5 Pelajaran Parenting dari Drakor Start Up menurut Psikolog, Parents Wajib Tahu!

Nam Do San tumbuh menjadi anak yang tidak bahagia berkat pola asuhan orangtuanya.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Siapa bilang menonton film tidak bermanfaat? Justru sebaliknya, menonton film bisa memberikan kita banyak pelajaran. Contohnya seperti serial drama Korea (drakor) terbaru dari Netflix, Start Up yang memberikan banyak pelajaran parenting untuk orang tua. Mau tahu apa saja pelajaran parenting dari drakor Start Up?

Yuk simak review lengkapnya di bawah ini!

5 Pelajaran Parenting dari Drakor Start Up yang Penting untuk Disimak

Sumber: Instagram/@tvnstartup

Serial drama Korea terbaru dari Netflix, Start Up kini tengah mencuri perhatian para pecinta drama. Pasalnya, serial drama yang disutradarai oleh Oh Choong Hwan bekerja sama dengan penulis Park Hye Ryun itu penuh dengan berbagai pelajaran penting, salah satunya yaitu pelajaran parenting.

Kisah berputar di antara sosok Seo Dal Mi, seorang perempuan pekerja keras yang diperankan oleh Suzy dan Nam Do San, anak muda pendiri perusahaan Samsan Tech yang sedang dibayang-bayangi kegagalan.

Seiring berjalannya film, latar belakang masing-masing tokoh pun terkuak. Karakter Nam Do San yang digambarkan sering merasa gagal, clueless, hingga berpura-pura hebat ternyata berakar dari apola asuh orangtuanya.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Lalu, seperti apa sih didikan orang tua yang membuat Nam Do San tumbuh menjadi anak yang tidak bahagia? Berikut penjelasan psikolog Yasmine Nur Edwina seperti dikutip dari akun Instagram @tigagenerasi.

1. Kesalahan Mengapresiasi Anak Hanya karena Status Tertentu

Sumber: Dok. tvN StartUp

Nam Do San adalah sosok anak yang mengalami krisis identitas sebab ia tumbuh menjadi pribadi yang tak bisa mengambil keputusan, tak tahu langkah untuk mencapai tujuan, dan seringkali berpura-pura hebat. Ia mengalami apa yang disebut krisis kepercayaan diri.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Namun, masalah dalam dirinya tidak muncul begitu saja. Menurut psikolog Yasmine Nur Edwina, karakter Nam Do San adalah hasil didikan dari orangtuanya sejak ia masih kecil. Dahulu, Nam Do San adalah anak yang berprestasi. Ia pernah menjadi kebanggaan keluarga karena berhasil menjuarai Olimpiade Matematika.

Sayangnya, orangtua Nam Do San salah menempatkan apresiasi. Mereka memberikan apresiasi hanya karena status dan pengakuan bahwa Nam Do San berhasil menjadi juara Olimpiade Matematika di usia yang masih sangat muda.

Yasmine mengatakan, kebiasaan orang tua yang hanya mengapresiasi anak jika berhasil cenderung membuat anak tumbuh menjadi sosok yang mudah frustasi. Anak jadi tak bisa menghargai dirinya sendiri dan berpikir harus selalu berhasil.

Baca juga: 9 Potret Kim Seon Ho, Second Lead dalam Drakor Start Up yang Memesona

2. Menghukum Anak dengan Kekerasan Fisik dan Verbal

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Sumber: Soompi

Dikutip dari Detik Health, Fajriari Maesyaroh, seorang psikolog dari Yayasan Sahabatku mengatakan, kekerasan kepada anak meskipun ditujukan sebagai hukuman justru akan menimbulkan masalah baru di kemudian hari. Bukannya disiplin, anak-anak justru bisa berubah menjadi sosok yang rendah diri seperti Nam Do San.

Kekerasan fisik dan verbal yang ia terima semasa kecil membuatnya meragukan dirinya sendiri. Ini akibat dari pelabelan negatif yang ia terima sejak masih kanak-kanak.

Secara tidak sadar, ia mempercayai label negatif yang disematkan orangtuanya ketika ia masih kecil. Label ini bertahan hingga ia dewasa dan ia dipaksa untuk mempercayai bahwa label tersebut benar sekalipun bersifat negatif.

3. Pelajaran Parenting dari Drakor Start Up: Membandingkan Anak dengan Orang Lain

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Sumber: Dok. tvN StartUp

Hal lain yang tak kalah buruk dari pola asuhan orang tua Nam Do San adalah kebiasaan mereka membandingkan putranya dengan orang lain.

Membandingkan anak dengan orang lain hanya akan membuat bocah tersebut merasa terbebani. Mereka merasa terbebani dengan ekspektasi orang tua.

Untuk kasus Nam Do San, orangtuanya menjadikan bocah tersebut sebagai pembanding dengan anak lain yang tidak secerdas dirinya.

Akibatnya, ia pun merasa harus selalu hebat. Perasaan ini apabila terus dipelihara maka akan membuat seseorang jadi stres dan depresi karena tak bisa menerima kekurangan dalam diri.

Baca juga: 5 Fakta Drakor ‘Startup’ yang Dibintangi Nam Joo Hyuk dan Suzy

4. Pelajaran Parenting dari Drakor Start Up: Memuji Anak secara Berlebihan Bukanlah Hal Baik

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Sumber: Dok. tvN StartUp

Pujian memang bentuk apresiasi, tapi jika dilakukan secara berlebihan justru bisa membuat anak merasa terbebani dengan label pujian tersebut.

Seperti kata orang bijak, kritik bisa membangun karakter seseorang, sementara pujian justru bisa membunuh seseorang.

Anak yang terus menerus dipuji secara berlebihan merasa harus membuktikan segala sesuatu kepada orangtuanya sebagai bentuk afirmasi.

5. Menuntut Anak Tanpa Timbal Balik

Sumber: Dok. tvN StartUp

Dalam banyak kasus, tuntutan atau ekspektasi orang tua kepada anak memang seringkali membuat anak menjadi stres. Nam Do San adalah salah satu contohnya.

Orang tua seharusnya menjadi tempat bagi anak untuk berkeluh kesah. Memang tak mudah, namun dengan menjadi pendengar yang baik bagi anak maka hal ini bisa membuat anak merasa tidak sendirian.

Orang tua seharusnya menjadi tempat pulang yang aman bagi anak-anak mereka. Sebab, setinggi apapun tuntutan orang tua, anak butuh sosok yang mampu menerima kehadiran dirinya secara apa adanya.

Nah, Parents, semoga 5 pelajaran parenting dari drakor StartUp di atas bisa menjadi pelajaran bagi kita ya. Anak adalah anugerah sehingga kita harus menjaganya dan membantunya meraih kebahagiaan.

Baca juga:

Selain Seru, Ini 7 Pelajaran Penting bagi Orangtua dari Drakor 'Record of Youth'

7 Drama Korea Tentang Single Mother, Kisahkan Beratnya Perjuangan Ibu

9 Potret Kim Seon Ho, Second Lead dalam Drakor Start Up yang Memesona