Menikah bukan hanya mempersiapkan resepsi dan akad nikah, tapi juga mempersiapkan lahir batin untuk hidup bersama orang yang akan bersama kita sejak membuka mata di pagi hari hingga menutup mata di malam hari. Terkait hal ini, pendapat Habib Ja’far soal pernikahan yang diungkap di Podcast Warung Kopi bisa menjadi tuntunan dalam berumahtangga.
Menikah Mendewasakan Diri dan Jihad Melawan Nafsu
“Bib jatuh cinta pertamakali kapan?” tanya Praz Teguh sebagai host Podcast Warung Kopi.
“Gua bukan tipikal pecinta sih. Gue tuh sama istri gue utamanya bukan karena cinta, yang utamanya menikah itu ada kemuliaannya. Akhirnya gue melihat istri gue sebagai tanggung jawab yng dititipkan tuhan ke gua.”
Pria yang menikah saat dirinya berusia 29 tahu ini, mengaku bahwa ia menikah hanya setelah satu jam bertemu dengan calon istrinya.
“Gue menikah dengan perempuan yang gue ketemu jam 5, ditunangin jam 6. Kalau orang Arab kan gitu. Sebelumnya (sudah) tahu, maksudnya ketemu, udah lihat sekali mukanya. Mantap.” tutur Habib Ja’far menuturkan tradisi ta’aruf dan pernikahan dalam kebiasaan keluarganya.
“Nah, karena tradisinya begitu, jadi kita tuh udah dikasih kayak software-nya kalau lihat cewek, kalau ngerasa ‘Ini Dia!’ udah langsung, Hajar tuh! (dinikahi.”
Pendapat Habib Ja’far tentang Pernikahan adalah Tanggung Jawab yang Berat
Kemudian, pria yang pernah mondok di Pesantren Bangil, Pasuruan, Jawa Timur ini juga memberikan contoh bahwa pernikahan itu adalah tanggung jawab yang berat. Bahkan ada ulama yang memilih melajang seumur hidup.
“Ada banyak ulama yg jomblo seumur hidup. (Itu) nggak apa apa, karena nikah hukumnya dari wajib sampai haram. Kalau sekiranya nikah membahayakan lu, haram hukumnya nikah. Kalau lu punya kemampuan untuk nikah dan kalau ngga nikah membahayakan lu, (misal) lu jd zina, wajib menikah.”
“Jadi tergantung kondisinya, antara mafsadat kerusakan dan manfaatnya,” tambah sang Habib.
Lebih lanjut, pria berusia 35 tahun menceritakan tentang para ulama yang memutuskan tak pernah menikah seumur hidup.
“Sebagian ulama tidak nikah karena lebih fokus kepada ilmu. Kalau menikah akan mengganggu dedikasi dia pada ilmu pengetahuan dan peradaban Islam dunia pada saat itu. Makanya Ibnu Taimiyah menjadi salah satu ulama terbesar di dunia, Imam Nawawi juga.”
“Menikah itu punya kemuliaan tersendiri.” Habib Ja’far melanjutkan. “Makanya Ibrahim bin Atham, seorang kekasih Tuhan, (dia) itu nggak nikah. Tapi kata dia ‘Aku iri pada pahalanya orang yang menikah’, karena menikah itu pahalanya besar.”
Menikah adalah Jihad Melawan Nafsu, Itulah pendapat Habib Ja’far Soal Pernikahan
Praz Teguh yang mendengar wejangan Habib Ja’far soal pernikahan kemudian curhat bahwa dia yang menikah pada umur 23 tahun, membuatnya dewasa lebih cepat. Hasrat nongkrong tak lagi ada, lebih sering ingin langsung pulang ke rumah setelah kerja. Dia juga jadi lebih sabar dan menerima keadaan yang tak sesuai dengan keinginannya.
Hal tersebut diamini oleh Habib yang memilih tak melakukan poligami ini
“Jihadun nafsi, jihad melawan ego sendiri. Dalam hidup ada hak yang bisa kita nggak ambil. Nikah itu kadang kita menahan sesuatu yang kita bener gitu. Kadang lu harus nahan, disanalah ibadahnya. Ngalah itu bukan kalah, tapi mengembalikan segala sesuatunya pada Allah.”
Habib yang viral sebagai ustad kekinian ini juga menambahkan bahwa pengendalian diri dalam pernikahan tak hanya berlaku untuk pihak laki-laki, tapi juga pihak perempuan.
“Pengendalian diri ini dua-duanya sama kena. Cowok lebih bersifat materi, contoh pengen merokok tapi nggak di depan istri. Sedangkan pengendalian diri istri biasanya bersifat immateri. Misal nahan perasaan kangen, perasaan ingin dihargai,” tutur alumni UIN Syarif Hidayatullah ini.
Terakhir, Habib Ja’far juga menerangkan bahwa menikah memiliki pahala yang sangat besar. Mengapa menikah pahalanya besar? Menurut Habib Ja’far hal ini karena menikah adalah jihad melawan nafsu diri sendiri, dan harus sering-sering menahan.
“(Menikah) pahalanya besar, menahannya banyak. Menahan amarah, karena kan dua orang yang berbeda harus bertemu. Bahkan berbeda gender. Perempuan punya logikanya sendiri, perasaannya sendiri dan lain sebagainya.”
“Makanya itu kata gua satu (istri saja) dan sisakan (waktu) lu untuk hal-hal yang juga penting. Entah itu ilmu, entah itu dakwah, berkreativitas dan lain sebagainya,” tandas Habib Ja’far.
Baca juga:
id.theasianparent.com/pandangan-habib-husein-jafar
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.