Kemajuan ilmu pengetahuan dan kedokteran tercapai bukan tanpa pengorbanan. Siapa sangka ilmu ginekologi yang dibutuhkan oleh para perempuan saat ini hasil dari pengorbanan wanita kulit hitam yang dipaksa agar mau operasi vagina tanpa anestesi.
Berbagai cara memang sering dilakukan demi keberhasilan penelitian di masa lalu. Termasuk menggunakan perempuan untuk eksperimen operasi bak tikus percobaan di laboratorium pada operasi yang belum pernah berhasil sebelumnya.
Praktek tidak manusiawi ini dilakukan oleh dokter J. Marion Sims. Kini, ia dikenal sebagai bapak ginekologi modern dalam dunia kedokteran.
Operasi vagina tanpa anestesi melanggar etika medis
Demi menyukseskan penelitiannya di bidang vesicovaginal fistula, operasi vagina tanpa anestesi ini dilakukan tanpa prosedur medis yang memadai. Ia pun melanggar semua etika medis dalam melakukan penelitian.
Tak hanya melakukan operasi vagina tanpa anestesi, para korban juga dijadikan objek penelitian tanpa persetujuan.
Anehnya, ketika orang-orang mempertanyakan nalurinya mengapa ia tak menggunakan anestesi, dengan enteng dia menjawab, “Para perempuan kulit hitam itu tak bisa merasakan sakit.”
Selain menggunakan perempuan kulit hitam sebagai objek penelitian tanpa prosedur manusiawi, ia juga punya budak. Padahal, di abad 18 saat itu gerakan anti perbudakan sudah banyak dikampanyekan di Amerika.
Dengan meningkatnya isu rasial di Amerika sejak dipilihnya Presiden Donald Trump, sentimen antara orang kulit putih dan kulit hitam semakin tinggi.
Patung dokter Sims sebagai bapak ginekologi berdiri tegak di jalan Central Park 103rd Manhattan sehingga pemerintah dianggap mendukung supremasi kulit putih atas kulit hitam. Tidak pernah ada tindakan hukum pada dokter Sims atas pelanggaran hak asasi manusia yang ia lakukan saat menyiksa objek penelitiannya.
Karena itulah, terjadi protes dari para warga kulit hitam dan para pendukung etika medis seperti Hariet Washington agar merubuhkan patung tersebut. Apalagi ilmu kedokteran modern sudah menganut prinsip kemanusiaan dalam melakukan riset medisnya.
Pertanyaan terbesar dalam protes tersebut adalah, bagaimana mungkin orang yang melakukan kesewenang-wenangan pada manusia lain diganjar dengan gelar kemanusiaan? Jika memang harus ada pengorbanan manusia, kenapa ia hanya menindas warga kulit hitam?
Artikel terkait: Alat kontrasepsi kuno yang digunakan orang jaman dulu.
Pemerintah setempat pun membela keberadaan patung tersebut. Mereka kukuh menyatakan bahwa tragedi itu adalah peristiwa yang terjadi pada masa lalu dan yang penting sekarang masyarakat luas menikmati hasil ilmunya.
Namun, para pemrotes bilang bahwa orang-orang yang menjadikan dokter Sims sebagai pahlawan medis pun tak pernah menyebut jasa para korban yang dijadikan penelitian. Seperti dikutip NPR, pemerintah dan dunia medis tak pernah menyebut jasa Anarcha, Lucy, dan Betsey yang vaginanya dioperasi tanpa obat penghilang rasa sakit sama sekali.
Tanpa dokter Sims, maka kita tak akan banyak tahu masalah dalam organ reproduksi wanita. Namun bagaimanapun, hal-hal seputar kemanusiaan juga harus diperhatikan.
Jangan sampai menganggap etnis tertentu lebih tinggi daripada etnis yang lainnya sehingga bersikap diskriminatif pada kelompok yang dianggap lemah.
Saat Anda sedang periksa ke obgyn, ingatlah pengorbanan wanita kulit hitam yang dipaksa lakukan operasi vagina tanpa anestesi. Tanpa jasa mereka, mungkin ilmu ginekologi tak secanggih sekarang.
Baca juga:
17 Fakta Melahirkan di Masa Lalu yang Pasti Membuat Bunda Meringis