Tak Hanya Elegan, 6 Pakaian Adat Jawa Tengah Lambang Kekayaan Khazanah Budaya

Parents, inilah ragam jenis pakaian adat Jawa Tengah, bisa jadi referensi untuk dikenakan saat menghadiri kondangan hingga sebagai busana pengantin.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Kehidupan masyarakat Jawa Tengah kental dengan tradisi budaya warisan leluhur. Salah satunya, dapat Parents lihat dari pakaian adat yang senantiasa dikenakan saat acara-acara formal maupun nonformal. Pakaian adat Jawa Tengah yang tampak elegan ini juga menyimbolkan kekayaan khazanah budaya di Jawa Tengah.

6 Jenis Pakaian Adat Jawa Tengah

Yuk, simak jenis pakaian adat Jawa Tengah, bisa jadi referensi untuk dikenakan saat menghadiri kondangan hingga sebagai busana pengantin.

1. Kebaya 

Kebaya berupa pakaian atasan berbentuk blus. Pakaian kebaya di Jawa Tengah dipadukan dengan batik atau kain panjang yang dilingkarkan hingga mata kaki.  Istilah kebaya berasal dari kata abaya dalam bahasa Arab berarti pakaian. Model baju kebaya mulai dikenal seiring adanya perdagangan di Nusantara, khususnya dengan bangsa Arab, Cina, India, maupun Eropa. 

Foto: Instagram/@krisdayantilemos

Untuk mengenakan kebaya, wanita Jawa Tengah juga mengenakan kelengkapan lainnya, yaitu kemben untuk menutup bagian dada, tapih pinjung, dan stagen untuk mengencangkan bagian pinggang dan perut. Sementara untuk bagian bawahnya, wanita Jawa Tengah juga mengenakan kain jarik panjang.

Pada bagian rambut, wanita Jawa Tengah biasanya menata dan membentuknya menjadi konde yang rapi dengan dihiasi bunga melati di bagian atas. Tak lupa penggunaan perhiasan untuk mempercantik keseluruhan penampilan. Perhiasan tersebut bisa berupa kalung, subang, cincin, dan gelang. Wanita Jawa Tengah juga suka membawa kipas.

Filosofi Kebaya

Foto: Instagram/@anneavantiemall

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Kebaya di Jawa Tengah memiliki corak dan motif yang berbeda dengan daerah lainnya. Bisa terbuat dari beragam jenis bahan, seperti beludru, sutra, katun, hingga nilon.

Dalam filosofi Jawa, Kebaya memiliki makna kesabaran, sifat lemah lembut. Potongan kebaya mengikuti bentuk tubuh bermakna harus bisa menyesuaikan diri dengan keadaan dan menjaga diri sendiri. 

Seiring berjalannya waktu, kebaya tak pernah kehilangan peminat. Kebaya menjadi saksi dari perkembangan Indonesia sejak zaman dahulu hingga sekarang.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Model kebaya ini terus mengikuti perkembangan dunia mode dari masa ke masa. Dengan demikian kebaya dapat bertahan sampai sekarang ini. Kebaya ini cocok dipakai buat kondangan, ya, Parents.

Artikel terkait: Filosofi Rumah Adat Jawa Tengah dan Jawa Timur Beserta Jenisnya

2. Jawi Jangkep, Pakaian Adat Jawa Tengah untuk Pria

Foto: Instagram/@krishna_rias_pengantin

Baju jawi jangkep merupakan pakaian yang dikhususkan bagi kaum pria. Pakaian ini terdiri dari atasan dengan motif bunga di bagian tengah dan beskap di bagian dalam.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Beskap terbuat dari bahan tebal dengan warna polos. Di bagian leher beskap diberi kerah namun tidak berlipat. Warna beskap umumnya gelap, seperti hitam, hijau tua, biru tua, merah bata, dan lainnya. Tetapi kini menyesuaikan acara saat menggunakan beskap.

Bagian bawahnya menggunakan kain jarik yang dililit dari pinggang. Pada zaman dahulu, Jawi Jangkep sering digunakan oleh abdi dalem maupun mempelai pria dalam pernikahan adat Jawa Tengah.

Filosofi Jawi Jangkep

Foto: Instagram/@krishna_rias_pengantin

Dalam filosofi Jawa, pakaian ini dikenal dengan istilah Piwulang Sinandhi. Kancing dalam pakaian beskap melambangkan semua tindakan yang diambil harus diperhitungkan dengan cermat.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Untuk melengkapi pakaian jawi jangkep, biasanya dipakai blangkon, keris dan selop serta untaian bunga melati yang dikalungkan di leher. Tampilan ini memberi kesan pria-pria Jawa Tengah yang gagah dan santun.

3. Basahan, Busana Adat Jawa yang Dipakai Pengantin

Basahan adalah pakaian adat yang biasa dipakai para pengantin di Jawa selain Kanigaran. Busana ini juga dikenal dengan nama dodot karena kedua mempelai biasanya mengenakan kain kemben panjang dan lebar yang biasa dinamakan kain dodot.

Foto: Instagram/@lisnugroho_wedding

Basahan merujuk pada dandanan khusus pengantin dari keluarga kerajaan Kesultanan Ngayogyakarta yang disebut paes ageng kanigaran.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Pakaian adat basahan merupakan warisan dari kebudayaan Mataram dan masih banyak digunakan hingga sekarang. Baju adat basahan biasa dipakai dalam upacara pernikahan.

Filosofi Basahan Sebagai Pakaian Adat Jawa Tengah

Foto: Instagram/@ridwanmotret

Basahan memiliki makna filosofi yang mendalam, keseluruhan pakaian ini mengandung simbol berserah diri kepada Tuhan Yang Maha Esa. Simbol itu berada di setiap elemen tata rias hingga busana yang digunakan.

Setiap bagian dari busana ini memiliki makna harapan agar dapat menjalani hidup dan membangun keluarga yang harmonis, bahagia, dan sejahtera serta dapat hidup selaras dengan alam.

Artikel terkait: 5 Makna Prosesi Siraman dalam Adat Jawa seperti yang Dilakukan Aurel Hermansyah

4. Surjan

Baju Surjan merupakan pakaian adat Jawa Tengah yang berupa kemeja atasan. Sama halnya dengan jawi jangkep, surjan juga diperuntukkan khusus untuk kaum pria.

Surjan berlengan panjang dengan kerah tegak. Pakaian adat khas Jawa Tengah yang satu ini memiliki beberapa kancing yang terpasang di bagian kerah, dada kiri dan kanan, serta dada dekat perut yang memiliki jumlah kancing berbeda di setiap tempat.

Foto: Instagram/@kainlurik

Baju surjan sendiri terdiri dari dua jenis yaitu Surjan Lurik dan Surjan Ontrokusuma. Perbedaan antara keduanya adalah Surjan Lurik memiliki motif garis-garis sementara itu Surjan Ontrokusuma memiliki motif bunga.

Makna Filosofis di Baliknya

Menurut sejarah, surjan merupakan warisan budaya kerajaan Mataram Islam yang diciptakan pertama kali oleh Sunan Kalijaga. Pemakaian surjan dulunya terbatas pada Bangsawan dan abdi keraton. Namun saat ini Surjan telah dipakai oleh semua kalangan masyarakat.

Baju surjan disebut juga sebagai pakaian “takwa”. Makna filosofi di baliknya yaitu di bagian leher memiliki kancing 3 pasang (6 buah kancing) yang menggambarkan rukun iman. Sementara itu, dua buah kancing di bagian dada sebelah kiri dan kanan melambangkan dua kalimat syahadat.

5. Batik

Foto: Instagram/@batiksidoluhurlaweyan

Batik adalah pakaian adat dari Jawa Tengah yang mendunia. Bahkan batik telah ditetapkan menjadi warisan dunia oleh UNESCO. Baju batik memiliki ragam motif yang dipengaruhi oleh kondisi geografis dan budaya. Jawa Tengah memiliki keragaman motif batik di antaranya yaitu:

  1. Motif Truntum, artinya menuntun, diharapkan orangtua bisa menuntun pengantin
  2. Motif Tambal, artinya menambah semangat baru. Dipercaya jika orang sakit memakai kain ini maka ia akan lekas sembuh
  3. Jenis Motif Pamiluto, dalam bahasa Jawa bisa diartikan kepilut atau tertarik
  4. Motif Sidoluhur, dipercaya jika menggunakannya seseorang akan selalu dalam keadaan gembira
  5. Kemudian Motif Sido Wirasat, berisi nasehat orang tua dalam memasuki bahtera hidup rumah tangga.
  6. Motif Cakar Ayam, melambankan agar setelah berkeluarga sampai keturunannya dapat mecari nafkah atau hidup mandiri
  7. Motif Grageh Waluh, dimaksudkan akan selalu mempunyai cita-cita atau tujuan yang luhur
  8. Lalu Motif Parang, melambangkan kecerdasan, kewibawaan serta ketenangan
  9. Motif Kawung, melambangkan bahwa hati nurani sebagai pusat pengendali perilaku manusia

Batik dari daerah  pesisir biasanya lebih dinamis dalam pemilihan corak dan warnanya dibanding dengan dari daerah yang masih terpengaruh oleh budaya keraton. Nah, Parents sendiri sudah mengoleksi motif batik mana saja, nih?

Artikel terkait: 8 Artis yang Memilih Menikah dengan Adat Jawa, Elegan dan Menawan!

6. Kanigaran, Pakaian Adat Jawa untuk Pengantin

Foto: Instagram/@arda_prafasta

Seperti halnya Basahan, Kanigaran juga warisan budaya Kerajaan Mataram. Pakaian ini kerap dipilih para pengantin untuk dikenakan saat upacara pernikahan.

Kanigaran terbuat dari beludru dan biasanya berwarna hitam. Pakaian ini hanya digunakan oleh kaum bangsawan karena pakaian ini punya nilai tinggi dalam setiap unsurnya. Pada masa pemerintahan Sultan Hamengkubuwono IX, Kanigaran ini akhirnya diterima sebagai pakaian untuk semua golongan dalam masyarakat. 

Makna Filosofis

Foto: Instagram/@hanungkusuma

Motif yang digunakan untuk pakaian adat ini bukanlah motif yang asal-asalan, melainkan dirancang dengan banyak sekali pertimbangan, baik itu dari segi estetika maupun budaya. Busana ini mengandung makna filosofis berserah pada Tuhan Yang Maha Esa

Ciri khas pakaian Kanigaran yang dikenakan pria adalah penggunaan singkok yang memanjang ke atas. Atasannya terbuat dari kain beludru berwarna gelap dengan efek mengkilap, sehingga tampak elegan.

Untuk bagian bawahnya, dikenakan Dodotan atau Kampuh. Dodotan berbeda dari kain jarik biasa. Dodotan lebih berwarna dan cara memakainya tidak hanya dililitkan di bagian pinggang, tetapi juga disampirkan di tangan. Selanjutnya bagian belakang atau ekor kain disisakan, kemudian disampirkan di lengan.

****

Parents, itulah tadi ragam pakaian adat khas Jawa Tengah. Setuju, kan, kalau busana tersebut elegan dan kaya makna?

Baca juga:

Penulis

Titin Hatma