Organisasi Kesehatan Dunia, WHO berencana mengubah penyebutan cacar monyet menyikapi respons dari para kritikus yang khawatir nama ini berpotensi menimbulkan stigma hingga diskriminasi.
Nama Cacar Monyet Segera Diubah
Virus cacar monyet atau monkeypox sedang merebak di sebagian negara. Baru-baru ini WHO berencana mengubah nama virus yang berpotensi stigmatisasi dan diskriminatif.
Dikutip dari Fox News, WHO menyebutkan bahwa keputusan dibuat setelah menggelar pertemuan bersama Organisasi Pangan dan Pertanian Perserikatan Bangsa-Bangsa (FAO).
Hal ini demi menghindari pelanggaran terhadap budaya, sosial, nasional, regional, profesional, kelompok etnis, dan meminimalkan dampak negatif pada perdagangan, perjalanan, pariwisata, kesejahteraan hewan.
Badan kesehatan PBB dalam sebuah pernyataan mengatakan bahwa mereka juga telah mengganti nama dua clades (garis keturunan) dari virus tersebut. Alih-alih menggunakan wilayah geografis, WHO memakai angka romawi demi mencegah stigmatisasi.
Penamaan sebelumnya clade Congo Basin berganti menjadi Clade I. Sedangkan clade Afrika Barat disebut sebagai Clade II.
WHO menambahkan penamaan baru clades akan segera diberlakukan. Sementara nama baru untuk penyakit dan virus masih dalam pengerjaan. Di samping itu, bagi siapa pun yang punya saran nama dapat mengajukan melalui situs resminya.
Keputusan perubahan nama ini muncul setelah sekelompok ilmuwan pada Juni lalu mengusulkan untuk mengubah nama lama yang “diskriminatif dan menstigmatisasi”.
Artikel terkait: WHO Tetapkan Cacar Monyet Jadi Darurat Kesehatan Global
Ilmuwan Usulkan Nama Netral
Dilansir dari Liputan6, para ilmuwan menyarankan penggunaan nama netral yang menjelaskan evolusi virus. Harapannya nama baru ini dapat meminimalkan “dampak negatif pada negara, wilayah geografis, ekonomi, dan orang-orang yang mempertimbangkan evolusi serta penyebaran virus”.
Menurut Pusat Pengendalian Penyakit, sumber monkeypox ini tidak diketahui, meski nama virusnya telah ada sejak 1958 ketika dua wabah penyakit mirip cacar terjadi pada koloni monyet untuk penelitian.
Sebelum 2022, kasus cacar monyet ini selalu dikaitkan dengan perjalanan internasional ke negara-negara di mana penyakit ini umum atau melalui hewan impor.
“Penularan yang kita lihat terjadi antara manusia ke manusia. Ini adalah penularan kontak dekat. Sehingga yang perlu diperhatikan adalah di mana penularannya pada populasi manusia, dan apa yang dapat dilakukan untuk melindungi diri,” kata juru bicara WHO Margaret Harris.
***
Bagaimana pendapat Parents soal usul penggantian nama ini?
Baca juga: