Merengek Minta Jajan Es Krim, Dua Bocah Asal Medan Dibunuh Ayah Tiri
Dua orang bocah asal Medan dibunuh oleh ayah tiri lantaran merengek minta uang untuk beli es krim.
Kasus pembunuhan anak sering terjadi karena hal sepele. Seperti kasus berikut, dua orang bocah asal Medan meninggal dunia lantaran dibunuh oleh ayah tirinya karena meminta uang untuk membeli es krim. Korban pembunuhan dua bocah di Medan tersebut ditemukan dengan kondisi yang mengenaskan.
Artikel terkait: 11 Cara Menghilangkan Emosi Negatif, Sudahkah Parents Terapkan?
Pembunuhan Dua Bocah Asal Medan, Dibunuh Ayah Tiri karena Minta Uang untuk Beli Es Krim
Parents, sebagai orangtua sudah seharusnya kita menjaga anak kita. Baik anak kandung maupun anak tiri, sebaiknya perlakuan untuk mereka tidak dibeda-bedakan.
Karena sesungguhnya, anak kecil masih belum bisa mengerti kondisi orangtuanya. Oleh karena itu, kita sebagai orangtua sebaiknya memiliki kontrol emosi yang baik.
Namun, tidak semua orangtua bisa melakukannya. Emosi yang meledak-ledak tak jarang bisa membuat para orangtua kelepasan, hingga melakukan hal yang tak pernah terbayangkan sebelumnya.
Seperti yang dialami dua orang bocah asal Medan, IF (10) dan RA (5) yang meninggal dunia di tangan ayah kandungnya. Jenazah keduanya ditemukan di dalam parit yang ada di Jalan Brigjen Katamso, Sei Mati, Medan Maimun pada hari Minggu, 21 Juni lalu.
Kabar mengenai pembunuhan tersebut telah dikonfirmasi kebenarannya oleh Kanit Reksrim Polsek Medan Kota, Inspektur Polisi Satu Ainul Yaqin. Pihaknya mengaku masih menyelidiki lebih lanjut mengenai pembunuhan kedua bocah tersebut.
Setelah dilakukan penyelidikan, pembunuhan tersebut bermula pada hari Sabtu (20/6). Saat itu, ayah tiri korban, Rahmadsyah (30) yang bekerja sebagai kuli bangunan di sekolah Global Prima didatangi oleh IF dan RA.
Kedua bocah tersebut meminta uang kepada Rahmadsyah untuk membeli es krim, akan tetapi Rahmadsyah mengatakan bahwa dirinya tidak memiliki uang.
Karena keduanya terus meminta dan memaksa, Rahmadsyah menjadi kesal dan marah. Ia pun membawa IF dan RA ke arah samping gedung bangunan sekolah. Diduga, di situ Rahmadsyah membunuh keduanya dan membuang kedua jasad bocah tersebut di dalam parit.
Jenazah Ditemukan Oleh Ibu Kandung Setelah Mendapat Pesan WA
Ibu kandung IF dan RA merasa khawatir karena pada hari Minggu (21/6) keduanya tidak kunjung pulang ke rumah. Perempuan berusia 30 tahun itu menanyakan keberadaan anaknya kepada Rahmadsyah melalui pesan WhatsApp.
Rahmadsyah pun menyuruh istrinya itu untuk mencari sendiri anaknya di sekolah Global Prima. Ditemani adik dan neneknya, ibu IF dan RA pun mencari mereka di sekolah tersebut.
Betapa terkejutnya ia ketika menemukan kedua anaknya sudah meninggal dunia di dalam parit bangunan sekolah tersebut. Keduanya mengalami luka di bagian kepala yang diduga akibat dibenturkan ke tembok.
Selepas menemukan jenazah, ibu IF dan RA langsung melaporkan kejadian tersebut kepada polisi. Hingga kini, polisi masih mencari ayah tiri kedua bocah tersebut yang sudah melarikan diri.
Artikel terkait: Inilah 6 Tips Mengendalikan Emosi Terhadap Anak
Dua Bocah Tersebut Dikenal Rajin Belajar
Kasus pembunuhan kakak beradik IF dan RA tersebut sudah beredar di masyarakat sekitar. Kabar kematian mereka menimbulkan rasa iba dari berbagai pihak, tak terkecuali Ulfa Juliyanti yang berprofesi sebagai guru di tempat IF dan RA belajar.
Pengajar di Pondok Belajar Sanggar Anak Sungai Deli (Sasude) itu mengaku terkejut dengan kabar kematian kedua muridnya tersebut. Padahal pada malam Jumat, ia masih sempat bertemu dengan keduanya.
“Terakhir jumpa itu malam Jumat ketika ada kegiatan mengaji. Pertama kali dapat kabar dari abang komunitas, Bang Lukman. Awal dengar pasti syok, tidak menyangka baru berjumpa kini sudah tidak bisa berjumpa lagi untuk selamanya,” ujarnya dikutip dari Kompas.
Ia menambahkan bahwa dua bocah tersebut dikenal tidak suka keluyuran dan selalu mengikuti kegiatan di sanggar dengan baik.
“Kalau belajar di sanggar biasanya mereka tidak lama-lama sih, biasanya pulang mengaji langsung pulang. Paling juga main sebentar abis itu pulang. Tapi, kalau setiap ada kegiatan di sanggar mereka selalu aktif untuk ikut,” Ulfa bercerita.
Berdasarkan keterangan dari Kapolsek Medan Kota Kompol Rikki Ramadhan, jenazah IF dan RA sudah dibawa ke Rumah Sakit Bhayangkara Medan untuk dilakukan penyelidikan lebih lanjut.
Tiap orangtua pasti pernah merasa kesal atau marah karena perbuatan sang anak. Hal ini tergolong wajar, namun emosi yang berlebihan bisa membuat gelap mata dan bisa saja terjadi perbuatan yang tidak diinginkan .
Jika Parents merasa kesal kepada anak, cobalah untuk menenangkan diri dengan teknik bernapas. Tarik napas sedalam mungkin, hembuskan dan ulang beberapa kali hingga merasa lebih tenang.
Dari kasus pembunuhan dua bocah di Medan tersebut, semoga menjadi pelajaran bagi orangtua agar bisa menahan dan mengendalikan emosi dengan baik.
Sumber: Liputan6, Kompas, Republika
Baca juga:
Balita 2 tahun tewas di tangan ayah kandung, pelaku mencoba bunuh diri