Parents termasuk penggemar olahraga lari? Lari memang latihan kebugaran yang murah dan memiliki manfaat besar, seperti menguatkan otot-otot jantung seperti olahraga aerobik lainnya.
Meski olahraga lari bermanfaat karena memiliki banyak dampak positif baik secara fisik maupun mental, namun dr. Michael Triangto, SpKO – spesialis kedokteran olahraga dari RS Mitra Kemayoran dan Klinik Slim n Health Jakarta mengatakan sebenarnya ada beberapa risiko yang tersembunyi.
“Dari sudut kedokteran olahraga, olahraga lari diharapkan mampu mengurangi terjadinya penyakit seperti obesitas, diabetes melitus, hipertensi, kolesterol darah tinggi dan penyakit-penyakit lainnya bilamana kita mampu mengantisipasi hal–hal negatif yang mungkin terjadi,” kata dr. Michael.
Ditambahkan dr. Michael, berapa dampak ringan seperti cedera, terkilir, overused injury, dehidrasi, hingga yang berat seperti pingsan bahkan risiko terbesar seperti kematian juga bisa dialami. Menurutnya masih ada banyak kasus-kasus yang tidak tercatat karena korbannya tidak melaporkan kejadian itu.
Artikel terkait: Ini olahraga terbaik untuk para pasien diabetes, yuk lakukan sekarang!
Dampak tersembunyi olahraga lari marathon
Namun, perlu digaris bawahi lebih dulu, risiko ini memang bisa timbul jika melakukan lari dengan jarak jauh atau maraton.
Seperti yang kita ketahui, beberapa tahun belakangan ini aktivitas lari marathon kian digemari dan dikemas lebih kreatif sehingga mampu mengundang masyarakat. Sayangnya, jika tidak melakukan persiapan yang matang, lari marathon memang bisa membahayakan.
Selain cidera kecil yang disebutkan dr. Michael di atas, menurut sebuah studi berskala kecil, pelari marathon dapat mengalami cidera ginjal sementara, setelah mengikuti lomba lari marathon.
Hasil penelitian yang dimuat dalam American Journal of Kidney Diseases ini mengatakan para peneliti mengambil contoh darah dan urine dari 22 pelari yang berprestasi di Hartford Marathon 2015.
Dikatakan kalau hasil darah dan urin itu diteliti ada tidaknya cidera ginjal. Lalu dilaporkan bahwa berdasarkan penanda (marker) yang diobservasi 82% pelari memiliki bukti menderita cidera ginjal akut stadium satu setelah melakukan lari marathon.
Meskipun gangguan ginjal ini sementara dan akan kembali normal dalam 24-48 jam, hasil penelitian ini membuktikan kalau marathon termasuk olahraga yang menyebabkan stres bagi tubuh.
Selain itu, ketua peneliti Dr. Chirag Parikh, profesor kedokteran di Universitas Yale mengatakan kerusakan ginjal itu mungkin terjadi karena penurunan aliran darah ke ginjal. Selain itu, bisa dikarenakan naiknya temperatur pada batang tubuh dan juga dehidrasi pada pelari marathon.
Akan tetapi, belum diketahui dengan jelas apakah cidera ginjal sementara ini bisa membuat masalah yang lain. Atau apakah semua orang pasti bisa melalui pemulihan dalam jangka pendek.
Para pelari yang tidak memiliki faktor risiko penyakit ginjal sebaiknya tidak perlu khawatir. Karena bila dilakukan dengan persiapan yang benar dan baik, olahraga lari marathon tidak akan berdampak negatif.
Perlu diingat, orang dengan diabetes atau tekanan darah tinggi, sudah berusia lanjut, sebaiknya berkonsultasi dengan dokter sebelum mengikuti olahraga lari atau ajang marathon.
Untuk mencegah segala risiko yang bisa ditimbulkan, dr. Michael mengingatkan agar para pelari perlu memeriksakan kesehatan maupun kebugaran tubuhnya secara teratur. Selain itu, mulai lari marathon secara bertahap.
Jangan lupa untuk meningkatkan pengetahuan tentang segala hal yang berhubungan dengan olahraga lari, mulai dari tehnik berlari yang benar, peralatan yang harus dimiliki, pemilihan medan yang akan ditempuh, pengaturan periodisasi latihan yang baik sampai masa istirahat yang cukup.
Dengan begitu, para pelari diharapkan bisa mencegah segala risiko yang bisa timbul.
***