Saya ingin bercerita pengalaman yang saya alami, serta hal yang membuat opini saya berubah dalam memiliki dan mengurus bayi. Dahulu saya adalah pekerja kantoran, yang memiliki rutinitas hampir sama setiap harinya, pergi bekerja dari pagi hingga sore hari, setelah itu aktivitas bebas. Rutinitas saya masih sama setelah menikah, namun kemudian semua berubah ketika saya sudah melahirkan seorang bayi.
Saya berpikir mengurus bayi sangat mudah, dalam benak saya bayi akan selalu tenang, bisa tidur dan bermain-main sendiri, dan saya bisa sambil bekerja dan mengawasi bayi. Namun ternyata sebulan setelah si bayi lahir, saya mengalami depresi pasca melahirkan, dimana saya merasakan sakit yang luar biasa di bagian luka bekas melahirkan dan sekitar area perut bawah, hal ini berlangsung kurang lebih selama sebulan.
Saat itu saya begitu kewalahan, harus mengurus bayi sendirian, menggendong sambil merasakan sakit yang tak tertahankan, ketika si bayi menangis saya sempat ikut menangis tersedu di depannya. Rasanya raga ini seperti tertekan dan ingin meledak. Namun saya menguatkan diri, meyakinkan diri agar bisa melalui semua ini. Benar saja, beberapa pekan kemudian kondisi saya semakin membaik dan mulai terbiasa juga menghadapi bayi yang seringkali menangis.
Tidak disadari, waktu dan tenaga semua terkuras untuk mengurus bayi, hampir tidak ada waktu untuk mengurus diri sendiri. Beberapa bulan berlalu, hingga si bayi berusia 4 bulan saya bertekad mengajarkan si bayi untuk bisa tidur tanpa ditimang-timang. Ya, salah satu hal terberat adalah harus menggendong dan menimang untuk menidurkan bayi, dimana bayi baru lahir sebagian besar waktunya masih dihabiskan dengan tidur. Walaupun pada mulanya saya tidak tega mendengarnya menangis, saya menguatkan diri sampai si bayi bisa tertidur sendiri di kasur tanpa digendong.
Saat ini si bayi sudah berusia 2 tahun, yang artinya memasuki usia toddler. Walaupun sudah tidak perlu digendong lagi kemana-mana, tetap ada tantangan tersendiri dalam menemani aktivitasnya yang sangat energik, seakan tenaga si bayi tidak ada habis-habisnya. Namun terlepas semua kesulitan yang saya alami, saya bahagia dan bangga melihat tumbuh kembang si bayi, dan hal ini masih akan berlanjut sampai ia kelak menjadi anak-anak kemudian beranjak dewasa.
Meskipun banyak waktu, tenaga, pikiran, emosi yang dikorbankan, salah satu alasan mengurus bayi sendiri adalah supaya ada kelekatan yang kuat dengan orang tuanya, sehingga para Ibu bukan hanya bisa jadi ibu bagi bayi tetapi juga menjadi sahabat, hal positif lain adalah nilai-nilai terpenting dapat ditanamkan dalam diri si bayi untuk bekalnya kelak dalam menjalani hidup. Tanpa disadari si bayi akan bertumbuh besar, sangat sayang untuk melewatkan masa terpenting dimana ia menganggap Ibu adalah dunianya.
Anda mungkin berbeda kondisi dan situasi dalam mengurus anak, jika Anda mengalami stress atau depresi pasca melahirkan, yakinkan diri bahwa Anda mampu melewati ini demi orang-orang yang Anda sayangi. Jika memang terlalu berat, Anda bisa meminta bantuan sejenak kepada orang-orang disekitar Anda untuk menjaga bayi sementara waktu, sampai Anda kembali siap menghadapi bayi dengan senyuman terbaik Anda.
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.