan seks harus diajarkan sejak dini pada anak-anak.
Mulailah dengan memberikan informasi yang jujur kepada anak, namun penjelasan tersebut tentu saja perlu disesuaikan dengan usia anak. Perhatikan, apakah penjelasan yang Parents berikan sudah bisa dipahami apa belum?
Sebenarnya, ada beberapa faktor yang perlu dicatat, sebagai hal yang mendasar saat mengajarkan pendidikan sexualitas pada anak.
Pertama, semakin Parents menhindari untuk membicarakannya, justru hal ini bisa menjadi masalah. Membicarakan pendidikan seks seharusnya tidak membuat topik ini seperti sesuatu hal yang buruk atau memalukan.
Risiko yang bisa didapatkan tentu saja bisa membuat anak-anak ‘buta’ akan informasi pendidikan seks. Mereka tidak tahu bahwa organ intim merupakan area pribadi yang tidak boleh dipegang, atau disentuh oleh orang lain.
Akibatnya, tidak sedikit anak yang mengalami pelecehan seksual akibat ketidaktahuan mereka tentang area pribadi yang tak boleh disentuh orang lain.
Menurut seorang pendidik seks, Melissa Carnagey, penting bagi orang tua untuk melakukan pembicaraan kesadaran tubuh dengan anak-anak mereka untuk mendukung kesehatan dan keselamatan mereka.
Pembicaraan pendidikan seks tentang bagian tubuh ini memungkinkan anak-anak memahami persetujuan dan apa yang ditimbulkan oleh kekerasan seksual.
Berikut cara memulai cara berbicara dengan balita tentang area pribadi.
1. Jangan menggunakan istilah atau nama panggilan lucu untuk bagian pribadi
Tidak ada lagi penggunakan kata burung untuk menyebut penis, atau nenen untuk menyebut atau mengenalkan anak area payudara.
Orangtua harus merasa nyaman menggunakan kata yang tepat untuk bagian tubuh, seperti “vagina”, “payudara”, “penis” atau “testis”. Setelah ini adalah bahasa normal di rumah, tidak ada yang perlu ditertawakan atau merasa malu.
Pastikan semua anggota keluarga di rumah, termasuk pengasuh untuk sama-sama memahami. Tekankan pada seluruh suppport system yang membantu Parents mengasuh anak, bahwa penting untuk menggunakan kata-kata yang tepat dan untuk mengenalkan anak bagian-bagian organ tubuh, termasuk organ intim.
Mengapa penting? Menggunakan kata-kata dan konteks yang tepat mengajarkan anak-anak untuk berkomunikasi secara jelas tentang tubuh mereka. Ini juga dapat membantu ketika mereka mengunjungi dokter untuk memberi tahu mereka jika bagian-bagian tertentu terasa sakit atau gatal.
Jika anak-anak Anda mengalami kemajuan yang tidak pantas, mereka juga akan tahu bahwa itu salah dan akan dapat mengomunikasikan apa yang sedang terjadi.
2. Tubuh anak, sepenuhnya hak mereka
Apakah Parents ini, ada masanya meminta anak untuk mencium, memeluk anggota keluarga saat sedang berjumpa? Padahal ketika itu anak-anak merasa tidak ingin melakukannya?
Pernahkah Parents membayangkan jita situasi ini di balik? Anda diminta untuk memeluk seseorang padahal Anda sendiri merasa tidak nyaman?
Oleh karena itu, tidak ada salahnya perlahan mengubah kebiaasan. Dari pada mengatakan “Ayo beri aku pelukan”, belajar untuk meminta mereka untuk memberikan persetujuan atau bertanya apa yang sebenarnya diinginkan, “Bolehkah paman memberimu pelukan?”
Anak-anak Anda harus belajar bahwa mereka berhak atas tubuh dan tindakan mereka sendiri. Ini juga berlaku untuk kontak fisik antara orangtua dan anak-anak mereka, atau antara saudara kandung. Jika Parents melihat jika anak Anda memprotes ketika ada saudara yang mereka menggelitik mereka atau memeluk mereka, maka hentikan ini.
Jangan pernah memaksa anak-anak melakukan apa pun yang bertentangan dengan keinginan mereka.
3. Gunakan media lain seperti buku memberikan pendidikan seks
Kadang, sebagai orangtua kita kerap lupa dan menganggap bahwa belum saatnya anak diberikan pendidikan seksualitas, sehingga menghindari untuk mengulasnya. Jika memang masih merasa sulit untuk menjelaskan, tak ada salahnya untuk menggunakan media seperti buku.
Prinsipnya, semakin cepat Anda terbuka dengan anak-anak Anda tentang pendidikan seks, semakin mudah percakapannya. Ada banyak buku di luar sana yang dapat menjelaskan tentang pendidikan seks. Namun, tentu saja perlu disusuaikan dengan usia dan pemahaman anak lebih dulu.
Salah satu yang perlu diingat ketika memberikan informasi terkait dengan pendidikan seks, jangan lupa untuk menanyakan sejauh mana pehamannya lebih dulu. Karena apa yang Anda pikirkan belum tentu sama dengan apa yang ada dipikirkan atau dimaksud dengan anak.
***
Semoga artikel ini bermanfaat.
Disadur dari artikel Sarah Voon, theAsianparent Singapura
Baca juga:
Usia Berapa Sebaiknya Orangtua Mengajari Anak Perbedaan Jenis Kelamin?