Ada saja tingkah anak yang bikin ubun-ubun mendidih. Tak jarang hal ini membuat Parents kesal dan ngomel. Alih-alih didengar, kadang anak makin menjadi-jadi saat dimarahi.
Mau tahu cara ngomelin anak dengan efektif tanpa meninggalkan luka psikis? Berikut penjelasannya!
Ketahui Dulu Dampaknya Kalau Sering Memarahi Anak
Sumber: Pexels
Dalam kondisi lelah dan stress, sering kali orang tua habis kesabaran melihat tingkah laku anak yang sulit dikendalikan. Akhirnya anak berujung dimarahi. Padahal, memarahi anak sebenarnya bukan solusi, justru bisa membuat masalah makin buruk.
Memarahi anak, apalagi dengan berteriak, hanya membuat anak menghentikan perilakunya untuk sementara karena merasa takut, bukan karena memahami perilakunya. Bahkan hal ini bisa berdampak buruk bagi perkembangan anak. Berikut di antaranya!
- Mudah merasa cemas dan takut melakukan kesalahan sehingga kepercayaan dirinya rendah dan jadi peragu.
- Suka menentang karena sering merasa tersudut sehingga merasa perlu melakukan perlawanan.
- Menjadi pribadi yang agresif dan pemarah karena menganggap bahwa marah adalah sesuatu yang normal.
Oleh karena itu, ketimbang memarahi anak, alangkah baiknya kalau orangtua mengajak anak berdiskusi. Dengan begitu, anak jadi lebih menyadari perilakuknya dan bisa menjalani proses pematangan kepribadian dengan lebih adaptif.
Meski begitu, tentu ada momen di mana Parents perlu menegur anak dengan tegas sebagai bagian dari proses mendidik anak. Mau tahu tips ngomelin anak dengan efektif tanpa harus melukai hatinya?
6 Trik Ngomelin Anak dengan Efektif Tanpa Meninggalkan Luka
Menumpahkan air, melempar barang, dan membuat rumah berantakan adalah beberapa polah anak yang bisa menyulut emosi orangtua. Tapi kalau kebiasaan ini tidak diubah, orangtua bisa saja meninggalkan luka batin yang berdampak pada kesehatan mental anak, lho.
Maka sangat penting untuk mengetahui trik memarahi anak yang efektif sehingga tidak hanya nasihat dapat tersampaikan, tapi juga membentuk kebiasaan baik. Ini dia triknya!
1. Bersikap Tenang dan Kontrol Emosi
Sumber: Pexels
Jangan memarahi anak saat Anda dalam kondisi emosional. Selain bisa melukai psikis anak, Anda juga akan menyesal setelahnya. Untuk itu coba kontrol emosi Anda terlebih dahulu dan cobalah untuk bersikap tenang sebisa mungkin sebelum mulai menasehati mereka.
Tariklah nafas panjang dan beri jeda beberapa detik sebelum menasehatinya. Seringnya bukan tingkah anak yang membuat Anda kesal, tapi faktor-faktor lain, seperti pekerjaan, kelelahan, dan sebagainya.
2. Tidak Berteriak atau Menggunakan Nada Tinggi
Kalau Anda pikir berteriak akan membuat anak patuh, Anda salah besar. Faktanya, anak akan cenderung melawan atau bahkan melampiaskannya ke adik atau temannya.
Setiap akan berteriak, ingatlah prinsip bahwa anak adalah peniru yang baik. Untuk itu, perhatikan setiap tindak tanduk Anda di depan anak kalau tidak ingin mereka mencontoh hal-hal buruk dari Anda.
3. Dengarkan dan Validasi Perasaan Anak
Banyak orang tua yang ingin didengarkan anaknya tapi mereka tidak melakukan hal yang sama. Sebelum meluapkan emosi coba tanyakan dulu pada mereka apa alasannya “berulah”. Bisa saja air yang dia tumpahkan sebenarnya hendak diberikan kepada Anda.
Atau paling tidak tanyakan dan dengarkan bagaimana perasaannya. Pada saat ini, Anda perlu coba memvalidasi perasaan mereka. Sebab anak berusia dini belum mampu mengekspresikan emosinya dengan baik.
Di sinilah peran orangtua untuk menjelaskan mengapa sikap mereka memicu amarah Anda. Gunakan bahasa yang sederhana agar mudah dipahami.
Artikel Terkait:
Si Kecil Suka Marah-Marah? Ini 5 Cara Atasi Amarah Anak
5 Kesalahan Mendidik Anak Perempuan tentang Laki-Laki, Jangan Lakukan Parents!
4. Berikan Solusi dan Tunjukkan Cara yang Benar
Ketimbang melarang anak jangan ini dan jangan itu, sebaiknya Anda menggunakan kalimat-kalimat anjuran dengan kata-kata positif saat sedang ngomel sekalipun.
Contoh saat anak berlarian. Ketimbang menggunakan kalimat “jangan lari nanti jatuh”, Anda bisa memberikan solusinya dengan mengatakan “jalan pelan-pelan saja supaya airnya tidak tumpah”.
Setidaknya dengan begitu ada manfaat yang dirasakan anak ketika sedang diomelin. Mereka jadi tahu agar air di dalam gelas tidak tumpah, maka mereka harus membawanya dengan hati-hati. Nasehat sederhana ini akan lebih mudah dicerna ketimbang teriakan yang menggelegar, Parents.
5. Beri Anak Pilihan Beserta Konsekuensinya Lebih Efektif
Memang jauh lebih mudah berteriak saat emosi ketimbang menarik nafas sejenak.
Terlebih saat anak membuat kesalahan. Nah, sebelum mulai mengomel, coba bedah opsi apa saja yang tersedia. Contohnya ketika kakak mendorong adiknya hingga jatuh dan menangis.
Kegaduhannya saja sudah bisa memicu emosi, itu sebabnya Anda perlu sedikit memberi jeda sebelum ambil sikap. Kalau Anda sudah siap, sampaikan bahwa ada cara lain agar adiknya minggir. Misalnya dengan meminta adik untuk bergeser.
Atau saat anak main lempar bola di dalam rumah. Tunjukkan pilihan bahwa mereka bisa bermain di luar. Sebab bermain bola di dalam rumah bisa mengenai perabotan dan membuatnya pecah. Jelaskan perbedaan konsekuensi antara dua perilaku itu sehingga anak bisa memahami konsep sebab akibatnya.
6. Sampaikan Apa yang Orangtua Harapkan
Secara psikologis, orang dewasa menyukai sesuatu yang indah dan teratur. Sementara anak-anak butuh mengeksplorasi hal-hal di sekitarnya.
Berharap anak mengerti dengan sendirinya tentu bukan hal mustahil. Tapi Anda perlu mengajarkannya terlebih dahulu. Sampaikan kalau Anda berharap bahwa mereka tidak mengacak-acak makannya sebab bisa terbuang mubadzir. Meski butuh waktu, lama-kelamaan mereka akan mengerti.
7. Bersikap Tegas Beda dengan Berbuat Kasar
Sumber: Pexels
Tidak sedikit yang masih salah kaprah dengan keduanya. Beranggapan memukul anak adalah sikap tegas agar anak tidak mengulangi kesalahannya. Faktanya, itu justru salah besar!
Dalam beberapa kasus, anak bisa tetap berperilaku buruk sekalipun sudah dimarahi. Namun, sebagai orangtua Anda tidak boleh “meleyot” dan kalah dengan anak.
Tunjukkan rasa simpati namun tetap bersikap tegas, bukan kasar. Selain itu, pastikan bahwa anak tahu kalau Anda bersungguh-sungguh dengan ucapan Anda kepadanya.
8. Mau Ngomelin Anak dengan Efektif? Coba Metode time-out
Time-out merupakan salah satu cara mendisiplinkan anak yang efektif. Caranya, bawalah anak Anda ke dalam sebuah ruangan. Jauhkan mereka dari berbagai hal menyenangkan dan larang mereka untuk berinteraksi dengan siapapun, termasuk Anda orangtuanya.
Cara ini dipercaya bisa membantu anak menenangkan diri sehingga ia dapat mengerti kesalahannya dan menyelesaikan masalahnya. Setelah time-out selesai, Anda bisa memberikan nasehat pada anak untuk tidak mengulangi perilaku buruknya lagi.
9. Kalau Mau Ngomelin Anak dengan Efektif, Jangan Menggunakan Ancaman
Karena sedang terbawa emosi, mudah sekali bagi orang tua memberikan ancaman dengan harapan anaknya takut dan tidak mengulangi perbuatan buruknya lagi.
Namun cara ini tidak baik untuk kesehatan mental buah hati Anda lho, Parents. Contohnya saat anak tidak mau makan. Anda bisa saja bilang “Kalau Kakak tidak mau makan, Mama pergi saja dari rumah”. Dan semacamnya.
Kenyataannya, Anda tidak akan pergi dari rumah kan, Parents? Ancaman seperti ini membuat anak merasa akan ditinggalkan jika berbuat salah.
Bisa juga membuat mereka tidak percaya dengan ucapan Anda karena mereka tahu ancaman Anda hanya isapan jempol sehingga tidak menimbulkan efek jera.
Parents, itulah beberapa trik ngomelin anak dengan efektif yang bisa Anda coba.
Sekesal apapun Anda, cobalah untuk tetap mindful ya supaya tidak menyesal di kemudian hari. Soalnya, tidak sedikit lho yang menyesal setelah memarahi anaknya! Pernah melakukannya?
Baca Juga:
Jangan Dimarahi, Ini 5 Cara Mendidik Anak yang Berantem di Sekolah
6 Cara Mendidik Anak Remaja, Butuh Disiplin dan Keluwesan
11 Cara Mendidik Anak Usia 10 Bulan agar Cerdas, Jauhkan dari Gadget Parents!
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.