Beberapa hari yang lalu kita baru saja memeringati Hari Kemerdekaan 17 Agustus. Salah satu acara yang sering dilakukan adalah melakukan pawai seperti pawai anak TK.
Tahun ini masyarakat sempat dihebohkan dengan adanya video viral yang memperlihatkan pawai anak TK yang mengenakan cadar dengan cara dilengkapi dengan mainan senjata api. Tidak sedikit masyarakat yang menyayangkan mengapa anak-anak TK harus pawai mengenakan pakaian seperti itu.
Diketahui, pawai anak TK ini terjadi di wilayah Probolinggo. Seperti yang diberitakan oleh Detik News, pawai anak TK ini dilakukan oleh anak TK dan PAUD berasal dari TK Kartika V 69. Sekolah tersebut juga binaan Kodim 0820 Probolinggo.
Karena video singkat yang memperlihatkan pawat anak TK bercadar dan bersenjata ini sempat viral, tak mengherankan pada akhirnya menjadi sorotan masyarakat. Hartatik, selaku Kepala Sekolah pun angkat bicara dengan menjelaskan kalau seragam yang dikenakan anak didiknya saat pawai budaya, bukan seragam baru, melainkan memfungsikan seragam lama yang dimiliki sekolahnya.
“Untuk menghemat beban biaya wali muridnya,” ujar Hartatik. Ia pun menegaskan kalau dirinya ataupun pihak sekolah tidak ada niatan untuk mengajarkan kekerasan pada anak, terlebih soal terorisme. Seperti yang dikhawatirkan masyarakat.
Justru katanya, pakaian tersebut ingin mengangkat tema ‘Perjuangan Bersama Rosulullah untuk Meningkatkan Iman dan Taqwa’. Jika timbul persepsi yang berbeda, ia pun meminta maaf. Permohonanan maaf ini pun disampaikan Dandim 0820 Probolinggo di mana TK Kartika V 69 bernaung. .
Walaupun begitu, pihak kepolisian sempat melakukan penyelidikan. Dan hasilnya, kepolisian tidak menemukan unsur kesengajaan dan pelanggaran. Viralnya video pawai anak TK bercadar dan bersenjata ini pun bahkan membuat Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhadjir Effendy turun tangan dan mendengar langsung kronologi kejadian tersebut.
Setelah mendengarkan penjelasan Kapolresta dan Dandim 0820 Probolinggo, Mendikbud pun sepakat jika foto tersebut tidak memperlihatkan adanya unsur penyebaran paham radikalisme ataupun terorisme.
Mendikbud pun mengimbau semua pihak, utamanya para guru dan kepala sekolah, agar selektif memilih sesuatu untuk anak-anak atau siswanya.
“Tentunya kita harus cermat memberikan sesuatu kepada anak ataupun siswa. Dan yang pasti ini menjadi pembelajaran bagi kita semua,” ujarnya pada Detik News.
Apa pandangan psikolog anak sekaligus psikolog pendidikan terhadap viralnya video pawai anak TK di Probolinggo ini?
Dalam hal ini Ayank Irma Gustiana Andriani, selaku psikolog dari Ruang Tumbuh memberikan pandangannya. Ia mengatakan hal yang perlu dipahami.
“Mungkin begini, selama ini kan kita tahu bahwa bercadar dan bersenjata itu kan memang realitas yang ada, walaupun tidak umum di Indonesia. Adanya di negara-negara Islam yang berperang dan belum tentu berkolerasi tinggi dengan terorisme.”
Namun, perlu diketahui bawah sebenarnya pawat anak TK yang mengenakan cadar dan membawa maianan senjata api tersebut tidak jauh berbeda dari anak yang pawati mengenakan pakaian polisi, pura bawa senjata pistol. Atau pawai mengenakan pakaian cowboy atai Robin Hood dengan panahnya.
“Apakah artinya kontennya kekerasan juga?” ujarnya.
Perlunya aturan tegas untuk pawai anak TK
Oleh karena itulah, Ayank Irma mengatakan bahwa yang perlu digarisbawahi adalah, pihak sekolah ataupun pemerintah memang perlu melakukan sosialisasi yang jelas setiap kali akan diadakannya pawai khususnya untuk anak sekolah.
Misalnya, pawai pakaian daerah adat nusantara, atau pakaian profesi yang ada di Indonesia.
“Biasanya pawai anak TK ini sifatnya kondisional. Saya melihatnya merasa orang dewasanya banyak yang Parno. Sebetulnya tinggal menjelaskan saja pada anak-anak tersebut mengapa temanya bercadar dan bersenjata.”
“Jelaskan, biasanya pakaian dipakai oleh masyarakat di Arab, sesuatu yang biasa karena mereka di negara perang. Harus siap membela diri jika ada musuh. Informasikan juga kalau di Indonesia kita tidak ada perang bersenjata,”
“Maka sebaiknya sih yang terkait dengan pawai, apapun jenis pakaian yang akan dikenakan atau properti yang akan digunakan sebaiknya disesuaikan dengan kondisi yang ada dan tidak ambigu.
Dengan begitu, anak paham akan tujuan, usahakan sesuai dengan budaya yang ada sehingga anak bisa mengasosiasikan apa yang ia kenakan dengan pemahaman mengenai budaya bangsa. Biar integratif.”
Hal ini tentu masih menjadi salah satu PR untuk orangtua dan institusi pendidikan termasuk dinas pendidikan setempat untuk satu frekuensi dalam membuat kebijakan pawai keliling. Sehingga hal seperti ini tidak perlu terjadi jadi lagi.
Bagaimana menurut Parents terkait video viral pawai yang dilakukan anak TK ini?
Baca juga:
Selamat jalan malaikat kecil… 2 Bocah jadi korban teror bom Surabaya
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.